Renjun memeluk tubuh berisi sang istri dengan penuh kasih sayang berharap itu bisa menghilangkan rasa dingin yang kini mulai memasuki kamar keduanya, suara hujan yang sudah turun dari pukul lima pagi tadi semakin membuat ia tak ingin beranjak dari atas ranjang empuk-nya. Melupakan fakta jika setengah jam lagi ia akan menghadiri meeting penting bersama salah satu client-nya.
"Eugh.. Mas" si manis mengeliat seraya melirik ke arah sang suami dengan mata yang masih belum terbuka sepenuhnya.
"Hmm, Kenapa sayang?" suara bariton Renjun mengudara yang mampu membuat suara hujan di luar sana sedikit tersamarkan.
"Aku haus" kata Haechan seraya menduselkan kepalanya di dada bidang sang suami.
"Hum, tunggu sebentar" dengan malas pemuda tampan itu beranjak dari atas ranjang, kemudian ia mengambil segelas air yang sudah tersedia di atas nakas.
"Nih sayangku" kata Renjun seraya menyerahkan segelas air itu ke arah sang istri.
"Makasih mas" kata si manis seraya menengguk segelas air itu hingga tandas.
"Sama-sama sayang, sudah lebih baik kita tidur lagi" kata Renjun seraya kembali menaruh gelas itu ke atas nakas, kemudian setelahnya ia kembali menaiki ranjang.
"Mas gak kerja?" tanya si manis seraya mencari posisi nyaman di dalam dekapan sang suami.
"Hujan sayangku, mas malas. Lebih baik disini memeluk tubuh kamu daripada mas harus pergi ke kantor" kata Renjun seraya mengelus perut buncit sang istri dengan penuh kasih sayang, kening manisnya pun tak luput untuk pemuda tampan itu kecup.
"Tapi kan kemarin mas bilang hari ini ada meeting penting" jika saja si manis tak mengatakan itu mungkin Renjun akan benar-benar lupa, ia dengan secepat kilat meraih ponselnya yang berada di atas nakas. Kemudian tanpa pikir panjang langsung medial nomor sang sahabat.
Tak butuh waktu lama untuk pemuda Na di seberang sana menerima telponnya dengan kesal.
'Kenapa?' tanya Jaemin ketus.
"Tolong gantikan aku untuk meeting bersama dengan client pagi ini" kata Renjun santai seolah tak merasa bersalah karena sudah menganggu pagi indah sahabat karibnya itu.
'Kau gila Ren!! Kemarin aku sudah mengatakan jika kali ini giliran mu sialan. Kenapa sekarang kau malah melimpahkan-nya pada ku lagi' kata Jaemin kesal yang hampir saja melempar ponselnya mahalnya itu ke lantai.
"Ayolah sekali ini saja kawan, hari ini aku benar-benar malas kau tak melihat di luar sedang hujan? Jadi aku tak mungkin beranjak dari atas ranjang hanya untuk menemui tua bangka itu yang wajahnya saja tak ingin ku lihat" kata Renjun seraya mengusap surai hitam sang istri yang sudah terlelap di atas dadanya.
'Kau kira aku mau melihat dia? Jika bukan karena keuntungan perusahaan aku mana sudi berjabat tangan dengan orang menyebalkan itu' kata Jaemin kesal seraya melirik sang istri yang tengah terlelap di atas ranjang, berharap itu bisa meredakan amarahnya yang hampir meluap pagi ini.
"Kau bisa mengatakan apapun yang kau inginkan nanti, aku harap meeting kali ini berjalan lancar jangan sampai kau membuat masalah lagi" kata Renjun seraya memutuskan sambungan telpon secara sepihak, yang mampu membuat Jaemin mengumpat kesal di seberang sana.
~~~~~~~~~~~~~~~~~
Renjun memperhatikan sang istri yang tengah berjalan ke arahnya, entah ini perasaannya saja atau memang benar jika tubuh manisnya itu terlihat sangat bulat. Ia seperti tengah melihat bola coklat berjalan.
"Mas" panggil sang istri dengan wajah yang begitu berseri-seri, tampaknya istri manisnya itu tengah menginginkan sesuatu sekarang ini.
"Kenapa sayang?" tanya Renjun seraya membawa tubuh berisi sang istri ke atas pangkuannya, ia sama sekali tak merasa keberatan kala beban tubuh si manis jauh lebih terasa berisi dari sebelumnya.
"Aku mau pelihara kucing" jawab Haechan dengan mata yang begitu berbinar, berharap suami mungilnya itu mau menuruti keinginannya.
"Kucing? Bukannya kamu alergi kucing ya sayang?" Renjun ingat betul kala kencan pertama mereka di kafe kucing pemuda manis itu tak pernah berhenti bersin.
"Tapi aku mau pelihara kucing mas" rengek si manis seraya menduselkan kepalanya di dada bidang sang suami.
"Yang lain ya sayang, mas tak ingin alergi kamu kambuh lagi. Cukup mas melihatnya sekali waktu itu" kata Renjun seraya mencium kening si manis dengan penuh kasih sayang.
"Tapi mas.." Renjun hanya mampu menghela nafas kala melihat raut wajah sang istri yang tampak sangat sedih.
"Huh! Baiklah sayang" kata Renjun yang pada akhirnya memilih mengalah daripada harus melihat manisnya menangis.
"Yeay sayang mas Renjun banyak-banyak!!"
~~~~~~~~~~~~~~~~~
Mata Haechan berbinar kala melihat kucing anggora berwarna putih yang baru saja di belinya, walaupun harus melihatnya dari jarak yang lumayan jauh namun itu sudah membuatnya sangat bahagia.
Hewan berbulu itu kini tengah di gendong oleh seorang wanita yang tadi sang suami minta untuk mengurusnya, karena tak mungkin jika ia harus mengurus hewan lucu itu sendirian. Renjun cukup waras untuk tak membiarkan itu terjadi.
"Mas" Renjun menoleh ke arah sang istri yang kini tengah menatapnya dengan sebal.
"Kenapa sayang?" tanya Renjun seraya menghampiri pujaan hatinya itu.
"Dia siapa?" tanya Haechan kesal seraya menujuk ke arah wanita muda itu yang kini tengah memperhatikan interaksi keduanya.
"Namanya Naya dia yang akan mengurus Renren" kata Renjun seraya mengusak surai sang istri dengan gemas.
"Kamu tak perlu cemburu sayang, karena dia sudah memiliki suami" kata Renjun yang seolah tahu kekhawatiran istri gemil-nya ini.
TBC
Maaf kalau ceritanya makin aneh.