Pagi-pagi buta seperti ini pemuda manis yang berstatus sebagai nyonya Huang itu sudah sibuk mengeluarkan isi perutnya di kamar mandi, muntah-muntah yang tak kunjung berhenti dari duapuluh menit yang lalu mampu membuat tubuhnya terasa lemas. Sedangkan sang suami masih sibuk terlelap di atas ranjang tanpa menghiraukan suara bising yang ia perbuat.
"Mas!!" Haechan yang merasa sudah tak sanggup menopang tubuhnya lagi pada akhirnya memilih memanggil sang suami, walaupun ia tahu jika sang suami tak akan bangun hanya karena suara teriakannya barusan. Karena suami tampan plus manisnya itu sangat sulit untuk di bangunkan.
"Mas Renjun!!" untuk yang kedua kalinya si manis memanggil nama sang pasangan hidupnya, namun responnya tetap sama sang pemimpin keluarga masih asik terlelap di atas ranjang bahkan kini pemuda rubah itu tengah sibuk mencari posisi ternyaman-nya. Seraya lengannya meraba-raba tempat tidur di sebelahnya mencari tubuh sang istri untuk ia peluk.
"Dasar kebo!!" desis Haechan kesal seraya terduduk di atas lantai kamar mandi, tubuhnya benar-benar terasa lemas ia bahkan tak sanggup hanya untuk sekedar berdiri. Apalagi perutnya yang terasa seperti di aduk-aduk semakin membuat ia tak memiliki tenaga untuk berteriak memanggil nama sang suami lagi.
"Hoek!! Hoek!!" rasa mual yang kembali datang membuat si manis mau tak mau mengeluarkan isi perutnya, walaupun yang keluar hanya cairan bening saja.
Renjun merengut sebal ketika tak menemukan tubuh berisi sang istri di sampingnya, membuat matanya yang masih terasa berat mau tak mau harus ia buka. Ketika mata rubah itu terbuka ia tak mendapati sang istri berada di sebelahnya tempat si manis berbaring kini telah kosong hanya menyisakan boneka beruang yang Haechan peluk sebelum tidur.
"Mbul?!!" dengan panik Renjun mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru kamar, berharap mata rubah nya itu bisa melihat sosok istri manisnya yang mungkin tengah melakukan sesuatu di dalam kamar mereka.
"Hoek!! Hoek!!" Renjun langsung menoleh ke kamar mandi begitu mendengar seseorang yang tengah muntah di dalam sana, pikirannya langsung tertuju pada sang istri yang memang belum ia ketahui keberadaannya.
Dengan tergesa pemuda rubah itu turun dari ranjang-nya, kemudian melangkah ke arah kamar mandi dengan pikiran yang lumayan kacau. Ia takut jika istrinya itu sampai kenapa-kenapa di dalam sana.
Brak
"Sayang!!" mata Renjun melotot ketika melihat sang istri yang tengah terduduk di atas lantai kamar mandi dengan nafas yang tersegal-segal, tanpa pikir panjang Renjun langsung menghampiri sang istri yang sudah terlihat sangat lemas.
"Mbul kamu tak apa?" tanya Renjun khawatir seraya merengkuh tubuh berisi sang istri ke dalam dekapan-nya.
"Pusing" kata Haechan lirih seraya menyadarkan kepalanya di dada bidang sang suami.
"Kamu kenapa sayang? Kamu sakit hmm? Kalau kamu memang tak enak badan kenapa tak membangunkan mas saja?" Haechan mendelik tajam ke arah sang suami begitu mendengar ucapan pemuda mungil itu barusan, apa katanya? Ia tak membangunkan pemuda pendek itu? Yang benar saja tenggorokan sampai terasa sakit karena terus memanggil pemuda rubah itu dari dalam kamar mandi. Tapi bukannya bangun sang suami malah terlelap semakin nyenyak.
"Ahk! Ahk! Ampun Mbul sakit~" Renjun memekik kencang kala tiba-tiba saja istri manisnya itu menjambak rambutnya dengan brutal.
"Rasain!! Dasar kebo!!"
~~~~~~~~~~~~~~~~~
Mata Renjun melotot kala mendapatkan kabar yang sungguh membuatnya senang bukan main, sekarang ini ia dan sang istri tengah berada di rumah sakit. Ketika Haechan yang masih asik menjambak rambut sang suami tiba-tiba saja memuntahkan isi perutnya kembali membuat Renjun yang melihat itu jelas sangat khawatir dengan keadaan sang istri, pemuda rubah itu langsung berniat membawa sang istri ke rumah sakit namun di tolak mentah-mentah oleh si manis. Namun Renjun tak kehilangan akal pemuda rubah itu langsung menyogok si manis menggunakan es krim satu truk yang langsung datang pagi itu ke rumahnya. Maka tanpa paksaan apapun lagi pemuda manis itu langsung mau pergi ke rumah sakit dengan wajah yang sumringah.
"Dok seriusan istri saya hamil?" tanya Renjun yang entah sudah keberapa kali.
"Iya pak" ucap sang dokter yang sudah bosan menjawab pertanyaan dari pemuda rubah itu.
"Dok seriu--"
"Pak jika memang bapak sudah tak ada keperluan lebih baik bapak pergi, pasien saya masih banyak yang menunggu di luar" Renjun hanya terkekeh kecil kala menyadari sikap konyol nya pagi ini, mau bagaimana lagi ia terlanjur senang jadi ia tak bisa mengontrol diri.
"Ekhem jika begitu saya permisi dulu, ayo sayang" Haechan hanya mengangguk seraya berdiri dari duduknya, pemuda manis itu melirik sekilas ke arah sang dokter kemudian melengos pergi tanpa mengucapkan terima kasih terlebih dahulu.
"Kamu cape sayang? Mau mas gendong?" Haechan menggeleng seraya menepuk pundak sang suami dengan pelan.
"Aku bukan anak kecil gak usah pake acara gendong-gendong segala" Renjun hanya terkekeh ketika mendengar ucapan sang istri barusan, ia kira ketika sang istri tengah hamil pemuda manis itu akan menjadi sangat mengemaskan ternyata malah sama saja.
"Baiklah jika begitu, tapi kalau kamu tak kuat bilang saja ya" kata Renjun seraya mencium kening si manis dengan kasih sayang.
"Hmm" Haechan hanya berdehem seraya mengadeng tangan sang suami dengan mesra, kemudian keduanya lanjut berjalan ke luar dari dalam rumah sakit.
"Mas" panggil Haechan tiba-tiba.
"Hmm, kenapa sayang?" tanya Renjun seraya melirik ke arah sang istri.
"Mas aku tiba-tiba pengen liat kamu botak deh" jawab si manis seraya menatap sang suami dengan senyuman aneh.
"Botak?" tanya Renjun tak percaya.
"Hmm" Haechan mengangguk semangat seraya menatap sang suami dengan tatapan anak anjing yang minta di pungut.
"M-mbul kamu kalau ngidam itu permintaan yang mudah-mudah saja, jangan seperti ini" Renjun mana mau mencukur habis rambutnya, bisa-bisa ketampanan-nya nanti berkurang.
"Kenapa? Kamu gak mau? Giliran enaknya aja kamu yang paling semangat sekarang sudah jadi bibit kamu malah gak mau tanggung jawab? Aku ini lagi hamil anak kamu mas masa berkorban begitu aja kamu gak mau awas aja kalau anak aku nanti ileran gara-gara kamu" kata Haechan kesal seraya menghentakan kakinya, kemudian pemuda pemuda manis itu berlalu meninggalkan sang suami yang masih melongo di tempatnya.
"Haduh siap-siap aja deh nanti malam tidur di luar"
TBC
Ceritanya aneh banget kan?, maaf aja deh soalnya ide ku untuk mentok.