Salah satu kebiasaan sang suami yang Haechan tak sukai adalah pemuda rubah itu sangat boros, Renjun akan membeli sesuatu yang menurutnya menarik tak peduli jika barang itu tak akan berguna baginya nanti. Yang terpenting ia sudah membelinya dan Renjun puas dengan itu.
Begitu pun dengan makanan, pemuda rubah itu akan memesan makanan yang terlihat enak di matanya. Walaupun makanan yang ia pesan sudah memenuhi meja tapi jika memang masih ada makanan yang menarik di matanya ia pasti akan langsung membelinya, seperti sekarang ini Haechan baru saja pulang dari rumah orang tuanya. Ketika ia pergi ke dapur untuk mengambil air ia dapat melihat jika meja makannya sudah di penuhi oleh berbagai macam makanan sedangkan sang suami masih sibuk berkutat dengan ponsel pintar nya.
"Mas" Renjun menoleh ke arah sang istri yang baru saja memanggilnya, mata rubah itu berbinar ketika melihat Haechan yang tengah berdiri di ambang pintu dapur.
"Mbul kamu sudah pulang?" tanya Renjun antusias seraya berdiri dari duduknya, ia segera menghampiri sang istri yang masih bergeming di tempatnya.
"Mas mau bikin hajatan atau gimana sih?!! Buat apa coba mas beli makanan sebanyak ini?!" Haechan benar-benar tak habis pikir dengan tingkah suami mungilnya ini, ada saja tingkah pemuda rubah itu ketika ia tak berada di rumah.
Sedangkan untuk Renjun sendiri, ia malah langsung memeluk tubuh berisi sang istri untuk menyalurkan rasa rindu nya. Karena sudah di tinggal oleh pemuda gemil itu selama satu hari. Pagi dimana keduanya bertengkar pemuda manis itu langsung pergi dari rumah ia tak mau mengakat telpon ataupun membalas pesan nya. Membuat pemuda rubah itu rindu bukan main kepada istri gemil nya ini.
"Kamu sudah tak marah dengan mas kan mbul?" tanya Renjun seraya melepaskan pelukannya, kemudian di tatapannya wajah sang istri yang selalu terlihat cantik di matanya.
"Siapa bilang? Aku masih kemusuhan sama kamu mas" kata Haechan seraya mendorong dada bidang sang suami, membuat tubuh tegap itu sedikit mundur ke belakang.
"Sayang~ udahan dong marahnya mbul" kata Renjun seraya menatap sang istri dengan tatapan anak anjing yang minta di kasihani.
Haechan tak menjawab, pemuda manis itu malah berjalan ke arah meja makan, menatap makanan yang berada disana dengan tatapan yang sulit di artikan.
"Mas mau kan aku maafin?" mata Renjun sukses berbinar begitu mendengar ucapan sang istri barusan, dengan tergesa ia berjalan menghampiri sang istri lalu memeluk tubuh berisi itu dari belakang.
"Tentu saja sayang, tentu mas mau kamu maafkan" kata Renjun seraya menaruh kepalanya di bahu sempit sang istri, sedangkan kedua lengannya memilih bertengger di pantat bulat si manis.
"Kalau mas memang mau aku maafin, caranya gampang kok mas tinggal habisin semua makanan yang mas pesen tadi" Renjun melongo begitu mendengar ucapan sang istri barusan, apa katanya? Menghabiskan makanan yang ia pesan tadi?. Oh itu sangat mustahil ia tak mungkin bisa menghabiskan makanan sebanyak itu.
"K-kamu serius sayang?" tanya Renjun gugup seraya melepaskan pelukannya, ia rasanya ingin lari sekarang juga ketika melihat sang istri yang tengah menatapnya dengan tajam.
"Kalau mas bisa ngabisin semua makanan itu, aku janji nanti malem mas aku kasih jatah" entah sudah berapa kali mata rubah itu melotot ketika mendengar ucapan istri manisnya itu, Renjun rasanya tak percaya dengan apa yang ia dengar barusan. Apa katanya? Jatah! Jatah!! Oh ya ampun setelah satu tahun lamanya akhirnya sang istri mau ia sentuh lagi. Namun tentu saja syarat yang si manis berikan tak mudah untuk ia jalani.
"Mbul--"
"Batas waktunya sampai jam enam sore, mas harus bisa ngabisin semua itu dalam waktu sepuluh jam. Kalau gak habis dalam waktu segitu berarti harapan mas untuk bisa nyentuh aku pupus"
~~~~~~~~~~~~~~~~~
Dalam benak Haechan pasti suami tampan plus manisnya itu tak bisa memenuhi syarat yang ia berikan, terbayang saat ia pulang nanti perut pemuda rubah itu pasti akan buncit akibat kekenyangan.
Namun sayangnya semua yang ia pikiran itu salah, karena ketika pemuda manis itu pulang kerumah banyak sekali warga yang tengah makan di teras rumahnya. Wajahnya yang tadi terlihat sangat cerah kini mendadak mendung.
Dengan terburu-buru Haechan masuk kedalam rumah, dan di sambut oleh para sahabatnya yang tengah berkumpul di ruang tamu.
"Kalian semua lagi ngapain disini?" tanya Haechan ketus seraya menatap para sahabatnya dengan tajam.
"Lagi makan, gak liat lu?" jawab salah satu sahabatnya yang memiliki eyes smile plus wajahnya yang persis seperti anjing Samoyed.
"Ck! Kalau itu gue juga tau, tapi kenapa kalian harus makan di rumah gue? Jatuh miskin lu semua?" kata Haechan ketus seraya mendudukkan tubuhnya di samping sang suami yang sendari tadi hanya diam.
"Kami tidak jatuh miskin, tapi kami ingin segera memiliki keponakan yang lucu" Haechan hampir tersedak ludahnya sendiri ketika mendengar ucapan Na Jaemin, salah satu sahabatnya yang memiliki akhlak yang minim.
"Mas kamu curang!! Aku kan bilang kamu harus ngabisin semuanya bukan di bagi-bagi kayak begini" kata Haechan sebal seraya menatap sang suami dengan penuh pemusnahan.
"Kamu hanya bilang mas harus menghabiskan semuanya, tapi kamu tidak bilang mas harus menghabiskan semuanya sendirian"
"Mas Renjun bangsat!!!"
TBC
Ceritanya aneh gak sih?.