Drrrrt! Drrrrt!
Suara getaran ponsel mengganggu istirahat guru cantik itu, meski kepala masih terasa pusing tapi terpaksa dia membuka mata dan meraih ponsel yang dia taruh di meja samping tempat tidurnya.
"Ugh!" Seraya memegang keningnya dia melihat siapa yang menghubunginya, setelah tahu siapa yang menghubunginya dia kembali mendesah pelan lalu menerima panggilan masuk itu.
"Iya eomma." Sapa Jennie.
Jennie masih memiliki orang tua lengkap, tapi dia tidak betah tinggal di rumah karena kondisi keluarga nya tidak baik-baik saja, dia hanya akan pulang sesekali jika ibunya meminta karena orang tuanya di Busan sementara dia memilih bekerja di Seoul.
"Jen, bisa transfer uang nak? Sudah jatuh tempo untuk membayar sewa rumah."
Jennie memejamkan mata setelah mendengar ucapan ibunya di ujung sana, dia lahir dari keluarga sederhana, bisa sekolah dan menjadi guru pun karena dia mendapat beasiswa dulu, dia baru berusia 25 tahun namun dia sudah menjadi tulang punggung keluarga karena ayahnya hanya pekerja serabutan yang tidak selalu bisa di andalkan.
Perbincangan antara Jennie dan ibunya terus berlangsung, semua hanya berputar di sana meski Jennie tetap menanyakan kabar ibunya, tapi beberapa saat kemudian Jennie memilih menyudahi panggilan itu.
"Sudah aku katakan bercerai saja, tapi hah .. ya sudahlah, terserah eomma saja, nanti aku transfer uangnya."
Tut!
Setelah mematikan panggilan Jennie melempar ponselnya ke atas tempat tidur, dia menutup wajah menggunakan kedua tangan tapi beberapa saat setelah itu dia mengusap wajahnya secara kasar lalu ia memilih turun dari atas tempat tidur.
Karena kaki masih terasa sakit dengan tertatih Jennie melangkah ke kamar mandi, dia tidak mandi karena sudah mandi sebelum tidur tadi, setelah mencuci wajahnya dia segera keluar dari kamar karena dia mendengar suara Irene dan Jisoo sedang berbincang.
Ceklek!
Irene dan Jisoo menoleh ke arah pintu kamar Jennie, keduanya tersenyum begitu pun dengan Jennie sendiri, mereka baru pulang bekerja sedangkan Jennie tidak masuk hari ini bahkan dia tidak pergi untuk mengajar Lisa juga.
"Sudah membaik?" Tanya Jisoo.
Jennie mengangguk, "masih pusing tapi tidak demam." Jawabnya.
Jisoo mengangguk dan segera membantu Jennie duduk, di rumah itu Jisoo yang paling bisa bersikap dewasa karena Jennie dan Irene selalu saja berdebat, Jisoo jadi penengah setiap kali Jennie dan Irene berdebat entah tentang hal apa pun itu.
"Aku rasa kau harus cum Jen, agar kepala mu tidak pusing." Ledek Irene.
Jennie berdecak sebal, "ck! pantas saja kau menjadi guru biologi." Ledeknya.
"Ih, tentu saja. Menjadi guru biologi itu menyenangkan, dari pada kau? Guru matematika, tsss.. itu memusingkan dan tidak asyik." Jawab Irene.
Jennie hanya menggeleng tanpa menyahuti ucapan Irene, dia sedang memikirkan ibunya jadi terlalu malas baginya untuk berdebat dengan Irene, tapi Jisoo peka dengan kegelisahan Jennie jadi dia segera menepuk pelan paha kaki kiri Jennie.
"Aku rasa kau bukan hanya sakit sekarang, apa ada yang mengganggu pikiranmu?" Tanya Jisoo.
Jennie tersenyum setelah mendengar pertanyaan Jisoo, dia enggan bercerita tapi memendam sendiri pun tidak enak rasanya.
"Aku rasa aku membutuhkan side job untuk menambah pemasukan ku." Jawab Jennie.
Irene mengangkat sebelah alis, "aku rasa pemasukan mu sudah lumayan sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
MY NERDY LOVER - JENLISA [G!P] ✓
FanficKisah seorang Lalisa Manoban, seorang gadis special turunan billionaire yang tidak menyukai hingar bingar kehidupan di luar rumah, dia pintar dan berprestasi namun dia tidak mengerti tentang cara menikmati hidup yang menurut sebagian orang menyenang...