🌻12🌻

483 27 2
                                    

"Hinata.." Naruto bersuara lembut, ia menghentikan langkahnya. Seusai penjelasan mengenai misi dengan Shizuka, gadis itu banyak diam sepenjang jalan.

Hinata berhenti, melihat Naruto beberapa langkah di belakangnya.

"Ada apa Naruto?"

Naruto menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Aku minta maaf. Seharusnya aku menjelaskan secara rinci mengenai misi ini."

Hinata menatap Naruto, bibir tipisnya tersenyum. "Aku paham, dan aku juga memutuskan untuk percaya padamu. Hanya saja.."

"Hem? Hanya saja?"

"Tidak. Lupakan. Mari kita pulang dan beristirahat. Kau pasti lelah dengan misi hari ini."

Naruto hanya terdiam mengikuti langkah Hinata dari belakang. Namun hatinya gusar, otaknya berpikir ia memilih kalimat agar tidak menyakiti Hinata.

....

"Hari ini kamu ingin makan apa?"

Naruto berlari kecil menghampiri Hinata, jemari tangannya ditautkan pada kekasihnya. Membuat pipi Hinata bersemu merah.

Naruto menatap Hinata, pria ini sangat suka dengan wajah Hinata dengan rona merah dipipinya. Entah mengapa terlihat menggemaskan di matanya.

"Hari ini kita ke Ichiraku ramen saja. Kamu tidak perlu memasak." Ucap Naruto dang ditanggapi anggukan oleh Hinata.

Kedai Ichiraku cukup ramai pada siang hari, namun mereka makan ramen dengan cukup tenang. Naruto melihat Hinata dengan ekor mata-nya. Pria itu masih gusar, kalimat yang ada di kepalanya tercekat di tenggorokan.

"Naruto-kun. Aku sudah selesai. Ap--. Em? Kau belum selesai?" Hinata menggerakkan tubuhnya menghadap Naruto. Mendapati mangkuk ramennya masih tersisa, gadis itu cukup terkejut.

"Ah.. begini.." masih dengan gelagat kebingungan Naruto masih berhati-hati mengeluarkan kalimatnya. Hinata yang cukup peka segera beranjak. "Kau ingin membicarakannya di rumah?"

Tangan tan besar itu bergerak, menyentuh jemari Hinata kemudian menakutkannya. Tubuh gadis itu berdesir, jantungnya seakan ingin meledak detik itu juga. "Aku minta maaf Hinata. Aku berusaha menyelesaikan masalah ini sendiri agar tidak membuatmu khawatir. Tapi ternyata aku salah."

"Paman Teuchi, ini uangnya. Kami pergi dulu." Ucap Naruto cepat kemudian bergerak meninggalkan kedai dengan tangan yang masih menggandeng Hinata. Tentu saja tingkah laku mereka membuat banyak orang memperhatikan.

"Bukankah itu Nona Hinata?"

"Oh jadi berita itu benar. Mereka bersama ya?"

"Huh tentu saja dengan reputasinya yang sekarang ia akan dengan mudah mendapatkan nona Hinata."

"Hei kalian. Jika masih ingin tulang kalian utuh berhentilah menggunjing. Cih, dasar pengganggu." Kiba yang sedari tadi berada di dekat kedai tak sengaja mendengar desas-desus dari orang-orang sekitar. Seakan tidak terima, pria itu begitu saja mengeluarkan kata-kata kasarnya kemudian berlalu.

....

Mengatur napasnya satu-satu Naruto kembali menatap Hinata. "Hinata.." Suara baritone khas itu sangat lembut. Dan suara dengan nada rendah itu hanya ditujukan ketika ia berbicara kepada Hinata.

"Ya Naruto." Gadis itu menjawab, ia tak berani menatap mata pria-nya, ia masih berusaha mengatur detak jantungnya yang terus berdentam keras karena ulah pria itu.

"Hinata lihat aku."

Gadis itu mendongak, mendapati pria uzumaki itu tersenyum dengan mata yang menyipit. "Hinata aku akan melakukan apapun untuk membuatmu tersenyum. Menjadi milikmu adalah impianku yang terwujud. Jadi.."

bersambung

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NARUTO NINDEN: Hitotsu ni NaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang