Renjun menatap sengit ke arah nyonya Na yang tengah mengelus perut sang istri tanpa beban, pemuda sipit itu seolah tak menganggap kehadirannya yang sudah kebakaran jenggot karena melihat interaksi kedua pemuda manis itu. Ia jelas cemburu ketika melihat sang istri di sentuh oleh orang lain walaupun posisi kedua pemuda manis itu sama tapi tetap saja ia tak bisa terima.
"Min itu istri kamu tolong kandangi dulu gih" kini giliran Jaemin yang menatap sengit ke arah pemuda rubah itu, bahkan tinju-nya sudah siap melayang ke arah wajah tampan plus manis milik Renjun jika suara sang istri tak segera terdengar.
"Jadi disini ada dedek bayinya?" tanya Jeno antusias seraya menatap perut si manis yang masih rata.
"Hum, kata mas Renjun sih gitu" jawab Haechan seraya ikut menatap perutnya yang masih senantiasa di usap oleh pemuda sipit itu.
"Wah sama dong! Kata mas nana di dalam perut aku juga ada dedek bayinya" kata Jeno seraya beralih mengusap perutnya yang sama rata-nya dengan milik si manis, tak heran usia kandungan keduanya pun bahkan tak berbeda jauh.
"Nana?" tawa Renjun hampir saja pecah ketika mendengar nama panggilan baru Jeno untuk Jaemin, dan lagipula sejak kapan pemuda sipit itu memanggil Jaemin menggunakan embel-embel mas. Biasanya Jeno paling anti dengan nama panggilan yang menurutnya norak itu.
"Jun lebih baik kamu diam, sebelum tinju saya mengenai wajah kamu yang tak seberapa itu" Renjun langsung mengantupkan bibirnya rapat-rapat kala mendengar ancaman Jaemin barusan, bukannya ia takut tapi ia lebih memilih jalan aman saja sebab ucapan apapun yang sudah keluar dari mulut pemuda Na itu cepat lambat pasti akan terlaksana. Karena itu ia lebih memilih mengalah daripada harus mengubah acara santai mereka sore ini menjadi arena pertarungan.
"Nana!" wajah Jaemin yang tadi tampak sangat menyeramkan mendadak terlihat seperti anak anjing yang minta di pungut ketika melihat sang istri yang tengah berjalan ke arah-nya.
"Iya kenapa sayang?" tanya Jaemin seraya membawa tubuh sang istri yang mulai berisi itu ke atas pangkuannya.
"Nono mau boneka kayak punya Echan" jawab Jeno seraya menunjuk ke arah si manis yang tengah memeluk boneka kudanil berwarna putih kesayangan Renjun.
"Jun bukan--"
"Maaf Min itu urusannya beda lagi" Jaemin mendengus kesal ketika ucapannya segera di potong oleh pemuda rubah itu, padahal ia belum selesai berbicara tapi sepertinya Renjun sudah tahu niatnya yang ingin meminta salah satu koleksi pemuda rubah itu yang pasti akan langsung di tolak mentah-mentah oleh yang bersangkutan.
"Dasar dominan jadi-jadian"
~~~~~~~~~~~~~~~~~
Mark menatap bingung ke arah beberapa orang yang tengah menghadang mobilnya, firasat-nya mengatakan jika orang-orang itu memiliki niat yang tak baik maka dari itu ia lebih memilih berdiam diri di dalam mobil. Daripada harus menuruti perintah orang-orang mencurigakan itu yang memintanya untuk segera keluar dari dalam mobil. Ia memilih tetap diam walaupun kaca mobilnya terus di ketuk tanpa henti bahkan ada yang sampai menghantam kaca mobilnya menggunakan batu.
Perlahan-lahan kaca itu mulai retak lalu pecah entah di hantaman yang keberapa, pecahan-pecahan kaca itu hampir saja mengenainya jika Mark tak segera perpindah ke kursi penumpang. Untuk sementara waktu ini nyawanya masih aman tapi entah apa yang akan terjadi untuk beberapa menit kedepan.
Cekittt
Jaemin mendadak menggerem ketika sang istri menyuruhnya untuk segera menghentikan mobil, entah apa motif yang dimiliki pemuda manis yang sudah ia nikahi satu tahun itu sampai menyuruhnya untuk menghentikan mobil di tengah gerimis hujan seperti ini.
"Ada apa sayang?" tanya Jaemin khawatir seraya mengecek keadaan sang istri, takut jika kekasih hatinya itu sampai kenapa-kenapa.
"Itu mas, kayaknya ada yang lagi di rampok" jawab Jeno seraya menujuk ke arah mobil yang berada di pinggir jalan, dengan banyaknya orang-orang berpakaian hitam yang menggerubungi mobil itu seraya menghantam-nya menggunakan batu bahkan kini mobil itu sudah tak lagi berbentuk.
"Terus?" tanya Jaemin tak mengerti seraya melirik ke arah sang istri yang tengah menatapnya dengan garang.
"Pake nanya!! Ya tolongin lah mas" jawab Jeno kesal seraya mendorong tubuh besar sang suami agar segara turun dari mobil.
"Hah?! Mas harus menolong dia? Orang asing yang bahkan kita tak kenal, kamu serius manisku?" Jelas Jaemin akan menolak mentah-mentah permintaan sang istri barusan, karena ia bukanlah tipikal orang yang suka menolong apalagi dalam situasi seperti ini yang jelas mengharuskan ia untuk mengeluarkan tenaga lebih.
"Hum, aku mohon tolongin dia ya kasian itu mobilnya udah rusak parah" Jaemin menghela nafas kasar seraya kembali menatap ke arah mobil yang ada di depan mereka, jika bukan karena permintaan sang istri Jaemin tak akan pernah sudi mengotori tangannya sendiri. Karena ia hanya akan duduk manis tanpa harus mengeluarkan keringat sedikit pun.
"Huh! Baiklah mas akan menolong dia tapi kamu harus berjanji kamu tak akan pergi kemana pun sebelum mas kembali" Jeno hanya mengangguk patuh seraya tersenyum manis yang selalu mampu membuat Jaemin lemah.
"Baik pak bos!!"
~~~~~~~~~~~~~~~~~
Dengan kesal Renjun melempar ponselnya ke arah lantai kala mendengar kabar dari salah satu anak buahnya yang mengatakan, jika rencana yang kemarin ia sudah susun rapih kini kacau balau karena sahabatnya sendiri.
"Sialan!!" tangan Renjun terkepal erat seraya menatap tajam ke arah depan, mungkin jika itu orang lain ia pasti sudah menyuruh anak buahnya untuk menghabisi sahabatnya sekarang juga karena sudah berani ikut campur dalam masalahnya.
"Mas" Renjun tersentak ketika mendengar sang istri memanggilnya, sesegera mungkin pemuda rubah itu merubah raut wajahnya supaya si manis tak curiga.
"Mas membangunkan kamu? Maaf ya" kata Renjun seraya menghampiri sang istri yang menatapnya dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
"Mas kenapa marah-marah? Aku takut liat mas kayak begitu" kata si manis seraya menghampiri sang suami yang sudah terduduk di pinggir ranjang.
"Maaf sayang, mas tak bermaksud" kata Renjun seraya membawa tubuh berisi sang istri kedalam dekapan-nya.
'Mungkin kali ini aku gagal, tapi tidak untuk nanti aku pastikan kehidupan mu mulai sekarang pasti akan penuh dengan penderitaan'
TBC
Huh! Kayaknya alurnya makin kacau gak sih?, pengen cepet-cepet namatin ini book tapi gak mungkin kalau chap 10 udah tamat kan.