Psikolog

1K 109 7
                                    

Di perjalanan nabila memberi pesan kepada rony, untuk meminta tolong menemani paul di rumah sakit. Ia takut, paul butuh bantuan karena ia takut paul kenapa-kenapa karena kesehatan nya belum pulih sepenuhnya.

Memberhentikan mobil nya disalah satu tempat (Psikolog). Sambil menatap ke depan, nabila meneteskan airmatanya.

Sebenernya, Ia selama ini menyembunyikan penyakitnya dari semua orang termasuk orangtua nya dan paul.

Sebenarnya semenjak SD nabila kerap dibully oleh teman sekelasnya. Memberikan ejekan yang sangat melukai hatinya. Tidak hanya di bangku SD saja, bahkan sampai SMA pun nabila masih terus diejek oleh teman-teman nya.

"Si anak broken home"
"Anak yatim piatu"
"Anak ga disayang orang tua"
"Kurang kasih sayang"

Dan masih banyak lagi ejekan teman-teman nya kepada nabila.

Tentu saja itu sangat membuat nabila ketakutan, dia marah tapi dia hanya bisa diam. Tidak ada kekuatan untuk membalas perkataan kotor yang dilontarkan oleh teman-teman nya itu.

Sudah sering nabila ingin mengakhiri hidupnya, tetapi selalu ada orang yang mencoba menghalanginya.

Nabila sebenernya sudah terbiasa mendengar semua itu. Tetapi, tetap saja ia merasa sakit ketika dia dibilang anak yatim piatu. Padahal mereka tau, kalau orang tua nya masih dalam keadaan lengkap dan sehat.

Masuk dengan langkah kaki yang sulit untuk berjalan. Nabila mencoba menetralkan raut mukanya.

"Selamat siang mba, saya ingin bertemu dengan dokter zizi"

"Apa mba sudah punya janji temu?" tanya resepsionis

"Sudah mba" jawab nabila.

Resepsionis pun mencoba menghubungi sekretaris dokternya itu. Untuk memberitahukan bahwa pasien atas nama nabila sudah datang.

"Silahkan, masuk aja mba. Ruangan nya ada diatas ya" ucap mbak resepsionis ramah

"Baik mbak, makasih ya". Jawab nabila yang tak kalah ramahnya.

Memasuki ruangan dokter zizi, nabila menyapa dan tersenyum. "Permisi dok, selamat siang".

"Hei, nabila kamu apa kabar?".
"Kamu masih kenal aku kan?" tanya Zizi

Ternyata dokter zizi ini adalah dokter pertama yang menangani nabila waktu di psikolog sebelumnya.

"Dokter zizi". Ucap nabila yang merentangkan kedua tangan nya dan memeluknya erat.

"Kamu apa kabar?" tanya dokter zizi yang melepaskan pelukan berganti memegang kedua tangan nabila.

"Aku, masih seperti dulu hehe".

"Ahh kamu nabila, masih saja menyembunyikan ini semua. Mau sampai kapan? Aku khawatir sama keadaan kamu.

Setelah 2 jam nabila konsultasi, kini nabila kembali lagi ke rumah sakit untuk menemui kekasihnya

Perlahan membuka pintu ruangan paul, dia melihat muka kesal paul. Yaa, pasti dia marah karena telah ditinggal sewaktu dia tertidur.

"Hai bee" sapa nabila

Paul mengalihkan pandangan nya ke samping, untuk menghindari tatap muka dengan nabila.

"Bee? Kok ga dijawab?" ucap nabila sambil duduk disebelah brankar

"Yaampun bee, aku dari tadi nanya loh ga dijawab juga". Ucap nabila sedikit kesal

"Hmm"

"Masa cuma dijawab hmm doang"
"Kamu kenapa sih? Cemberut gitu?" ganya nabila kembali

Paul hanya menggelengkan kepala nya

"Ihh aneh deh, yaudah ahh aku pergi lagi aja kalo di cuekin gini" ucap nabila sambil berdiri dan meninggalkan paul

Paul menahan tangan nabika agar dia tidak jadi pergi "Ehh mau kemana?".

"Mau pergi lah, aku aja di cuekin" ucap nabila sambil menekukan mukanya

"Tetap disini" perintah paul

"Ngga, lepasin!" jawab nabila sambil melepas genggaman tangan paul, namun mustahil genggaman itu sangat kuat.

"Aku bilang lepas!" ucap kembali nabila

"Apasih, udah duduk lagi sini" nabila menurut, mau bagaimanapun sebenernya dia tidak tega meninggalkan kekasihnya itu sendiri dirumah sakit.

"Kamu habis kemana? Kemans ga bilang dulu ke aku? Dan kenapa harus nyuruh rony untuk temenin aku disini?" tanya paul pada nabila secara beruntun.

"Bisa satu-satu ga nanya nya?" balas nabila

Paul berdehem, dan memejamkan matanya. Kemudia mengambil nafas sekali

"Iya, aku tanya kenapa kamu ninggalin aku waktu aku tidur?" tanya paul lembut

"Aku kerumah" jawab singkat nabila

"Kenapa kamu nyuruh rony untuk kesini?"

"Iya biar nemenin kamu".

Paul menggelengkan kepalanya. Sungguh dia tidak bisa marah dengan jawaban kekasihnya yang singkat itu.

"Kamu udah makan belum? Jangan lupa makan yaa". Tanya paul penuh perhatian pada nabila

Nabila terdiam, dia mengingat sebenarnya dirinya lah yang salah karena meninggalkan paul secara diam-diam. Tapi, kenapa pula dia yang kesal.

"Bee, kamu udah makan? Kenapa ga dijawab?" tanya paul kembali

"E.. Ehh udah" jawab nabila

"Syukurlah kalau sudah. Yaudaa kalau kamu capek, istirahat di sofa aja ya".

"Hmmm".

Nabila menurut, dia beristirahat di sofa merebahkan badan nya yang sebenarnya memang sudah pegal sekali.

Sesekali paul memandang kekasihnya yang sedang tertidur pulas itu. Entah ada angin atau debu yang masuk, kini air mata paul tidak terasa menetes.

"Maaf ya, aku selalu merepotkan kamu". Lirih paul










Dikit-dikit dulu ya gais, karena ga sempet buat ketik😭. 3 part end, soalnya kurang begitu menarik sepertinya ceritaku ini hehe


BERSEMI KEMBALITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang