🌻 4 🌻

440 56 29
                                    

"Shikamaru, untuk lain kali datanglah dari pintu depan. Ketuk dulu agar suasananya tidak secanggung tadi. Aku memikirkan Hinata. Kalau itu hanya aku, tidak akan jadi masalah. Tetapi, dia dan sifat pemalunya pasti terpengaruh oleh tindakan semberono seperti itu."

Yang dituduh sekadar menggaruk tengkuk disusul napasnya berembus kasar. "Aku tidak mengira kau malah membuka keberadaanku. Padahal aku sengaja menyamarkan chakra dengan aroma tumbuhan menyengat tidak jauh dari sini. Itu berhasil andai kau tetap diam dan membiarkanku."

"Diam, lalu mengizinkanmu mengintip kami?!" Mendengkus ulang sembari Shikamaru membuang pandang ke arah berbeda, asalkan dia tak melihat raut Naruto yang kini tampak percaya diri menggurui dia.

"Baiklah, maaf. Selanjutnya aku akan memilih jalur depan sebagai tamu yang menyenangkan." Sindiran kecil, terkadang berlangsung di tengah-tengah obrolan mereka.

"Terima kasih. Kau teman yang pengertian."

"Tidak perlu berlebihan. Aku juga bukan di posisi yang bisa menceramahi dirimu."

"Yah, kau benar. Omong-omong, apa kau sudah tahu alasan Kakashi-Sensei memanggil kita?!"

"Kudengar ada tamu penting."

"Tamu penting?!" Naruto menengok, menuntut penjelasan lebih dari rekannya itu. Namun, pada lipatan menit yang berlalu, Shikamaru betah terdiam.

Pada akhirnya mereka melanjutkan perjalanan tanpa dialog. Tidak bertahan lama ketika tiba-tiba Naruto menyebutkan satu pernyataan atau tanya yang praktis membangkitkan sisi kontras dari Shikamaru yang dominan terlihat membosankan. "Aku tidak tahu," katanya malas.

"Bukankah minggu kemarin Gaara dan Temari berkunjung ke sini? Aku bahkan sempat mengobrol dengan dia tanpa Temari. Pas kutanya di mana saudaranya itu, Gaara pun tidak yakin. Dia cuma bilang bahwa Temari pamit sebentar untuk pergi ke rumah keluarga Nara. Siapa lagi yang dia temui selain kau?!" Hobinya yang sering mendengkus tak ayal semacam menjadi ciri khas bagi Shikamaru, kerap demikian saat dirinya merasa cukup tertekan oleh situasi.

_____

Pintu kantor Hokage terbuka, memancing atensi Kakashi berpindah pada dua pemuda yang kini berjalan menghampirinya dengan air muka penasaran.

"Kakashi-Sensei, kau ingin memberi kami misi, ya?!" Naruto menyambar tanpa harus berupaya memaksakan diri untuk beramah tamah melalui sepenggal sapa.

"Shizuka, apa kau masih mengingat gadis itu, Naruto?"

"Ehm ..." Sejenak Naruto bergeming, menelaah memori di benaknya mengenai gadis yang disebut Rokudaime. "Ah, iya. Aku tahu. Gurunya dan Petapa genit pernah terikat sebuah perjanjian rumit. Aku juga pernah membantunya terlepas dari beberapa pria aneh yang berperang untuk bisa menikahinya.

"Dia di sini," ungkap Kakashi serempak dua Kunoichi yang salah satunya sangat familiar di mata si Uzumaki muncul dari jendela di belakang kursi Hokage.

"Lama tidak bertemu, Naruto. Kau makin mengagumkan dari terakhir kali kita bertemu beberapa tahun silam." Kunoichi bernama Shizuka itu sukacita menegur, menyematkan senyumnya yang memang menawan.

"Naruto, Shikamaru, silakan duduk." Ini penuturan Kakashi agar dua dari kumpulan mantan murid andalannya itu dapat duduk dengan tenang. "Nona Shizuka, kami semua ingin mendengar tujuan Anda," sambung si Rokudaime jangka Shizuka dan rekannya turut menyamankan badan di sofa medium di sisi kanan Hokage.

"Desa Nadeshiko, semula Uzumaki Naruto merupakan ninja yang berjasa dalam menyelamatkan desa kami ini. Oknum-oknum tidak bertanggung jawab hampir saja berhasil menghancurkan kedamaian desa, jika saja Uzumaki tidak bertindak tepat waktu." Mereka semua saling bertukar pandang, seolah mencari jawaban atas desakan keingintahuan. "Kami sekali lagi berterimakasih untuk masa tegang yang sudah terselesaikan. Kedatangan kami kemari adalah membawa lamaran pernikahan untuk Uzumaki. Petinggi desa beserta kami selaku warga menaruh harapan besar supaya Uzumaki bersedia menerima tawaran ini. Putri Shizuka--"

"Apa maksudnya ini?!"

"Tunggu sebentar, Naruto. Biarkan mereka menuntaskannya."

Petinggi yang merangkap sebagai guru Shizuka tersebut menaikkan sudut-sudut bibirnya, lalu berkata, "Petinggi terdahulu menantikan perjanjian baru yang memungkinan untuk dibuat antara Uzumaki dan Putri Shizuka yang mana rancangan ini tertahan oleh keraguan Putri sendiri. Masa itu Tuan Putri bimbang sekaligus malu. Maka, saya di sini berperan selaku wali pendamping. Pernikahan ini sejak lama dinantikan oleh warga kami. Bisa berbesan dengan ninja Konoha semacam mimpi terbaik yang sungguh pantas diraih."

"Tapi, Nona ... aku--" Naruto merunduk, diserang kelu. Dia pun tak menyadari sendu pandang Shizuka tertuju kepadanya.

-----

With Laceena

NARUTO NINDEN: Hitotsu ni NaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang