"Nicho, ini gimana aku nggak bisa."dari depan kelas, EJ berjalan rusuh sambil membawa bukunya menuju bangku Nicholas. EJ beruntung banget pas kelas 3 bisa satu kelas sama Nicholas, selain karena bisa sering tanya tugas, EJ juga jadi punya banyak waktu sama Nicholas.
"Mana?"Nicholas yang tempat duduknya di pojok belakang dekat pintu itu tentu saja bisa melihat semua kejadian yang terjadi, termasuk EJ yang dari tadi nggak bisa diem ngapalin rumus dan materi sambil jalan keliling kelas dan tiba-tiba tanya sesuatu ke dia.
"Ini gimana? Nggak paham aku."EJ meletakkan buku paket miliknya ke meja Nicholas, padahal Nicholas aja udah menutup bukunya sendiri, udah males banget liat buku-buku yang bikin mual itu.
Di buku yang EJ tunjukkan ada berbagai macam rumus kimia yang membuat EJ ingin menghilang dari dunia.
"Udahan aja belajarnya, nanti aku ajarin di rumah. Ke kantin aja ayo, laper."Nicholas berdiri sambil menutup buku EJ, memasukkannya ke dalam tas milik sang Adik yang memang bangkunya ada di sebelah kiri bangkunya.
Panas banget kepala Nicholas, butuh jajan yang banyak. Waktunya menghabiskan uang jajan yang udah Nicholas simpan dari Minggu lalu.
EJ yang diajak sih seneng-seneng aja, lagian dia juga udah pusing banget ngapalin rumus dari tadi.
"Ok, let's go."
Nicholas merangkul EJ dan mengajaknya keluar kelas, sedari bel istirahat berbunyi mereka memang sama sekali belum keluar dari kelas jadi wajar saja jika cacing-cacing di perut mulai meronta-ronta minta makanan.
EJ tersenyum sepanjang jalan, Nicholas jika di sekolah tampak lebih seperti teman daripada saudara dan EJ suka itu.
Antrian di kantin sudah tidak ada membuat mereka langsung saja menumpuk makanan di nampan masing-masing.
"Habis ini mampir ke perpustakaan dulu ya, ada buku yang mau aku pinjam."ucap EJ di sela makannya.
"Beli jajan dulu, baru aku antar ke perpus."
"Iya, sana beli yang banyak biar nggak kelaperan di kelas nanti."
"Eum, mau cari buku apa sih di perpus?"
"1001 cara menaklukkan wanita."
"Mana ada buku kayak gitu di perpus EJ."Nicholas memukul lengan EJ keras, gemes deh.
"Bercanda Nicho, aku mau cari buku cerita."
"Kamu baca buku cerita?"
"Enggak, aku mau pinjam buat Harua. Kemarin Harua bilang katanya lagi pengen baca-baca buku cerita ya aku bilang deh di perpustakaan banyak."
"Oh."
"EJ, kamu penasaran nggak sih siapa Harua?"sekelebat pertanyaan tiba-tiba mendatangi Nicholas, langsung saja ia utarakan mumpung lagi bahas Harua.EJ terdiam sejenak sebelum menjawab.
"Jujur iya."
"Kamu nggak pernah tanya kah?"
"Pernah, tapi Harua nggak mau bilang apa-apa."
"Apa hubungan Harua sama Papa Mama sampai mereka nggak mau ngasih tau ke kita dari mana Harua berasal."
"Nggak tau juga, aku juga penasaran sampai sekarang kenapa Kak Fuma nggak suka sama Harua."
Nicholas menatap EJ yang berbicara sambil makan itu. EJ tidak tau, apa yang sebenarnya.
"Kak Fuma bukannya nggak suka sama Harua, EJ."
EJ mengangkat kepalanya, mendapati Nicholas sedang menatapnya.
"Tapi?"
"Kak Fuma cuma merasa kalau Harua ngingetin Kak Fuma sama Bunda."
"Kenapa?"EJ nggak habis pikir sama jawaban Nicholas barusan, nggak masuk akal.
"Aku nggak tau dari mana Papa sama Mama bawa Harua, tapi Kak Fuma sering cerita kalau pas pertama kali lihat Harua, Kak Fuma langsung keinget sama Bunda, begitu sampai sekarang."
EJ menampilkan wajah bingung, begitu kah ceritanya?
EJ ini nggak terlalu dekat sama Bunda, tentu saja karena dia putranya Mama. Apalagi Bunda meninggal saat usianya baru 4 tahun, jadi EJ tidak bisa menemukan persamaan Bunda dan Harua. Tapi tidak dengan Fuma yang merupakan putra sulung Bunda, ikatan batin mereka pasti begitu kuat.
"Tapi kalau Harua ngingetin Kak Fuma sama Bunda, kenapa sikapnya dingin seakan nggak peduli sama kehadiran Harua?"pertanyaan EJ tidak pernah berubah.
"Siapa bilang?"
***
"Itu Yuma sama Sunoo bukan sih?"EJ menarik kerah belakang Nicholas yang berjalan sambil fokus ke makanannya.
"Mana?"Nicholas cuma nengok bentar, fokus lagi sama jajanannya yang ada di kantong kresek besar di genggamannya.
"Itu, lagi jalan ke sini."EJ mengarahkan kepala Nicholas ke arah yang dimaksud.
"Iya, emang kenapa?"
"Ya nggak papa sih, kan maksudnya jarang aja gitu lihat mereka kalau di sekolah."
"Ya tapi kan di rumah juga lihat setiap hari."sewot Nicholas sambil membenarkan seragamnya.
"Sunoo, Yuma."merasa dipanggil, Sunoo dan Yuma yang akan berbelok ke kelas itu menoleh ke sumber suara.
"Ayo ke sana."lagi dan lagi EJ menarik Nicholas, tenang kali ini menarik tangannya.
"Kalian mau ke mana?"tanya EJ.
"Ke kelas dong Kak EJ yang ganteng."jawab Sunoo.
"Oohh makasih buat gantengnya, berdua aja nih, Jungwon sama Jo kemana?"tanya EJ lagi.
"Nggak tau, di kelas paling."Sunoo mau julid banget denger sepupunya ini tumben jadi PD.
"Kalian mau ke mana?"tanya Yuma, berharap kedua Kakaknya ini nggak curiga sama wajah pucatnya.
"Mau ke perpustakaan."jawab Nicholas, pandangannya tak lepas dari Yuma.
"Eh iya, yaudah deh kita duluan ya keburu masuk nanti."lagi, EJ menggandeng tangan Nicholas lalu membawanya menjauh menuju ke perpustakaan.
"Kakak kamu semua tuh, nggak jelas."
"Sepupu kamu juga."
SEE YOU NEXT CHAPTER
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Live || &Team
FanfictionTentang mereka, yang bertahan karena hidup bersama. "Berterima kasihlah kepada takdir yang telah membuat kita menjadi satu keluarga." BROTHERSHIP!!!