1.5

92 20 4
                                    

Denting bel berbunyi di kedalaman toko ketika mereka melangkah masuk. Tempat itu sangat kecil, kosong, hanya ada satu kursi tinggi kurus.

Harry berbisik pada saudarinya, "rasanya seperti memasuki perpustakaan yang peraturannya sangat ketat."

"Selamat sore," terdengar suara lembut.

Harry melonjak. Hanny menertawakan saudaranya.

Seorang laki-laki tua berdiri di hadapan mereka. Matanya yang lebar dan pucat, bercahaya bagai bulan di dalam toko yang
suram itu.

"Halo," kata Harry salah tingkah.

"Ah ya," kata laki-laki itu. "Ya, ya. Sudah kuduga aku akan segera bertemu kalian, Harry dan Hanny Potter," katanya yakin.

"Mata kalian mirip mata ibu kalian. Rasanya baru kemarin dia di sini, membeli tongkat pertamanya. Dua puluh lima setengah senti, mendesir jika digerakkan, terbuat dari dahan dedalu. Tongkat bagus untuk menyihir."

Mr. Ollivander mendekati mereka. Harry berharap dia berkedip. Matanya yang keperakan itu agak mengerikan.

"Ayah kalian sebaliknya, lebih suka tongkat mahogani. Dua puluh tujuh setengah senti. Lentur. Sakti dan cocok sekali untuk transfigurasi."

Tuan Ollivander terus mendekat, menyisakan beberapa senti antara dirinya deglngan Harry.

"Dan ini rupanya..."

Mr Ollivander menyentuh belas luka berbentuk kilat menyambar di dahi Harry dengan jarinya yang putih panjang.

"Aku minta maaf karena aku yang menjual tongkat yang menyebabkan luka ini," katanya lembut. "Tiga puluh tiga setengah senti. Kayu cemara. Sakti, sangat sakti dan jatuh ke tangan yang salah... Yah, kalau saja aku tahu apa yang akan dilakukan tongkat itu di luar...."

Hanny membuka suara, "Itu hal diluar kuasa anda, Mr Ollivander."

"Tentu.. Tapi andai aku tahu.."

Hanny dan Harry saling bertukar pandangan, mereka sedikit merasa canggung dengan situasi saat ini.

"Ah, baiklah. Siapa yang mau lebih dulu mencoba tongkatnya?" Mr Ollivander menepuk kedua tangannya, memecah keheningan membuat si kembar Potter terkejut.

"Han—"

"Biar Harry lebih dulu, aku setelahnya." Potong Hanny mendahului Harry.

"Baiklah. Tangan mana tangan pemegang tongkatmu?"

"Er—tangan kanan," kata Harry.

"Julurkan tanganmu. Bagus." Dia mengukur Harry dari bahu ke jari, kemudian pergelangan tangan ke siku, bahu ke lantai,
lulut ke ketiak, dan sekeliling kepalanya.

Sementara mengukur, dia berkata, "Semua tongkat Ollivander punya intisari kegaiban, Mr Potter. Kami menggunakan rambut unicorn, bulu ekor burung phoenix, dan nadi jantung naga. Tak ada dua tongkat Ollivander yang sama. Seperti halnya tak ada dua unicorn, naga atau phoenix yang persis sama. Dan tentu saja kau tak akan mendapatkan hasil baik dengan tongkat penyihir lain."

Meteran terus bergerak sendiri dengan sihir sementata Mr Ollivander pergi ke balik rak-rak, menurunkan kotak-kotak.

"Sudah cukup," katanya, dan meteran itu langsung terpuruk menggunuk di lantai. "Baik, Mr Potter, cobalah yang ini. Beechwood dan nadi jantung naga. Dua puluh dua setengah senti. Bagus dan fleksibel. Ambil dan cobalah menggoyangkannya."

Harry meraih tongkat itu dan menggoyangkannya sedikit, tetapi Mr Ollivander langsung merebutnya. Potter laki-laki itu mencoba banyak tongkat, beberapa diantaranya menyebabkan kekacauan. Seperti yang Hanny ketahui dalam buku, Harry berakhir mendapatkan tongkat yang berbagi inti yang sama dengan Pangeran Kegelapan.

IRIDESCENT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang