Di ruangan serba putih serta di kelilingi oleh alat alat canggih, berdirilah seorang wanita berambut sebahu tengah menatap satu objek yang menarik perhatiannya.
Menunggu selama tiga tahun untuk mendapatkan hasil dari penemuannya membuat wanita itu berdiam diri diruang lab.
" sebentar lagi...hanya menunggu sebentar lagi semuanya akan kembali seperti dulu." Monolognya tersenyum.
Dia terlihat begitu sangat obsesi akan objek yang sedang ia teliti....
Ceklek..
Pintu ruangan itu di buka masuklah seorang pria paruh baya dengan setelan jas putih yang masih menempel di tubuhnya.
Kaca mata bening itu turut menambah kesan tegas dan karisma pada si pria yang sekarang ikut-ikutan menatap objek yang ada di dalam sebuah kapsul bening.
" bukankah kau tengah melawan takdir, Dr Song Wendy?." Wanita yang di panggil Dr song wendy menoleh tanpa mengatakan apapun. Dia memilih bungkam dengan menoleh kembali kearah kapsul yang sejak tadi menjadi objek menarik untuk di pandang oleh matanya.
" seharusnya kau tidak berbuat segila ini hanya karna tidak rela akan kepergiannya, kali ini dan untuk yang kesekian kalinya tolong kembalikan dia ketempat yang seharusnya." Pria itu kembalk bersuara sekedar memberi saran.
Namun, wanita yang sedari mendengar ocehannya mendadak marah. Menoleh dengan tatapan tajam, Dr song berucap.
" sebaiknya kau tutup saja mulutmu PAK TUA! Saat ini, saya tidak butuh ceramah apapun darimu! Ini pilihan saya dan anda tidak boleh ikut campur!. Pak tua, seandainya kau tau rasanya di tinggal oleh orang tersayangmu maka kata² yang baru saja anda ucapkan pada saya, akan anda pikir ulang untuk tidak mengatakannya." Dr song menatap pria paru baya itu dengan aura mencekam.
Huhhh...
" baiklah, jika memang kau seyakin itu jika dia bakal kembali maka aku bisa apa?." Kali ini dia mengalah sebab dia tau sekeras apa watak Dr song. Semakin di tentang maka semakin keras pula ia, jadi ketimbang mengoceh gak jelas lebih baik diam dan tak ikut campur akan urusan muridnya yang satu ini. Toh, dia tidak akan pernah di dengarkan oleh Dr song jadi untuk apa memberi saran pada orang bebal.
Jika pada waktunya nanti dia pasti akan lelah dan menyerah dengan sendirinya tanpa harus di paksa olehnya.
" aku keluar dulu jika ada apa apa jangan sungkan untuk mengatakan padaku." Pria itu mengelus punggung Dr song yang sudah ia anggap anak sendiri.
Dr song mengangguk dan berdehem kecil." Hm "
Setelahnya pria itu pun pergi keluar meninggalkan Dr song yang masih betah berdiam diri diruangan serba putih itu.
" meski nanti nyawaku sebagai gantinya aku tidak akan menyerah padamu, Mentari." Ucapnya penuh keyakinan." Kau harus hidup demi bayi²mu yang sedang menanti kedatanganmu untuk kembali." Lanjutnya pelan dan lirih. Seseorang yang ada di dalam kapsul itu adalah seseorang yang menolongnya, pahlawannya dan juga mataharinya. Dia akan berusaha sekuat dan semampunya untuk mengembalikan mentarinya kembali, itu sumpahnya.
.......
Suara hujan dan rintik² kini menemani Jennie yang sedang melamun, di temani segela kopi Jennie menghabiskan waktu senggangnya menatap hujan.
Tatapan kosong dan sendu di bola matanya menandakan bahwa dia tidak baik baik saja, dia sedang sedih dan merasa kesepian.
" apa di sana kamu bahagia?? Apa kamu tidak bersedih kala melihat kami yang merindukanmu di sini. Maaf karna kami tidak ada saat kamu kesakitan, maaf karna kami berpikir setelah badai menerpa kita semuanya akan baik baik saja. Rose-ya....nyatanya kami tidak baik baik saja, kami terluka atas kepergianmu." Jennie meletakkan kepalanya di atas meja dan menangis dalam diam.
Rupanya kepergian rose malah membuat hubungan persaudaraan mereka berakhir, hidup mereka pun terasa asing tidak seperti dulu saat ada rose.
Jennie menghela nafas, dia lelah dan ingin menyerah akan kehidupan yang kini ia jalani__ tetapi, meski begitu jennie tidak ingin meninggalkan kedua saudaranya yang juga membutuhkannya.
" rose-ya pulang " jennie bergumam dalam tidurnya, wanita 24 tahun itu terlelap begitu saja dengan air mata yang terus mengalir dari sudut matanya.
.......
Kali ini kita pindah ke tempat lalisa, gadis kesayangan rose itu tengah duduk di depan kampus sambil menatap tetesan hujan.
" ommi cimung kapan pulang?? Lisa ingin ikut sama ommi, lisa kangen..kangen pengen peluk dan manja manja sama ommi." Lalisa mengusap air mata di pipinya, sekuat apapun dia menahan agar tidak bersedih nyatanya lalisa kalah karna hati dan perasaanya hanya terkunci dengan satu nama yaitu ommi cimung. Dia merindukannya sangat.
Lalisa kangen saat rose memeluknya dan mengecupnya di kala tertidur, Lalisa kangen saat rose memanjakannya, lalisa kangen segala hal tentang omminya yang begitu mencintainya...lalisa kangen saat rose memarahinya dan mengomelinya. Pokoknya segala hal tentang rose lalisa menyukainya tanpa terkecuali.
Tidak jauh dari tempat duduk lalisa berada di sana ada irene yang terus mengawasinya. Irene menunduk merasa sedih, dia pikir setelah tiga tahun berlalu maka ketiga gadis itu akan move on dan memulai kehidupan yang baru.
Tapi, sepertinya irene salah. Jennie, Jisoo maupun lalisa tidak akan pernah move on dari kenangan rose, kenangan yang membuat mereka lebih merasakan kehidupan yang aman dan nyaman.
" lisa " lalisa menoleh dan menatap irene sekilas, setelahnya dia kembali menatap lurus kedepan.
" Kamu gak pulang?." Irene menatap lalisa lembut, dia menelisik setiap inci wajah dari gadis di sampingnya. Wajah yang selalu rose kagumi ketika bercerita kepadanya, wajah yang selalu menjadi alasan untuk rose tetap bertahan di tengah rasa sakitnya.
" untuk apa pulang? Di rumah tidak ada siapapun, hanya ada kekosongan yang membuatku sesak." Lalisa menatap awan yang sedari tadi menurunkan hujan tanpa henti.
Irene bungkam, tentu saja dia tau apa yang di maksud oleh gadis itu.
" setidaknya pulanglah, kedua kakakmu pasti menunggumu untuk pulang, Lisa." Ucap irene.
Tetapi lalisa tidak menanggapinya, gadis itu hanya diam dengan pandangan kosong dan hambar tanpa gairah.
" Jika aku mati apakah aku akan bertemu dengannya??." Tiba tiba saja pertanyaan gila itu keluar dari mulut lalisa.
Irene segera menoleh dengan tatapan sendu." Lisa-yaa apa kamu pikir jika kamu melakukan hal nekat seperti itu, dia akan menemuimu??. No! Ingat lisa jangan membuat pengorbananya terhadap kalian sia sia atau dia akan kecewa kepadamu. Hiduplah dengan baik, supaya di atas sana dia tersenyum karena kerja kerasnya selama ini berhasil." Irene terdiam dan menghela nafas.
" unnie tau kesedihanmu dan unnie tidak melarangmu tuk menangis, menangislah jika itu mampu membuat rasa sedihmu berkurang, namun setelah ini berjanjilah untuk tidak melakukan hal² aneh yang merugikan dirimu.". Nasihat irene, dia menggenggam tangan lalisa dan mencoba memberi kekuatan.
Lalisa tidak mengatakan apapun sebagai respon, tetapi dia hanya mengangguk samar.
" ayo pulang unnie antar, biar malam ini motor kamu disini dulu, oke."
" hm "
Irene tersenyum tipis, kemudian membawa lalisa berjalan menuju mobilnya setelah hujan reda.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
LUKA ( SEASON II) ✅️
FanfictionIni sequel dari Luka Season 1 ya, othor sarankan agar kalian membaca season1 nya supaya paham alur dan tidak kebingungan. SISTER FAMILY JENCHULICHAENG. ( BLACKPINK) ***** Ini tentang Jennie, Jisoo, dan lalisa yang sedang berusaha menyembuhkan luka m...