Renjun menatap tajam Naya yang tengah mengelus surai sang istri, wanita itu bahkan dengan kurang ajar-nya mengelus sudut bibir manisnya yang belepotan oleh bubur ayam yang tadi di belinya.
"Sudah! Sudah! Biar saya saja yang menyuapi Haechan" kata Renjun kesal seraya mengambil alih mangkuk berwarna putih itu dari tangan Naya dengan kasar.
"Lebih baik kamu mandikan Renren saja sana!!" Naya hanya mampu mendengus kesal seraya beranjak dari duduknya, jika saja Renjun itu bukan bos-nya ia pasti sudah menendang tulang kering pemuda mungil itu karena sangking kesal-nya.
"Kenapa kamu ingin di suapin sama Naya? Mas kan ada" kata Renjun kesal seraya mendudukkan tubuhnya di samping sang istri.
"Bukan aku, tapi dedek yang mau" kata si manis tak mau disalahkan seraya mengelus perutnya yang kini semakin membuncit, wajar saja usia kandungannya kini sudah memasuki bulan kedelapan karena itu Renjun benar-benar tak pernah melepaskan pengawasannya dari istri gemil-nya itu barang sedetik pun. Ia bahkan sampai cuti dari kantor karena tak ingin membiarkan manisnya sendirian di rumah.
"Tapi mas tak suka melihat dia menyentuh kamu seperti itu" kata Renjun seraya menyodorkan satu sendok bubur ke arah sang istri.
"Kan mas sendiri yang bilang gak usah cemburu karena dia udah punya suami, gimana sih mas ini" kata si manis sebal seraya menatap sang suami dengan penuh permusuhan.
"Tapi kan tak usah menyentuh kamu juga sayang, mas yakin jika dia menyentuh mas kamu juga pasti akan cemburu" ucap Renjun yang tak memikirkan resiko dari perkataannya barusan.
"Oh mas juga mau di sentuh sama dia?!!" Renjun seketika gelagapan kala melihat raut wajah manisnya yang hampir menangis.
"M-maksud mas bukan seperti itu sayang" kata Renjun seraya berniat menyentuh sang istri, namun lengan mungilnya langsung di tepis kasar oleh pemuda manis itu.
"Hiks.. Mas Renjun jahat" si manis menangis tersedu-sedu seraya menatap sang suami dengan kesal, membuat Renjun tak tega dan ingin membawa tubuh berisi itu kedalam pelukannya. Namun lagi-lagi manisnya menolak untuk ia sentuh.
~~~~~~~~~~~~~~~~~
Dan berakhirlah Renjun yang kini tengah di sidang oleh empat orang paruh baya sekaligus, sedangkan sang istri sudah tertidur di kamar dengan di temani oleh Naya.
"Jun sudah tahu istri kamu itu tengah sensitif-sensitifnya tapi perkataan kamu benar-benar tak bisa di jaga" kata sang baba seraya bersedekap dada.
"Tapi kan Renjun hanya bercanda, tak berniat membuat Haechan sedih sama sekali" kata Renjun seraya menunduk, ia tak kuasa menatap wajah keempat orang paruh baya itu yang tampak sangat menyeramkan sekarang ini.
"Haechan itu tak kenal yang namanya bercanda jika sudah menyangkut kamu Jun, melihat kamu di sentuh oleh sepupu kamu sendiri saja dia pasti akan cemburu. Apalagi ini kamu sendiri yang mengatakan ingin disentuh oleh wanita lain. Dapatkah kamu bayangkan sesedih apa dia sekarang ini?" kata sang mama menimpali, yang mampu membuat perasaan bersalah Renjun semakin membuncah. Ini sekali rasanya ia sekarang ini berlari ke kamar lalu memeluk tubuh manisnya dengan penuh kasih sayang. Seraya mengucapkan maaf beribu-ribu kali.
"Jun mama tak akan menyalahkan siapa-siapa disini, tapi mama berharap dengan adanya masalah ini kedepannya kamu akan bersikap lebih baik" kata sang mama mertua seraya tersenyum manis, berbanding terbalik dengan papa mertuanya yang sekarang ini tengah menatapnya dengan tajam.
"Jika kamu sampai membuat anak saya menangis lagi, kamu akan tahu akibatnya nanti" kata sang papa mertua yang sukses membuat nyali-nya seketika menciut.
"R-r-renjun janji pa" kata Renjun tergagap seraya menggulung ujung bajunya hingga kusut.
"Sudah lebih baik kamu pergi ke kamar ya, minta maaf dengan Haechan jika dia sudah bangun nanti" kata mama Lee seraya mengusap surai hitam menantu mungilnya dengan penuh kasih sayang, berharap itu bisa membuat nyali Renjun kembali yang tadi sudah hilang entah kemana.
"Baiklah ma, jika begitu Renjun permisi" ucap Renjun seraya berlari secepat kilat ke arah kamarnya, ia sudah tak sanggup lagi berada di tempat yang biasanya ia dan sang istri gunakan untuk bersantai kini malah memiliki aura yang tak sangat mengenakan.
~~~~~~~~~~~~~~~~~
Renjun memandangi wajah manisnya yang masih asik tertidur, sesekali ia akan mencuri satu ciuman dari bibir berbentuk hati itu.
"Maafkan mas ya sayang" kata Renjun seraya mencium kening sang istri dengan penuh kasih sayang.
"Eugh.." Haechan melenguh seraya mengeliat pelan, matanya kini pun mulai terbuka. Hal pertama yang di lihat-nya adalah wajah tampan sang suami yang tengah menatapnya dengan sedih.
"Mas" panggil si manis seraya mengusap rahang tegas sang suami dengan pelan.
"Kenapa sayang?" tanya Renjun seraya mencium punggung tangan manisnya.
"Maaf" cicit Haechan dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
"Seharusnya mas yang meminta maaf sayang, mas seharusnya tak mengatakan itu" kata Renjun seraya membawa sang istri kedalam dekapan-nya.
"Mas gak marah sama aku?" tanya si manis seraya menyadarkan kepalanya di dada bidang sang suami.
"Tidak sayang, mas sama sekali tidak marah sama kamu" kata Renjun seraya mencium pucuk kepalanya sang istri dengan penuh kasih sayang.
"Aku cinta sama kamu mas" cicit si manis seraya menenggelamkan wajahnya bulat-nya di dada bidang sang suami.
"Mas juga mencintai kamu sayang, sangat! Sangat! Mencinta kamu"
TBC
Maaf kalau ceritanya jadi makin gak jelas ya.