𝙷𝚊𝚙𝚙𝚢 𝚛𝚎𝚊𝚍𝚒𝚗𝚐!!! ☺
🦟🦟🦟
Sementara disisi lain, masih ditempat yang sama, Elbara tidak bisa menahan senyumnya menatap pemandangan itu, dalam hati merasa bangga sekaligus sedih. Bangga karena ia tidak salah mencintai wanita sebaik dan semenakjubkan Rain, dan sedih karena ia tidak bisa memiliki wanita yang ia cintai itu. Irisnya meredup dan senyuman dibibirnya perlahan hilang, ia menghela nafas kasar sebelum berjalan pergi, keluar dari rooftop.
****
Selama memasuki rumah sakit, baik Rain maupun Rebecca tidak ada yang berhenti tersenyum, mereka berdua terlihat begitu bahagia dan sesekali tertawa karena lelucon yang diutarakan satu sama lain.
Senyum Rain melebar ketika melihat Dara yang tengah duduk dengan kaki berselonjor diranjangnya, namun didetik setelahnya senyumnya sedikit meluntur karena bundanya tidak sendiri, ada Radit yang tengah menikmati buah apelnya seraya memainkan ponsel, dan juga Nathan yang tengah duduk disamping ranjang seraya mengupas sebuah apel, pria itu hanya meliriknya dingin sebelum kembali dengan kegiatannya. Dan pemandangan itu tidak luput dari mata Rebecca yang memang memperhatikan."Kau datang?" tegur Radit melambaikan tangannya yang memegang apel. Rain hanya menyunggingkan senyum sekepis.
"Hai Becca?" sapa Radit beralih menatap Becca. Mereka memang sempat berkenalan ketika ia sedang datang menjemput Nathan dihari Rebecca menginap dirumah Rain.
"Hai Dit" balas Becca tersenyum tipis.
"Becca?? Ya ampun kemarilah cantik" tukas Dara tersenyum senang. Pun Rebecca segera mendatangi wanita itu, mengecup pipi kanan dan kiri Dara yang pucat.
"Apa kabar tante?" tanyanya tersenyum manis, dalam hati menyesal akan perkataan jahatnya pada Rain tempo lalu mengenai keadaan wanita baik itu.
"Baik sayang, kau sendiri bagaimana? Apa kau sudah selesai cuti?"
Rebecca mengernyit kecil. " Cuti?"
"Kata Rain kau cuti sekolah makanya jarang terlihat, kau sudah kembali?"
"Iya Bun, dua hari yang lalu Becca pulang, makanya sekarang baru bisa ikut Rain jenguk bunda.. yakan Be?" sahut Rain merangkul Rebecca, mengedipkan matanya penuh arti.
Pun setelah mengerti, Rebecca mengangguk kaku, tersenyum tipis. "Iya tante, aku ikut Papa jenguk Oma di Amerika kemarin jadi cuti sekolah beberapa hari" bohongnya yang dibalas anggukan dan senyuman kecil Dara.
"Kalau gitu aku sama Radit pergi Bun, mau latihan basket" sahut Nathan setelah menaruh irisan apelnya diatas meja, ia mengambil tasnya disofa, mengecup dalam puncak kepala Dara sebelum berlalu pergi, mengabaikan tatapan nanar Rain yang sendari tadi melihatnya.
"Tante aku jalan dulu" pamit Radit sebelum menyusul Nathan setelah mendapat anggukan Dara.
"Kau bertengkar dengan adikmu Sayang? Dan apa kau tau kenapa wajahnya terlihat lebam seperti itu? Apa dia berkelahi?" Cecar Dara setelah putra bungsunya sudah pergi.
Rain menghela nafas sedih, berjalan pelan untuk duduk dikursi menggantikan Nathan. Rebecca sendiri memilih duduk disofa, duduk manis menunggu Rain bercerita.
"Dia kelahi sama Elbara Bun, beberapa hari yang lalu" ucap Rain mengulum bibirnya lesu.
"Jadi lebam di wajah Kak Bara itu gara-gara Nathan?" sahut Rebecca dengan mata membulat tak terima, namun setelah tersadar jika respon yang ia berikan salah tempat, ia segera berdehem dan memperbaiki ekspresinya "Bisa-bisanya Kak Bara melukai Nathan, seharusnya dia mengalah karena dia lebih tua bukan?, ck benar-benar pria itu" gumamnya yang sontak membuat Rain dan Dara terkekeh geli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan Untuk Elbara
RomanceWARNING 20 + !! CERITA INI BANYAK MENGANDUNG UMPATAN KASAR DAN BEBERAPA TINDAKAN KEKERASAN. MOHON BIJAK DALAM MEMILIH BACAAN. Note : No Plagiat Please. **** Menceritakan kisah cinta seorang gadis remaja miskin bernama Natasha Rain Angelina, biasa di...