🌻10🌻

257 18 0
                                    

"Aku tidak menyangka akan terjadi hal seperti ini. Lebih mudah menghadapi seorang Shinobi karena kita tidak perlu memikirkan kode etik dunia ninja." Naruto menggerutu di sepanjang jalan, sedang Shizuka hanya mendengarkan sembari menyunggingkan senyum. Entah kenapa setiap kali si Uzumaki mengoceh soal musuhnya, itu terdengar lucu di telinga dia.

Dari kejauhan tiba-tiba bunyi ledakan menyambut, hingga spontan menyentak kesadaran si Uzumaki untuk segera berlari menuju asal keributan.

Begitu sampai di lokasi, debu masih menguasai udara dengan beberapa lubang di tanah berdiameter dua setengah. Sebagian warga sipil tampak menepi ke pohon-pohon, menenangkan pikiran dari rasa panik dan tubuhnya yang bergetar.

"Apa kalian menandai orang atau kelompok yang melakukan ini?" Si Uzumaki menginterupsi usai mengayun langkah mendekati salah seorang pemuda di desanya.

"Aku tidak pernah melihat mereka sebelumnya."

"Mereka hilang dalam sekejap, Naruto." Kiba datang untuk mengambil alih percakapan, menerangkan segala informasi di kepalanya. "Padahal aku yakin mereka bukan dari kalangan ninja. Ada banyak alat-alat aneh di tubuh kelompok itu, seperti senjata pengganti ninjutsu. Tapi, maaf. Aku gagal melacaknya. Ledakan tadi menghasilkan sesuatu yang bisa memengaruhi penciuman Akamaru."

"Kenapa mereka pergi? Apa yang sebenarnya mereka inginkan?!"

"Satu dari mereka menanyakan dirimu, Uzumaki. Dan aku katakan bahwa kau sedang tidak berada di desa, aku menyaksikan kepergianmu dengan Nona itu pagi tadi." Yang dimaksud si pemuda adalah Shizuka. Lalu, gadis itu sendiri belum menunjukkan tanda-tanda untuk merespons peristiwa ini.

"Apa ini yang dimaksud Sasuke tadi? Mereka ingin menantangku?!" Monolognya cukup lirih terbilang, tidak memungkinkan bagi sekelilingnya untuk menangkap pengakuan itu. Si Uzumaki merunduk, menatap ke bawah dengan jemari menyentuh dagu, kebiasaan dia ketika ingin memikirkan sesuatu.

"Naruto--"

"Hinata?! Bagaimana keadaanmu, apa mereka sempat menyerangmu?" Seketika si Uzumaki menghampiri gadisnya hingga terburu-buru mengecek setiap jengkel badannya

"Tenanglah, aku baik-baik saja. Aku ke sini justru karena mendengar dentuman. Bunyinya sangat keras, aku mendengarnya dari rumah."

"Syukurlah. Mereka itu sekelompok orang-orang aneh." Tanpa dia ketahui, di belakangnya Shizuka menjadi pengawas diam-diam. Dia terus menatap intens gelagat si Uzumaki, seakan sedang menelaahnya lebih jauh. Tak berselang lama, dia mendesah berat. Jelas sekali cukup terganggu oleh keakraban di antara sejoli di depan situ. Selagi yang lain fokus membahas tentang serangan, Shizuka praktis memutuskan untuk pelan-pelan menyingkir, melindungi dirinya dari reaksi mereka dan kembali ke penginapan.

Pada lipatan detik sekian, bertepatan langkah Shizuka berjarak tujuh meter dari semula serta merta gerombolan pria aneh dan sangar menyergap lokasi mereka. Fakta demikian menahan niat gadis ini untuk pergi. Dia kontan berbalik, tanpa pikir panjang menghadang sekelompok pria berbadan besar di depan si Uzumaki. Tindakan heroiknya tak ayal mengakibatkan orang-orang di sana melongo heran, termasuk si Jinchuriki kyubi.

"Hei, Nona! Apa maksudmu melakukannya? Kau menghalangi kami. Sebaiknya minggir ke tepi agar kami bisa langsung melawan mereka." Tiada basa basi bagi Kiba, dia sekadar mengikuti instingnya.

"Mereka tidak mudah ditebak Naruto, mereka cukup berbahaya sebagai warga biasa. Senjata seperti ini sudah sering aku lihat di desaku, kurasa sangat familiar. Jika dugaanku benar, mereka pasti memperolehnya dari sana."

"Sebentar, kenapa tidak ada yang mengatakan padaku bahwa Nona Shizuka ada di sini?" Satu dari mereka berbadan paling tinggi dan berlagak. Dia menyeringai kepada si empu yang disebutkan, sarat makna tertentu secara privasi. Sayang, muka mesumnya tidak mampu menjaga harga dirinya. "Aku bisa sekaligus mengalahkan dia di sini dan menikahinya." Begitu singkat detik terasa dini rekan-rekannya yang lain menertawai pengakuan tersebut.

Lantas, Shizuka yang tersulut rasa marah dan malu tidak segan-segan menampakkan penolakan, "Bangunlah dari mimpimu, pecundang!"

-----

NARUTO NINDEN: Hitotsu ni NaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang