Tidak ada suara tangisan bayi, yang ada hanyalah suara tangisan orang dewasa yang ditinggalkan. Waktu kematian baru saja disebutkan dan isak tangis kian terdengar.
Suasana duka menyelimuti ruang operasi tersebut dimana seorang Ibu telah terbaring kaku setelah baru saja berhasil melahirkan putra ke-empatnya.
Seorang Dokter maju lalu menutup wajah sang pasien yang telah tiada membuat tangis terdengar semakin pilu.
"Aku mau melihat bayinya."seorang wanita paruh baya tampak meminta kepada Suaminya.
"Dokter, kami ingin melihat bayinya."pinta sang Suami kepada Dokter di sana.
"Mari Saya antar."Suster yang tadi mengurus sang bayi angkat bicara lalu menyuruh keduanya agar mengikutinya.
Di ruangan itu, terbaring seorang bayi mungil di dalam inkubator dengan tubuhnya yang masih merah, terlihat sangat lemah dan rapuh. Seharusnya setelah lahir dia bisa merasakan berada di dalam dekapan hangat sang Bunda namun takdir menentangnya.
"Hirota Riki."
***
"Riki?"tanya Anak kecil berusia 4 tahun itu kepada seseorang yang sudah ia anggap sebagai Ibu.
"Iya, Riki."
"Riki? Riki?"tanyanya lagi, kali ini kedua tangannya menunjuk 2 bayi berbeda usia yang dibaringkan bersebelahan.
Sang Ibu tersenyum lalu mengangkat tubuh si kecil ke pangkuannya.
"No, Taki, Maki."ucap si Ibu sambil menunjuk satu persatu bayi yang dimaksud.
"Taki, Maki?"ulang Anak kecil itu.
"Pintar."puji si Ibu.
"Mama, di mana Bunda?"tanya si kecil lagi membuat si Ibu yang dipanggil Mama itu terdiam.
2 bulan telah berlalu dimana Maki, putra terakhir Bunda telah keluar dari inkubator dan 2 bulan itu juga sahabatnya atau orang yang melahirkan Maki telah pergi meninggalkan dunia.
Kepalanya menoleh ke samping dimana ada Anak lain berusia lebih tua duduk di atas ranjang sambil memandangi wajah Maki.
"Nicholas."panggil Mama pada Anak di pangkuannya.
"Iya Mama?"
"Bunda sudah pergi ke tempat yang jauh lebih indah, Bunda bahagia di sana."
"Kenapa Bunda nggak ajak Nicho?"tanya Nicholas, putra kedua sang Bunda.
Mama tersenyum pedih,
"Belum saatnya sayang, suatu hari nanti Bunda pasti jemput kamu."jelas Mama.
Nicholas jelas belum paham apa maksudnya, yang ia tahu hanyalah Bundanya tidak pernah kembali.
"Mama, nanti Nicho ke sini lagi ya sekarang Nicho mau temenin Yuma."ucap Nicholas sambil turun dari pangkuan sang Mama lalu berlari keluar dari kamar setelah Mama menganggukkan kepalanya.
"Fuma sayang, sini nak."Mama merentangkan kedua tangannya memberi isyarat kepada Anak di depannya agar masuk ke dalam pelukannya.
Fuma, putra sulung Bunda.
"Mama, Bunda udah meninggal, Bunda ninggalin Fuma, Nicho, Yuma, sama Adek Maki sendiri."adu Fuma sesaat setelah masuk ke dalam pelukan sang Mama.
"Ssttt sayang kamu nggak boleh ngomong gitu kalian nggak sendiri di sini, ada Papa, Mama, Kak K, Euijoo, Taki, bahkan ada Jo juga, Fuma kan udah janji sama Bunda kalau mau jagain Jo kan?"
"Hiks iya."
"Jangan nangis dong, Jo nggak akan suka Kakaknya nangis kayak gini, Adek Maki juga."Fuma langsung melepas pelukannya dan menoleh ke arah Maki.
"Yang rawat Adek Maki siapa?"tanya Fuma.
"Papa sama Mama juga kita semua akan sama-sama rawat Maki, Taki juga, kita bisa saling merawat dan menjaga."
Fuma mengangguk,
"PAPA PULANG!"seruan dari luar itu membuat keduanya menoleh ke arah pintu.
"Sana samperin, Papa udah pulang tuh."
"Yaudah Fuma mau samperin Papa dulu ya nanti ke sini lagi."Fuma turun dari ranjang lalu berlari keluar kamar, persis seperti yang Nicholas lakukan tadi.
Mama menoleh ke arah kedua bayinya, Maki terbangun, bayi mungil itu pasti terbangun mendengar suara Papanya. Tangannya terangkat ke atas juga mulutnya mengoceh khas seorang bayi yang baru lahir.
Dengan segera Mama menggendong Maki. Mulai sekarang Maki adalah tanggung jawabnya. Delapan Anak di rumah ini adalah tanggung jawabnya.
Dia akan berusaha membuat semua Anaknya akur dan saling menyayangi, dia juga akan berusaha adil kepada semua putranya.
Maki, harus tetap bertahan walaupun tanpa sang Bunda di sisinya.
SEE YOU NEXT CHAPTER
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Live || &Team
FanfictionTentang mereka, yang bertahan karena hidup bersama. "Berterima kasihlah kepada takdir yang telah membuat kita menjadi satu keluarga." BROTHERSHIP!!!