🌻 5 🌻

414 49 12
                                    

Sepuluh menit sudah mereka terdiam. Tidak lama, namun cukup menguras pikiran sejak pergolakan akal beradu dengan kecanggungan yang sejak semula menyerang.

Setelah pernyataan dari petinggi Desa Nadeshiko, Rokudaime mempersilakan Naruto dan Shizuka mengambil waktu dan ruang untuk bicara empat mata. Dan di sinilah mereka sekarang, duduk kaku di bangku taman yang tersedia di belakang gedung sekolah Konoha.

"Putri Shizuka, aku--"

Shizuka tersenyum tipis hingga reaksinya ini memutus kata-kata si Uzumaki. Lalu, sejemang dia langsung mengatakan. "Apa kau sudah punya kekasih, Uzumaki?"

Pernyataan demikian tak ayal menyebabkan kelopak Naruto melebar. "Ah, ternyata benar, ya. Aku bisa mengerti." Lagi, senyum menawan menghiasi wajah yang pula rupawan. Shizuka memang merupakan gadis tercantik di desanya dengan rambut hitam lebat nan panjang, dilengkapi sepasang beningnya iris jamrud. Menit berikut gadis ini hela napasnya cukup keras, namun teratur. Dalam hati puas menelan kecewa, tidak dapat berbohong bahwa rasa tertariknya terhadap Uzumaki Naruto telanjur tumbuh sejak pemuda ini membebaskannya dari perseteruan murahan.

Kejujuran si Uzumaki yang kala itu menyinggung perihal seorang gadis yang dia cintai di desanya, menahan keberanian Shizuka untuk meneruskan perasaan. Dia coba berhenti, menguatkan dugaan jika ini sekadar bentuk kekaguman sederhana, kendati bertahun-tahun dia lewati terasa seperti lelucon. Pikirannya dihiasi bayang-bayang wajah si Uzumaki pada waktu-waktu tertentu dan acak. Sampai segala dampak tersebut tanpa disadari perlahan-lahan mengubah sikapnya menjadi tidak biasa di mata sekelilingnya.

"Maafkan aku." Si Uzumaki menyahut mantap, berusaha membagi seringainya selaku simpati di mana dia pun tidak mampu berbuat lebih jauh dari itu.

"Aku tidak memaksa. Tetapi, bolehkah sedikit saja kau membantuku, Uzumaki? Aku berharap kau bersedia memaklumi posisiku. Warga desa menyerahkan sepenuhnya harapan mereka, aku bisa apa? Mereka begitu antusias saat guru menceritakan tentang dirimu sampai pada titik perang ninja terjadi dan kau menang sebagai pahlawan dunia." Shizuka menerangkan fakta dari sudut pandangnya, "Seluruh desa dalam perserikatan ninja mengelu-elukan Uzumaki Naruto. Kau mendadak menjelma sebagai publik figur yang digandrungi di mana-mana." Ini memukul telak relung sanubarinya setelah kepalang memimpikan dapat bersisian dengan si empu pemeran utama.

"Ya, aku seakan bisa merasakan suasananya." Ketika yang terjadi di Konoha pun tak jauh berbeda dari pengakuan tadi. "Tetap saja tidak memengaruhi keadaanku saat ini. Aku bersama dengan gadis yang kucintai juga mencintaiku segitu besar. Menurutmu aku harus bagaimana? Mengorbankan hubungan yang masih muda tentu mustahil, aku nyaman di sini. Jadi, soal lamaran itu, aku tidak akan pernah bisa."

"Beri aku satu minggu bersamamu. Aku butuh alasan yang cukup untuk menyelesaikan masalah ini, anggap permohonan khusus dariku." Shizuka menengok ke sampingnya, menunjukkan keputusasaan pada sorot matanya.

"Baiklah, satu minggu. Semoga kau bisa menemukan alasan yang bagus untuk menenangkan warga di desamu. Aku percaya padamu, Putri."

____

Shizuka segera mencari penginapan di Konoha, langkah pertamanya dalam mewujudkan perjanjian di antara dia dan si Uzumaki. Entah ini akan berhasil atau gagal, setidaknya dia hendak menikmati sejenak patah hatinya sebelum berjuang untuk membenahi kekacauan kecil yang mungkin juga terjadi nanti. Di sisi lain, dia menyembunyikan asa berbeda sekalipun sia-sia.

"Hei, lihat di sana?! Siapa gadis cantik itu? Aku tidak pernah melihatnya. Apa dia kenalan Naruto-Senpai?!"

-----

With Laceena

NARUTO NINDEN: Hitotsu ni NaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang