7. Talking Night

218 24 4
                                    

Malam ini keadaan cukup tenang karena Yuma dan Taki yang biasanya merusuh masih mendekam di kamarnya masing-masing.

Fuma dan Nicholas sedang memasak untuk makan malam dan ini saatnya untuk K melanjutkan acaranya, ya berbicara dengan Adik-adiknya.

K berjalan ke sisi seberang dimana kamar Adik-adik kecilnya berada, entah apa motif Papa, Mama, dan Bunda dulu memisahkan kamar Anak-anaknya terlalu jauh.

Kamar pertama Jo.

Tok tok

"Jo, ini Kak K."

Cklek

Pintu dibuka dari dalam, memperlihatkan kepala Jo yang menyembul dari sana.

"Hehe Kakak, sini masuk."Jo membuka lebar pintu kamarnya mempersilahkan Kakak tirinya itu masuk.

"Kamu lagi apa?"

"Lagi belajar."tak beda dari Yuma, Jo juga sedang belajar karena mereka sebentar lagi akan menghadapi ujian kelulusan.

Mata K beredar ke seluruh ruangan, pandangannya terhenti pada sekumpulan vitamin di rak kecil milik Jo.

"Vitaminnya nggak pernah lupa diminum kan?"tanya K pelan. Tentu saja dia tidak akan pernah lupa jika Jo lahir sebelum waktunya membuat imun tubuhnya lemah.

"Enggak dong."

"Bagus."K mengusap kepala Jo bangga.
"Kamu punya kesulitan nggak?"

"Kesulitan apa?"

"Apapun kesulitan yang kamu alami selama ini, di sekolah mungkin?"

"Nggak ada, semua teman Jo baik kok, tapi Jo lagi pusing aja sekarang."keluh Jo.

"Nggak papa, Jo selama ini udah berusaha jadi kalau pusing ataupun capek Jo bisa istirahat sebentar. Kakak yakin Jo sama Yuma pasti bisa pas ujian besok."ucap K memberi semangat.

Jo mengangguk, nggak sabar buat segera lulus dari sekolah dasar.

"Udahan belajarnya, siap-siap turun sebentar lagi buat makan malam Kakak tinggal dulu."K kembali mengusap rambut Jo sebelum keluar dari kamar.

***

"Rua mau ketemu Papa sama Mama, Rua iri sama Jo, Rua mau Kak Fuma sayang sama Rua."haduh, K mana bisa kabulin semua permintaan itu.

"Em gini ekhem Rua, kan sekarang udah ada Kakak sama Adek yang sayang sama Rua, jadi Rua nggak usah cariin Papa Mama lagi ya"bujuk K

Harua mengangguk, dia tahu itu.

"Tapi Kak K bisa nggak buat Kak Fuma perhatiin Rua."

Dalam hati K menjerit frustasi, ternyata susah juga permasalahan Adik-adiknya ini. Tapi, cuma perasaannya aja apa memang sebagian masalah mereka tuh karena saudara mereka sendiri?

"Maaf, untuk saat ini Kakak belum bisa kabulin permintaan Rua tapi suatu saat nanti Kak Fuma pasti sayang sama Rua dan perhatian sama Rua."

"Benarkah?"

"Iya dan satu hal yang Kakak minta."K menatap Harua serius.

"Apa?"

"Kamu jangan pernah benci sama Jo ya."

***

Makan malam baru saja selesai dan K berniat menghampiri Taki yang duduk sendirian di ruang keluarga sambil menonton TV juga memakan cemilan.

"Taki."Taki menoleh tanpa menjawab.

"Kok sendirian?"

"Maki nggak mau diajak keluar kamar."jawab Taki singkat.

K mengerutkan keningnya heran. Kalau EJ, Harua sama Yuma yang biasanya ikut gabung bareng Taki sih memang kalau habis makan malam gini lebih suka mendekam di kamar masing-masing tapi kalau Maki?

"Ada PR nggak?"

"Nggak ada."

"Taki."

"Kenapa Kak K?"

"Kamu punya masalah sama sesuatu nggak?"Taki berhenti mengunyah makanannya, berpikir sebentar.

"Nggak ada."

"Yakin?"

"Hm, emang apa masalah yang bisa aku dapat dengan menjadi Anak baik?"K terdiam, jujur walaupun Taki itu Adik kandungnya tapi K merasa tidak cukup dekat dengan Taki, sekarang. Ya, mereka semua dekat tapi K dan Taki tidak sedekat itu dan K merasa ada yang salah dengan hubungan ini. Apa cuma perasaan K aja?

"Yaudah kalau emang nggak ada apa-apa, tapi kalau kamu punya masalah ingat kalau Kakak ini Kakak kandung kamu."K mengusap rambut Taki dan pergi dari sana meninggalkan Taki yang menatap K dengan pandangan datar.

***

"Adek."K mendorong pintu kamar Maki pelan.

Lampu kamarnya mati total namun K tidak berani menghidupkannya. K menghampiri ranjang Maki dan duduk di sana, beberapa saat sampai ia merasakan Maki yang bangkit dari tidurnya dan memeluknya erat.

"Adek kenapa?"tanya K sambil memeluk balik Maki.

Maki menggelengkan kepalanya dan mendusel ke leher K. Sepertinya sudah mengantuk. K berdiri dan menutup pintu dengan posisi menggendong Maki yang tidak mau lepas darinya.

"Ayo tidur Kakak temenin."K mengusap rambut Maki yang basah oleh keringat, padahal cuaca tidak terlalu panas namun Maki sangat berkeringat.

"Kak."

"Kenapa?"

"Maki mau ketemu Bunda."ucapnya sambil sedikit merengek namun suaranya tetap lirih.

"Iya nanti pasti Maki ketemu Bunda kok."balas K tak menanggapi ucapan Maki dengan serius.

"Maki pengen cepet ketemu Bunda."katanya lagi, kini K merasa khawatir karena K bisa merasakan air menetes di lengannya juga tubuh kecil Maki yang bergetar, napasnya juga terdengar berat.

"Maki."seru K panik sambil hendak menghidupkan lampu namun Maki dengan cepat memeluk erat K membuat K tak bisa berkutik.

Bisa saja sih sebenarnya, gampang malah tapi K tahu jika Maki tak ingin K melihat wajahnya.

"Kamu kenapa?"tanya K sekali lagi.

"Sakit, Maki nggak mau."K paham jika Maki merasa tidak nyaman dengan kondisi tubuhnya yang lemah, tapi Mama sudah mempercayakan Maki kepadanya.

"Obatnya udah diminum?"Maki menganggukkan kepalanya.

"Maki, nggak mau kan lihat Kakak-kakak sedih?"

Maki menggeleng,

"Maki juga nggak mau kan lihat usaha Bunda sia-sia?"

Maki menggelengkan kepalanya lagi,

"Ayo berusaha yang terbaik untuk kesembuhan Maki."K semakin mengeratkan pelukannya pada Maki.

Kali ini Maki mengangguk.

"Selain kangen Bunda Maki nggak punya keluhan lain kan?"

Hening sesaat,

"Nggak ada."jawab Maki kemudian.
"Tapi, Maki tetap berharap bisa ketemu Bunda secepatnya."

K hendak membalas kembali ucapan Maki namun ia mengurungkan niatnya saat mendengar napas teratur yang menerpa lehernya. Maki sudah tertidur.

K mengusap punggung Maki dan ikut memejamkan matanya.

Apapun yang terjadi, K akan bersyukur jika Adik-adiknya tidak mengalami masalah serius di hidup mereka, setidaknya itu yang K tahu.

Atau mungkin semuanya hanya alasan saja dan mereka masing-masing memiliki masalahnya sendiri yang tidak mau orang lain ketahui.

Karena K tidak benar-benar merasa kalau mereka semua jujur kepadanya, ada sedikit kebohongan di setiap kata yang mereka ucapkan.

Dan malam ini K tahu jika semua Adiknya masih enggan untuk terbuka kepadanya, hanya kepadanya.

SEE YOU NEXT CHAPTER

Our Live || &TeamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang