Chapter 1 || gloomy

36 4 4
                                    

Hazel duduk terdiam di balik jendela kamar, menatap derasnya air yang turun dari langit.

Pemandangan yang ia sukai sekaligus menyedihkan. "Aku merindukanmu, Ayah." Ucap Hazel hingga ia tak sadar air matanya menggenangi pipinya.

"Kau pergi terlalu lama, hingga aku tak tahu caranya tertawa. Di sini sangat sepi, Yah. Ibu sekarang berubah menjadi aneh sejak Ayah tiada. Masa-masa itu sangat aku rindukan." Ucap Hazel hingga ia tertidur.

Hazel terbangun ketika hujan sudah reda, ia tertidur di dekat jendela membuat tubuhnya sakit.

Hari menunjukan pukul empat sore. Hazel merebahkan tubuhnya di atas kasur, melihat di atas meja yang sudah disediakan nasi sekaligus lauknya Hazel pun membangunkan dirinya segera.

"Kebetulan sekali aku sedang lapar." Gumamnya dan langsung duduk dan melahap makanan yang sedari tadi sudah disediakan oleh Bibi Larry.

Hazel memang jarang sekali keluar kamar, ia selalu mengurung di dalam kamarnya setelah pulang sekolah. Kegiatannya hanya tidur, makan dan sekolah.

Ibunya kini bekerja dan tidak pernah memperhatikan Hazel sejak Ayahnya telah tiada. Kini yang memperhatikanya hanya Bibi Larry dan Paman Gustav.

Pagi ini Hazel bersiap-siap untuk sekolah. Ia bangun lebih awal karena perjalanan dari rumah ke sekolahnya cukup jauh. "Bi, Aku berangkat," ucap Hazel sambil melambaikan tangannya. "Semoga harimu menyenangkan," jawab Bibi Larry.

Hazel telah tiba di ruang kelas. Jam sudah menunjuk pukul 06.51 yang menandakan lonceng masuk akan segera bunyi.
"Hazel!" Seseorang memanggil dan menepuk pundaknya dari belakang.
"Astaga! Zeny!" Ucap Hazel yang agak kesal dengan perilaku temannya yang sering mengejutkannya.

"Kau melamun mulu, sih. Kau tahu? Mengapa Pak Guru sering memarahimu?"
"Tidak."
"Karena kau sering melamun saat jam pelajaran, Hazel!" Ucap zeny memberi penjelasan.
"Sebenarnya apa yang kau lamunkan?" Tanya zeny yang penasaran dengan sikap Hazel akhir-akhir ini.
"Tidak." Ucapnya singkat.
"Oh iya Hazel, akhir-akhir ini banyak orang yang membicarakan tentang kerajaan bawah tanah yang kabarnya terdapat koin emas!." Ucap zeny yang semangat menceritakanya kepada Hazel.

Zeny memang suka mencari tahu sesuatu yang mustahil. Aneh di dengar tapi nyata di lihat.

"Lalu?" Ucap Hazel yang malas menanggapi ucapan temannya.
"Aku mau men-" ucapnya terpotong ketika bell masuk berbunyi.


Teng ... Teng ... Teng ...


Bell tanda masuk telah berbunyi semua murid segera duduk di tempatnya masing-masing dan pelajaran akan segera dimulai.


***


"Aku pulang." Ucap Hazel dari luar pintu dengan lemas ia menaiki anak tangga.

"Nona Hazel, makanlah dulu."ujar Bi Larry.
"Iya, Bi. Nanti."

Hazel sedari pulang sekolah hanya melamun, belum mengganti pakaian apalagi melepas kaus kakinya. Ntah apa yang dipikirkannya. Melihat tingkah Hazel dari balik pintu, Bi Larry hanya menarik napas berat. Makin hari makin murung tak banyak bicara dan tubuhnya makin kurus karena hazel jarang sekali makan, itupun makan kalau perutnya sakit jika tidak hingga esok pun ia tidak makan.

"Apa ini sudah waktunya aku mengatakannya, ya?" Batin Bibi Larry.

GreelandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang