🌻9🌻

499 34 9
                                    

Sasuke menghela napas kasar, memutar bola matanya bermaksud menginterupsi agar rekannya mengikuti langkah dia. Naruto mengangguk cepat sebelum meminta Shizuka untuk tetap menunggunya di kedai Dango.

Sambil berjalan mendekati Sasuke, si Uzumaki tertawa canggung. "Maaf, apa kau masih marah soal tadi? Ini benar diluar rencanaku. Dan gadis tadi juga bagian dari misiku."

Sasuke melirik keberadaan Naruto disamping.
"Ya, aku mengerti. Aku hanya ingin menyampaikan informasi penting."

"Mukamu terlihat sangat serius, apakah Desa sedang dalam bahaya?"

"Aku rasa--ada kelompok perampok yang cukup handal dalam Taijutsu. Mereka menuju desa Konoha untuk menjarah rumah warga sekaligus menantang dirimu."

"Hah! Yang benar saja."

"Jangan meremehkan mereka Naruto. Dalam Ninjutsu mungkin para bandit bodoh itu memang lemah, tetapi kelompok mereka sudah membekali rencana dengan senjata lengkap."

"Apakah mereka Shinobi?"

"Tidak, mereka hanya perampok biasa."

Menghela napas kasar, Naruto berjalan ke depan, sengaja melangkahkan kakinya menuju pohon di depan Sasuke untuk dia bersandar. "Inilah bagian yang sangat merepotkan. Mereka bukan Shinobi."

"Yah." Jawab Sasuke singkat.

Di lain sisi, Shizuka yang mulai bosan sekadar bisa menatap iseng sepiring dango di depan dia. Akalnya tengah bergelut memikirkan kesempatan yang dia punya terancam hilang. Dia tidak pernah mempertimbangkan sosok rekan si Uzumaki dalam situasi apapun. Jelas sekali bahwa dia bahkan baru pertama ini melihat pemuda minim ekspresi tersebut, kecuali mendengarnya dari percakapan random orang-orang. Kepopuleran si Uzumaki sudah menyebar ke mana-mana, sekalipun dunia bawah tanah, barangkali.

"Gadis cantik sepertimu mengapa duduk sendirian di sini?"

Shizuka terkesiap, sungguh lalai ketika lamunan menggeret dirinya dari kenyataan. Kini, tiba-tiba segerombol pria mencurigakan mengelilingi dia di situ. Sementara pelanggan lain serta pemilik kedai kontan ketakutan hingga menyingkir ke pojok ruang.

"Pergilah! Ini hanya warung biasa. Kalian tidak akan mendapatkan apa-apa."

"Hahaha. Hei, kalian dengar ucapan si cantik barusan?" Praktis anggotanya saling pandang, serempak bingung atas penuturan tersebut. Mereka persis komunitas orang bodoh jika dalam situasi demikian.

"Dasar, dungu! Pergilah selagi aku tidak memiliki minat terhadap kalian." Kembali mereka tertawa lantang seolah-olah sengaja ingin mengejek Shizuka.

"Pilihan yang salah. Aku sudah memperingati kalian. Jadi, aku harap tidak ada yang menyesal."

-----

"Apa mereka memakai senjata? Apa kau bisa menjelaskan cirinya secara detail? Dan kenapa mereka tiba-tiba kabur?" Sasuke menggeleng-geleng mafhum menyaksikan rekannya mencecar begitu panjang kepada satu-satunya kunoichi di tengah-tengah mereka.

"Aku tidak tahu. Aku belum sempat memasang kuda-kuda saat yah—mungkin pimpinan mereka, memanggil dengan cara yang aneh."

"Aneh? Maksudmu asap biru itu?"

"Sepertinya begitu. Aku tidak bisa memastikannya, Naruto. Tepat setelah asap biru memenuhi warung dango, dalam sekejap mereka semua lenyap. Asap tersebut muncul sejak pria botak bersiul dari pertigaan yang kita lewati tadi. Dia melempar tiga bola beragam warna. Orang-orang termasuk aku terbatuk karena aromanya terasa pedas di tenggorokan. Habis itu mereka semua menghilang."

"Kau bilang bukan ninja 'kan Sasuke?" Tidak berkomentar panjang, si Uzumaki justru memilih untuk memastikan ulang informasi pemberian rekannya.

"Aku bilang tidak boleh menyepelekan mereka dan keraguanmu terjawab oleh pengakuan Nona Shizuka."

"Ternyata benar, ya. Merepotkan saja." Hela napas berembus rendah dini si Uzumaki kembali berkata, "Jika tebakanku ini pas, mereka sedang menuju desa Konoha. Sial!"

Laceena

-----

NARUTO NINDEN: Hitotsu ni NaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang