"Maki sakit, seperti saat dia dilahirkan."
"..."
"Semua terserah kamu, Maki juga Adik kandung kamu."
"..."
"Baiklah cepat kembali, Maki juga merindukanmu."
Fuma menutup panggilan telepon dengan Yuma yang akan mempercepat kepulangannya. Jujur saja bukan hanya Maki dan Nicholas yang sering mengeluh merindukan Yuma, dirinya pun juga sama sangat merindukan Yuma.
Namun, keputusan yang Yuma buat harus selalu ia hargai.
Fuma memiliki Adik yang tidak biasa, semuanya spesial dan memiliki hal tersembunyi masing-masing.
"Gimana?"tanya Taki yang melihat Fuma mendekat.
"Yuma akan mempercepat kepulangannya."
"Wah beneran?"tanya Taki antusias. Bagaimanapun dia merindukan saat-saat Yuma menjahilinya. Nicholas sekarang menjadi lebih pendiam semenjak Yuma pergi.
Fuma mengangguk lalu berniat duduk sebelum akhirnya Dokter yang memeriksa Maki keluar membuat Fuma mengurungkan niatnya dan memilih menghampiri Dokter tersebut.
Dokter yang sama yang menangani Maki sejak ia datang ke Korea.
"Dokter, bagaimana keadaan Maki?"tanya Fuma, yang lain ikut mendengarkan di belakang.
"Eum bisa ikut Saya ke ruangan?"
Fuma melirik K di sampingnya sebelum akhirnya mengangguk kepada Dokter.
"Mari ikut Saya."Dokter itu pergi diikuti K dan Fuma. Taki menggerutu, padahal kan dia juga pengen tahu keadaan Maki.
"Ih nanti tanya kan bisa."ucap Harua yang greget denger Taki misuh.
Taki nyengir lalu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Iyaa."
***
"Kondisinya memburuk."
K dan Fuma mematung mendengar penjelasan sang Dokter.
"Bagaimana bisa?"
"Banyak faktor yang mendasari. Maki terlalu memikirkan banyak hal hingga membuatnya Drop seperti ini, juga..."
K dan Fuma menunggu Dokter kembali bicara.
"Hhh fungsi jantungnya menurun."Fuma memejamkan matanya membuat air mata mengalir melewati pipinya. Sedikit cerita dari Mama dulu membuat Fuma tau hal ini pasti akan terjadi.
"Kalau dibiarkan kondisinya akan semakin memburuk dan bisa menyebabkan kematian."
Tidak! Jangan!
Maki masih terlalu kecil untuk mengahadapi semua ini.
"Seperti yang pernah Saya katakan dulu, bahwa Maki lahir dengan memiliki kelainan pada katup jantungnya, kondisi ini menyebabkan darah yang seharusnya menyebar ke seluruh tubuh kembali lagi ke jantung."
K dan Fuma berusaha keras mencerna apa yang Dokter di depan mereka ini katakan, Dokter yang sama yang menangani Maki dulu.
"Pada kasus Maki, yang terjadi adalah Stenosis Katup Aorta yaitu gangguan pada pembukaan katup aorta yang menyempit. Hal ini menyebabkan jantungnya dipaksa bekerja lebih keras memompa darah melalui katup yang sempit ini. Semakin lama, jantungnya akan melemah dan membahayakan nyawa Maki."
"Bisa disembuhkan kan Dok?"tanya K.
"Untuk kasus katup jantung belum ada pengobatan yang bisa menyembuhkan secara total, namun kami akan berusaha sekuat mungkin untuk mencegah kemungkinan yang lebih buruk lagi. Kami akan berusaha untuk membantu kerja jantung Maki meningkat, jadi tolong jangan sampai Maki memikirkan sesuatu yang berat dan jangan biarkan dia melakukan aktifitas yang berat juga"
K dan Fuma mengangguk paham.
"Terimakasih Dokter."K dan Fuma membungkukkan badan dan segera keluar dari ruangan Dokter. Dokter tersebut tersenyum kecil membalas, matanya menyiratkan tatapan sendu pada dua Anak tersebut.
"Fuma, Maki pasti bi..."perkataan K terpotong saat Fuma meninggalkannya begitu saja.
Nyatanya bukan hanya mereka yang memiliki masalah dan keluhan, K pun sama hanya saja perannya sebagai Kakak tertua membuatnya tidak bisa berbuat apapun selain diam dan diam.
***
"Maki mau lihat Kak K sama Kak Jo wisuda."
"Iya, tapi sekarang Maki harus banyak istirahat supaya besok bisa datang ke acara wisuda Kakak."K mengusap kepala Maki pelan.
Maki mengangguk lalu menatap Fuma yang duduk di belakang K.
"Kak Fuma."panggilnya pelan.
"Kenapa Maki?"tanya Fuma sembari mendekat ke arah Maki membuat K mau tak mau mundur.
"Kak Yuma kapan pulang?"
"Kemarin kan Maki sudah lihat Kak Yuma wisuda berarti sebentar lagi Kak Yuma akan pulang."
"Maki rindu Kak Yuma."kata Maki sambil memeluk Fuma, matanya mulai terpejam.
"Adek ngantuk?"tanya Fuma sambil mengusap rambut Maki. Maki menganggukkan kepalanya pelan.
"Yaudah kalau gitu tidur yang bener."Fuma membenarkan posisi tidur Maki agar nyaman.
"Jangan lupa bangun lagi."
"Maki juga rindu Papa sama Bunda."kata Maki lirih sebelum benar-benar tertidur membuat Fuma mematung. Jangan sekarang, batin Fuma memohon.
***
Seorang pria dengan rambut coklat dan sedikit panjang itu berjalan di bandara seorang diri dengan koper di tangannya. Sedikit kesusahan melihat tubuh mungilnya menggeret 2 koper besar dengan 1 ransel di pundaknya seorang diri.
Setelah 3 tahun menempuh pendidikan di negeri Sakura tempat kelahirannya, kini ia kembali lagi ke Korea untuk berkumpul bersama dengan keluarganya.
Yuma, tidak ada yang tahu tentang kepulangannya, ia hanya berkata akan mempercepat namun tidak disangka akan secepat ini.
Besok adalah hari kelulusan Kakak tertua tidak mungkin kan dia tidak datang.
Berdasarkan percakapannya dengan Nicholas tadi, mereka semua ada di rumah sakit menunggu Maki, mumpung sudah libur semua.
Yuma ingin sekali langsung menemui Adik bungsunya tersebut dan menyalurkan rasa rindu yang sudah lama ia pendam namun pulang dulu aja lah Yuma masih cukup waras untuk tidak merepotkan diri sendiri dengan membawa koper besar ke rumah sakit.
Yuma berhasil masuk ke rumahnya setelah meminta kunci kepada satpam yang berjaga di gerbang.
Hahh sudah 3 tahun dirinya tidak menginjakkan kakinya di rumah ini, selama liburan pun Yuma tidak punya niat kembali ke Korea dan Yuma juga melarang saudaranya yang lain berkunjung ke Jepang karena suatu alasan.
Kini, Yuma sudah siap dan ia akan memulai sesuatu yang baru di sini bersama saudaranya yang lain.
SEE YOU NEXT CHAPTER
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Live || &Team
FanfictionTentang mereka, yang bertahan karena hidup bersama. "Berterima kasihlah kepada takdir yang telah membuat kita menjadi satu keluarga." BROTHERSHIP!!!