Renjun menatap ngeri sang istri yang tengah merentangkan tangan kearahnya, manisnya itu meminta untuk di gendong sedangkan ia tak yakin dapat menggendong tubuh berisi dengan perut yang semakin membesar itu.
"Mas gendong!!" pinta Haechan dengan wajah yang memelas, bukannya ia tak mampu untuk berjalan sendiri namun akhir-akhir ini kakinya sering sekali merasa kram walaupun hanya berjalan sebentar.
"Jalan sendiri ya mbul, ayo sini biar mas tuntun" mata bulat si manis sukses berkaca-kaca ketika mendengar ucapan sang suami barusan.
"Aku berat ya? Makanya mas gak mau gendong" kata Haechan sedih seraya menunduk.
"Bukan seperti itu sayang, tapi--"
"Hiks.." seketika Renjun kalang kabut ketika mendengar isakan sang istri.
"Baiklah! Baiklah! Ayo sini mas gendong" kata Renjun panik seraya menggendong tubuh berisi sang istri ala bridal style.
"Mas gak keberatan?" tanya si manis seraya Mengalungkan lengannya di leher sang suami.
"Tidak sayang, kamu sama sekali tak berat" jawab Renjun seraya mencium kening manisnya dengan penuh kasih sayang.
"Makasih ya mas" kata Haechan seraya menyadarkan kepalanya di dada bidang sang suami.
"Tak perlu berterima kasih sayang, karena ini sudah menjadi kewajiban mas" kata Renjun seraya mulai melangkah keluar dari dalam kamar, urat-urat lengannya terlihat jelas karena ia harus menahan beban tubuh sang istri yang kini mulai terasa berat. Padahal sebelumnya tubuh berisi itu selalu terasa ringan kala ia gendong.
"Kamu mau mam apa sayang?" tanya Renjun seraya menuruni anak tangga dengan hati-hati.
"Hum.. Aku mau mam masakannya mas" Renjun terkekeh kecil kala melihat wajah bulat sang istri yang semakin terlihat menggemaskan.
"Sebutkan saja yang kamu ingin makan mbul, mas bisa memasak apapun untuk kamu" kata Renjun sombong.
"Cih! Sombong banget, aku juga bisa masak tau!!" kata si manis kesal seraya menatap sang suami dengan penuh permusuhan.
"Ya jika kamu mengatakan bisa memasak air mas akan percaya" si manis semakin di buat kesal ketika mendengar ucapan sang suami barusan, ingin sekali rasanya ia menendang wajah sok tampan milik pemuda mungil itu.
"Mas Renjun bangsat memang!!"
~~~~~~~~~~~~~~~~~
Dengan gemas Renjun menoel-noel pipi bulat sang istri, bibir berbentuk hati yang tengah mengerucut sebal itu semakin membuat Renjun ingin menerkam manisnya sekarang juga.
"Sudah dong merajuk-nya sayang" bujuk Renjun seraya mencium pipi bulat manisnya sekilas.
"Gak mau!! Aku masih sebel sama kamu mas" kata si manis ketus tanpa menoleh ke arah sang suami yang hampir menangis, karena sudah ia abaikan seharian ini.
"Sayang mas kan hanya bercanda" kata Renjun seraya mendekap tubuh manisnya dengan penuh kasih sayang, satu lengannya terulur ke arah perut sang istri yang semakin membesar. Mengelus perut buncit itu dengan pelan yang mampu membuat si manis merasa nyaman karenanya.
"Mas tak menyangka hanya tinggal beberapa minggu lagi anak kita akan terlahir ke dunia" kata Renjun seraya tersenyum manis membuat Haechan yang melihatnya pun ikut tersenyum.
"Kira-kira anak kita laki-laki apa perempuan ya mas?" kata si manis antusias seraya menatap perutnya yang masih di usap oleh sang suami.
"Apapun jenis kelamin-nya yang terpenting kita harus menyayangi dia, memberikan dia semua cinta yang kita punya dan memastikan dia tak pernah kekurangan apapun" kata Renjun seraya mencium perut buncit si manis dengan penuh kasih sayang.
"Dia gak mungkin kekurangan apapun, kan mas kaya" Renjun hanya mampu tersenyum kecut ketika mendengar ucapan sang istri barusan.
"Ya kamu benar sayang" kata Renjun seraya terkekeh kecil.
Tok
Tok
Tok
Sepasang suami istri itu kompak menoleh ke arah pintu rumah mereka yang tengah di ketuk oleh seseorang.
"Siapa mas?" tanya Haechan yang hanya di balas geleng-an dari sang suami.
"Mas juga tak tahu sayang, tunggu sebentar biar mas cek dulu" kata Renjun seraya beranjak dari duduknya, kemudian ia berjalan ke arah pintu rumahnya yang masih di ketuk dengan kasar dari luar sana.
Cklek
"Kenapa kalian kemari?" tanya Renjun ketus ketika melihat Jaemin dan Jeno yang tengah berdiri di depan rumahnya.
"Jeno ingin bertemu dengan Haechan" jawab Jaemin santai seraya melirik ke arah manisnya yang tengah memakan es krim.
"Echan nya ada kan Jun?" tanya Jeno antusias dengan wajah manisnya yang tampak sangat sumringah.
"Haechan tengah tidur, lebih baik kalian pulang saja sana" usir Renjun seraya hendak menutup pintu rumahnya.
"Mas siapa?!!" Jaemin tersenyum menyeringai ketika mendengar suara sahabat gembul-nya dari dalam sana.
"Katanya Echan lagi tidur, terus yang ngomong barusan siapa?" tanya Jeno polos seraya memiringkan kepalanya, hal itu sukses membuat kekehan Jaemin terdengar setelahnya.
"Masuk saja sana sayang" kata Jaemin seraya menarik tubuh mungil sahabat karibnya itu untuk menjauh dari pintu.
"Kau menganggu saja tahu!!" kata Renjun ketus seraya menepis lengan besar Jaemin yang tengah bertengger di lengan atasnya.
"Mau bagaimana lagi, istri ku pasti akan menangis jika keinginannya tak aku turuti" kata Jaemin seraya menghela nafas kasar.
"Kau itu seorang dominan, jadi lebih tegas lah sedikit kepada istrimu" kata Renjun kesal seraya mendudukkan tubuhnya di atas kursi yang berada di teras.
"Membutuhkan kaca?" kata Jaemin ketus seraya mendudukkan tubuhnya di samping Renjun.
"Sepertinya kita terlalu tunduk kepada dua pemuda manis itu" kata Renjun yang di setujui oleh Jaemin.
"Mau bagaimana lagi istriku terlalu lucu, jadi aku tak tega untuk memarahi-nya"
"Lebih lucu istriku"
TBC
Maaf kalau ceritanya jadi makin gak jelas.