Chapter 10

65 6 0
                                    

𝙷𝚊𝚙𝚙𝚢 𝚁𝚎𝚊𝚍𝚒𝚗𝚐!!! ☺

🦟🦟🦟

Dan disana, iris cokelat Rain terpaku pada sosok pria yang berjalan santai tanpa ekspresi, mengenakan seragam basket biru dengan nomor punggung 13 yang begitu pas ditubuh atletisnya. Hatinya membuncah, bahagia luar biasa dapat melihat jelas bagaimana orang yang disayanginya kini berada disana.

***

"Wow, kau tidak bilang kalau Nathan ternyata anggota basket disekolah"

Rain menoleh, tidak bisa menyembunyikan senyum bahagianya. "Ya, dia memang anggota basket disekolah kami dulu. Dan aku cukup terkejut jika dia ternyata berhasil menjadi anggota basket di sekolah barunya"

"Woah, bearti Nathan memang punya potensi sampai-sampai bisa langsung masuk anggota di tim itu, final lagi, apalagi dia masih terhitung siswa baru. Dan SMA Putih Bangsa tidak sembarang memilih anggota basket. Kau dan adikmu itu benar-benar luar biasa"

Kembali menoleh, Rain tersenyum lebar menatap Nathan yang tengah melakukan pemanasan bersama tim nya. Sungguh, rasanya ia ingin sekali berteriak, menyerukan nama adiknya itu, memberitahunya jika ia sedang menontonnya sekarang. Ia akan berterima kasih pada Rebecca nanti karena tidak menyerah membujuknya untuk datang kesini, dan sungguh... ia mungkin akan sangat menyesal jika saja ia tidak datang. Hell, rasanya benar-benar menyenangkan bisa melihat secara langsung untuk pertama kalinya Nathan tanding basket, karena sebelumnya ia memang tidak pernah melakukan itu.

Iris Rain melebar saat tatapannya bertemu dengan Nathan, pria itu menunjukkan reaksi yang tidak jauh berbeda. Sedetik kemudian Rain tekekeh melihat Nathan mengucek sejenak matanya sebelum kembali manatapnya seolah memastikan. Nathan tertawa disebrang sana, kemudian terlihat menyenggol bahu pria disebelahnya, menunjuk Rain dengan kepala.

Rain melambaikan tangannya pada Radit, tertawa kecil karena pria itu tampak syok melihatnya. Yahh bagaimana tidak, seumur-umur ia memang tidak pernah mau menonton pertandingan seperti ini.
Rain menunjukkan kepalan tangannya, memberikan semangat untuk kedua pria disebrang sana yang dibalas anggukan keduanya.

"Kau mengenal pria nomor kosong empat itu?"

"Dia Radit, sahabatku dan Nathan sejak kecil" jawab Rain.

"Dia tampan" bisik Rebecca membuat Rain terkekeh. Rain hanya mengangguk setuju karena siapapun tau jika Radit itu memang tampan.

"Tapi tim basket sekolah kita gak kalah tampan yaa" Rebecca mengedikkan kepalanya kearah beberapa pria berseragam merah yang berada tidak jauh dari mereka, tengah melakukan pemanasan.

Rain mengikuti arah pandang Rebecca, dan untuk kedua kalinya iris matanya terpaku, kali ini pada sosok pria berseragam merah dengan nomor punggung tujuh yang tengah merenggangkan tangan, pria itu mengenakkan headband merah dikepala, membuatnya tampak begitu tampan.

"Yang pakai handband itu kakakku, namanya Revano, dia kapten basket" ujar Rebecca menunjuk pria yang merenggangkan kakinya "Dan yang pakai headband itu Kak Elbara, sahabat kakakku, dia sangat tampan kan?"

Terlalu sibuk dengan pikirannya, Rain sama sekali tidak mengubris ucapan Rebecca, irisnya sama sekali tidak teralihkan dari sosok Elbara yang kini mulai melakukan perenggangan leher, dan tepat saat pria itu menoleh, tatapan mereka bertemu, membuat iris Rain sedikit tersentak.

Sementara Elbara sendiri sedikit terkejut saat matanya tidak sengaja bertemu dengan iris cokelat gadis yang selalu dipikirannya itu. Dari puluhan orang disekitar Rain, gadis itu tampak begitu mencolok diantara yang lain, dengan kaca mata dan gaya rambut culunnya membuat Elbara langsung mengenalinya dalam sekali lihat. Ia tidak bisa mengalihkan pandagannya, terlalu sukar untuk mengabaikan wajah yang terlihat bersinar itu.

Hujan Untuk ElbaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang