Chapter 21

50 6 5
                                    

𝙷𝚊𝚙𝚙𝚢 𝚁𝚎𝚊𝚍𝚒𝚗𝚐!! ☺

🦟🦟🦟

Rain kembali menatap Elbara kala pria itu
melangkah mendekatinya. Rain perlahan menelan salivanya, membuang wajah sebelum melangkahkan kaki berlawanan arah. Ia berniat pergi tanpa mengacuhkan pria itu namun saat ia baru saja hampir melewatinya tangan besar Elbara yang dingin menahannya.

"Aku sengaja mengosongkan perpustakaan agar kita bisa bicara"

****

Suara berat Elbara membuat jantung Rain berdetak lebih kencang, oh dia merindukan suara ini.

"Maaf Kak, saya harus masuk kelas" tolak Rain berusaha menjaga suaranya agar tetap stabil. Sungguh, berada begitu dekat dengan Elbara saat ini membuat jantungnya tidak bekerja dengan normal, ia bahkan tanpa sadar menahan nafasnya agar tidak mencium aroma maskulin yang begitu ia rindukan.

"Jangan menghindariku" Elbara mengubah posisi tubuhnya, menahan kedua bahu Rain agar menghadapnya "Jangan menatapku seperti yang kau lakukan tadi, aku tidak suka" lanjut Elbara menatap dalam bola mata cokelat Rain.

Rain tidak tau harus mengatakan apa, ucapan Elbara membinggungkan.

"Maaf karena membuatmu mengalami hal buruk beberapa minggu terakhir, apa mereka... menyakitimu?"

Ucapan dan pertanyaan itu membuat Rain tidak bisa menutupi raut terkejutnya.

"Rain?" panggil Elbara karena Rain hanya dia menatapnya.

Pun Rain segera tersadar, dengan sedikit canggung ia menggerakkan kedua tangannya agar tangan Elbara yang memegang bahunya terlepas, ia kemudian mundur selangkah, memperbaiki kaca matanya sejenak sebelum kembali menatap mantan kekasihnya itu.

"Kakak tidak perlu minta maaf, apa yang terjadi denganku itu murni karena kesalahanku sendiri. Dan aku rasa tidak ada yang perlu dibicarakan, permisi" Rain menunduk sopan sebelum berlalu pergi, namun suara datar Elbara kembali membuatnya berhenti.

"Bagaimana dengan Rebecca? Kau ingin melupakannya dan bersikap seolah tidak ada yang terjadi?"

Dada Rain berdenyut sakit, mendengar nama Rebecca keluar dari mulut Elbara membuatnya sakit hati.

"Aku tidak mendorongnya" gumam Rain pelan, ia memutar tubuhnya hingga mereka kembali berhadapan.

"Jadi maksudmu dia sengaja menjatuhkan dirinya ke tangga?"

Rain menggigit bibir dalamnya, menarik pelan nafasnya. "Itulah kebenarannya, terserah jika kakak percaya atau tidak karena yang jelas, apa yang terjadi dengannya itu karena dirinya sendiri"

Elbara sedikit terkejut mendengar ucapan Rain, dan rahangnya sedikit mengeras kala tatapan yang tidak ia sukai itu kembali ditunjukkan.

"Hanya orang bodoh yang menyakiti dirinya sendiri"

"Kalau begitu stop bersikap seolah kau benar-benar mencintaiku agar dia berhenti bersikap bodoh!!" Tukas Rain nyaris teriak, dadanya naik turun karena nafas yang tidak beraturan. Goyah sudah, niatnya untuk memperlakukan Elbara seperti sebelum mereka mengenal kini hancur, ia tidak bisa menahan diri.

Hujan Untuk ElbaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang