Chapter 02

86 11 1
                                    

Happy Reading !!!! 😘😘😘

🦟🦟🦟

****

Suara ringisan setelah tubrukan yang terdengar cukup keras membuat suasana perpustakaan yang awalnya sunyi menjadi sedikit ricuh. Beberapa siswa tampak saling berbisik seraya menatap seorang pria kurus tersungkur diatas lantai dengan beberapa buku tebal tergeletak asal didekatnya.

“Dasar cupu, berapa kali gue bilang berhenti ganggu adik gue bodoh!” bentak pria berperawakan tinggi putih, seragam sekolahnya terbuka, menampilkan kaos hitamnya.

“Ma-maaf Kak, tap-tapi saya sudah tidak me-mengganggu Becca Kak”

Bullshit! Lo udah gak butuh lidah lagi ha?! Berani banget lo bohong”

Pria kurus itu dengan terpaksa berdiri karena pria didepannya menarik keras kerah seragamnya.

“Saya bersumpah Kak, saya sudah tidak menaruh surat lagi di loker Becca. Saya bersumpah”

“Kau-“

“Kak Rafa!”

Rafa sontak mengentikan bogemannya yang hampir saja mendarat dirahang pria kurus didepannya. Menoleh untuk melihat seorang gadis berambut cokelat kehitaman yang baru saja memanggil namanya.

“Kakak apa-apaan sih, lepasin Aldo” Rebecca menarik tangan Rafa yang mencengram kerah Aldo, pria malang yang hampir saja menjadi bonyok karena dirinya.

“Ngapain sih Be, ni anak harus di kasih pelajaran” tukas Rafa hendak kembali menarik kerah Aldo.

“Pelajaran apa? Kakak aja gak pinter-pinter mau sok ngelajarin orang”

Kedua bola mata Rafa sontak membola mendengar ucapan menghina itu, menatap tak percaya pada gadis mungil didepannya.

Hell, apa kau baru saja menghinaku Rebecca?”

Dengan santai Rebecca mengangguk, menahan sekuat tenaga tawanya melihat raut wajah Rafa.

“Ck, woah….” Rafa tertawa kesal, mendelik kearah orang-orang yang berani mentertawakanya dalam diam kemudian melihat kembali ke bocah tengil yang sudah berani mempermalukannya.

“Jangan pernah meminta batuanku lagi mulai sekarang dasar adik durhaka, dan aku akan memberitahukan ketidaksopananmu ini pada sahabatku, agar dia tau jika gadis kecil yang ia tau manis dan polos ini ternyata sangat kurang ajar” sambungnya meniup rambut didahinya kesal kemudian berbalik pergi.

“Eh Kak Raf!”

Brak!

“Akh”

“Rebecca! Kau baik-baik saja?” Rafa berjongkok, memeriksa tubuh Rebecca yang terjatuh. Merasa jika Rebecca baik-baik saja, ia kemudian mengalihkan pandangannya pada sosok gadis berkaca mata dengan rambut hitam terkepang rapi, wanita culun yang telah menyebabkan adik kesayangannya hampir saja terluka.

“Kau! Apa kau buta ha?!” bentaknya membuat gadis culun itu terkesiap kaget.
Dengan sedikit takut Rain mengambil bukunya yang berantakan, memperbaiki kaca matanya sejenak sebelum menunduk.

Hujan Untuk ElbaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang