🌻 6 🌻

414 52 3
                                    

Dua gadis genin sedang menikmati saat-saat beristirahat setelah menyelesaikan beberapa misi di desa tetangga. Mereka kini berjalan berdampingan menuju warung Teuchi, mampir di kios itu demi melenyapkan lelah dengan semangkuk ramen spesial buatan koki legendaris tersebut. 

"Wah, ada Hinata-Senpai. Halo ..." Yang disapa spontan tersenyum sambil menunduk singkat. Kebetulan penerus tertua Hyuuga itu juga duduk di sana bersama semangkuk ramen porsi medium di hadapannya.

"Mira-Chan, coba lihat! Siapa gadis cantik yang di samping Naruto-Senpai?"

"Kecilkan suaramu," bisik temannya. Teriakanmu bisa mencuri perhatian orang lain. Kita tidak sendirian di sini, Yuko."

"Maaf, aku keceplosan." Dan dia cengengesan, menggulir pandang ke Hinata ketika gadis itu tanpa sengaja memandang ke arah yang sama. Nihil tanda-tanda terkejut. Pasalnya, situasi sekian tak jarang dilihatnya. Tidak perlu heran untuk menyaksikan kekasihnya berjalan santai dengan satu dua bahkan lebih sosok baru baik lelaki maupun perempuan. Naruto Uzumaki secara impulsif menjadi figur yang paling sering dicari serta hendak ditemui banyak kalangan dari berbagai daerah. Jadi, selaku pasangan dengan predikat tinggi di mata Naruto, dia sangat mampu memaklumi kondisi pada perkara sejenis.

"Kebiasaanmu! Buruk sekali. Tidak enak dengan Hinata-Senpai. Pokoknya jangan katakan apa-apa lagi. Kita hanya akan menghabiskan ramen dalam ketenangan, lalu pulang."

"Ya, aku tahu." Sementara, gadis bernama Yuko ini baru saja menampakkan kejengkelan. Kendati, dia tidak mengabaikan penuturan temannya yang memang sungguh tepat. Bagaimanapun, dia telah salah dalam bertindak. Kecerobohannya boleh membuat orang lain di sekeliling justru mulai berasumsi macam-macam. Alhasil, seringai kaku mendadak muncul di antara sudut bibir dini Hinata menatapnya tanpa raut terbaca.

Hubungan Hinata dan Naruto tidak pernah  dirahasiakan. Asmara mereka layaknya kapal pesiar yang berlayar dengan damai, cukup populer di kalangan para shinobi. Kecakapan Naruto saat menyelamatkan dia, menuntaskan kerusuhan di bulan turut bergilir sebagai kisah heroik seorang ninja dalam penyelematan dunia serta seseorang yang dicintainya.

"Maaf maaf, apa kalian menunggu lama?" Suara Teuchi menyadarkan Hinata bertepatan pria tua ini menaruh masing-masing semangkuk di depan Mira dan Yuko.

"Terima kasih, Paman. Astaga, perutku malah bertambah lapar gara-gara mencium aromanya. Rasanya pasti sangat gurih, selamat makan!" Antusiasme Yuko, gadis belia yang agaknya memang cukup dipenuhi semangat masa muda seperti jargon ikonik yang selalu diucapkan berulang-ulang oleh Guru Guy. Di sisi berbeda, Hinata meneruskan acara makan sembari berusaha menahan serangan respons di benaknya.

_____

Setibanya di apartemen, Naruto bergegas menekan sakelar demi mengurangi suasana sepi nan remang. Ruangan gelap merupakan poin kecil dari daftar perkara yang dia benci. Namun, keheningan semula sekadar singgah untuk sekejap. Naruto sedikit terperangah akan bait halus membuai rungunya.

"Selamat ulang tahun." Di situ, di meja makan berukuran kecil itu Hinata berdiri seraya mengenakan sebuah topi kerucut. Ada sepiring kue tar berukuran mini di permukaan meja, sekotak bingkisan merah berpita terletak sejajar. "Kenapa? Kamu tidak suka?!"

"Ah, tidak begitu." Nyaris rasa haru tumpah membasahi wajah sebelum Naruto mengayun langkah pelan menghampiri gadisnya. "Kamu menyiapkan semua ini, aku sungguh tersanjung."

"Kita wajib merayakannya, iya 'kan? Ini caraku supaya kamu yakin kalau aku akan selalu berada dipihakmu--sudah makan? Aku membawa dua porsi ramen dari kios Paman Teuchi. Duduklah dulu, aku bisa memanaskan kuahnya sebentar. Kamu mau teh hangat?"

"Apapun yang kamu hidangkan aku tidak bisa menolak, semuanya baik untukku." Segalanya masih berjalan normal bukan? Ini sesuai bayangannya di mana dia tidak ingin memikirkan dugaan buruk mengusik hubungan mereka. "Ada yang perlu aku bicarakan, Hinata. Tapi, alangkah bagus kita makan terlebih dulu."

"Tentu. Kita bisa membahasnya kapan saja kamu mau."

-----

With Laceena


NARUTO NINDEN: Hitotsu ni NaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang