Haechan tersenyum puas ketika
melihat penampilan sang suami yang semakin terlihat tampan dengan rambut barunya, apalagi di tambah dengan postur tubuh sang suami yang mungil namun berotot dan jangan lupakan perut sixpack-nya yang selalu menjadi sarapan Haechan di pagi hari. Benar-benar perpaduan yang sempurna untuk memanjakan matanya setiap hari."Bagaimana? Kamu suka kan sayang?" tanya Renjun seraya menghampiri sang istri yang masih menatapnya dengan penuh kekaguman.
"Hmm, yang pastinya lebih baik daripada liat kamu botak" kata Haechan yang seolah tak merasa bersalah, padahal ia sendiri yang memaksa sang suami untuk mencukur habis rambutnya.
"Syukurlah kamu mengganti keinginan kamu itu sayangku, kalau tidak mungkin mas akan di ledek habis-habisan oleh Jeno setiap hari sampai rambut mas tumbuh kembali" kata Renjun seraya mendudukkan tubuhnya di samping si manis, kemudian ia membawa tubuh berisi sang istri ke atas pangkuannya.
"Makannya kamu harus berbangga diri karena punya istri sebaik aku mas, walaupun tujuan awal aku nikah sama kamu itu untuk menjadikan kamu satu-satunya cinta dan istri dalam hidup aku. Tapi mau bagaimana lagi kalau kamu yang mau menjadi pemimpin keluarga dalam rumah tangga kita aku mana bisa nolak" kata Haechan seraya mengelus-ngelus cincin berlian yang kemarin sang suami belikan untuknya, Renjun membelikan cincin berlian seharga tigapuluh juta itu untuk menyogok si manis agar istri tercinta-nya itu tak jadi mengidam melihatnya botak. Beruntung lah pemuda gemil itu mau dan merubah keinginannya menjadi ia yang ingin melihat sang suami menyemir rambutnya.
"Jika kamu menginginkan sesuatu lagi kamu bilang saja sama mas ya sayang, kalau permintaan kamu masuk akal pasti akan mas kabulkan" kata Renjun seraya mengelus rambut hitam sang istri dengan penuh kasih sayang.
Haechan yang mendengar ucapan sang suami barusan mendengus kesal namun ia memilih tak mengomel karena ada sesuatu yang lebih penting daripada itu, sekarang ini si manis tengah memikirkan benda-benda mahal yang kiranya cocok untuk ia mintai kepada sang suami yang pastinya harganya fantastis. Agar pemuda rubah itu bangkrut dan kehilangan semua hartanya jika sudah begitu pasti akan mudah untuknya merubah posisi mereka. menjadikan Renjun sebagai istrinya lagi lalu ia yang kembali menjadi pihak atas benar-benar rencana yang begitu sempurna. Namun agaknya pemuda manis itu lupa jika ada kehidupan lain di dalam perutnya untuk menjadi dominan sang suami kembali sepertinya sudah sangat mustahil untuk sekarang ini.
"Hmm, aku tiba-tiba pengen makan mangga muda deh mas" kata Haechan yang begitu bertentangan dengan pemikirannya barusan.
"Mangga muda?" tanya Renjun memastikan.
"Iya, aku mau makan itu mas~" kata Haechan dengan tatapan yang begitu mengemaskan, membuat Renjun yang melihat itu tak tega untuk menolak.
"Baiklah sayang, kalau begitu ayo kita pulang ke rumah mama aku yakin pohon mangga yang ada di depan rumah pasti sudah berbuah, sekalian kita memberitahu kabar baik kepada mama dan baba kalau sebentar lagi mereka akan menimang cucu"
"Yeay sayang mas Renjun banyak-banyak!!"
~~~~~~~~~~~~~~~~~
Renjun menghentikan mobilnya di depan pagar rumah orang tuanya sesuai permintaan sang istri, padahal tadi ia sudah siap meneriaki satpam rumahnya untuk membukakan pagar. Namun ketika mata bulat si manis melihat tukang bubur ayam yang tengah mangkal tak jauh di dekat rumahnya membuat pemuda manis itu berteriak antusias ingin membeli. Maka Renjun mau tak mau langsung menepikan mobilnya daripada mereka harus berhenti di tengah jalan.
"Mas kamu masuk duluan aja, aku mau beli bubur ayam dulu" kata si manis seraya turun dari mobil meninggalkan sang suami yang masih melepaskan sabuk pengaman-nya.
"Tak apa mas tunggu saja, mas tak mau meninggalkan kamu sendirian sayang" kata Renjun seraya ikut turun dari mobil mahalnya.
"Ck! Beli bubur ayam aja harus di temenin segala, aku itu bukan anak kecil mas aku bisa beli sendiri kok" Haechan hanya mampu menghela nafas ketika melihat sang suami yang malah ikut turun dari mobil.
"Tak apa sayang, mas tak mau ambil resiko dengan meninggalkan kamu seorang diri" kata Renjun seraya mencium pipi bulat sang istri dengan gemas.
"Ya udah, tapi masukin dulu itu mobil ke dalem garasi kasian penjalan kaki gak bisa lewat gara-gara mobil kamu itu mas" kata Haechan seraya menyodorkan telapak tangannya ke arah sang suami.
"Jangan lupa kasih aku uang juga, soalnya aku lupa bawa dompet" dengan gemas Renjun menjawil hidung si manis, membuat pemuda gemil itu merengut sebal karenanya.
"Ini, tapi ingat kamu jangan kemana-mana sebelum mas kembali" kata Renjun seraya memberikan si manis dua lembar uang berwarna merah, kemudian ia menyempatkan mencium kening sang istri sebelum kembali melangkah ke arah mobilnya.
"Lama nih kalau nungguin mas Renjun, mending gue beli sendiri aja deh" kata Haechan seraya berjalan ke arah tukang bubur yang masih bergeming di tempatnya.
"Mang bubur nya satu!! Di bungkus ya" teriak Haechan begitu sampai, tukang bubur yang sudah berusia itu hanya menoleh sekilas ke arah si manis seraya mengangguk.
Haechan mengedarkan pandangannya mencari kursi kosong yang bisa ia duduki sembari menunggu pesanannya jadi.
"Nah itu ada!" kata si manis antusias seraya berjalan ke arah kursi panjang yang masih memiliki ruang untuk satu orang, setelah sampai ia langsung mendudukkan tubuh berisi-nya di atas kursi panjang itu yang sudah di tempati oleh tiga orang.
"Sekarang kamu sudah bahagia-kan?" senyuman si manis yang sendari tadi mengembang mendadak luntur ketika mendengar suara yang lumayan tak asing di telinganya.
"Maaf ya karena dulu pernah menyakiti kamu Chan" dengan susah payah Haechan menoleh ke arah seseorang yang dulu pernah menyakiti baik sifik maupun batinnya.
"Aku benar-benar minta maaf Chan, dulu aku benar-benar brengsek sampai-sampai menyakiti orang baik seperti kamu" nafas Haechan tersegal ketika melihat mantan kekasihnya secara dekat seperti ini, mungkin kemarin ia masih bisa menahannya karena ada sang suami di sampingnya. Namun sekarang ini ia tengah sendirian.
"Ma-mark!!"
TBC
Ceritanya makin gak jelas kan, maaf soalnya aku gak bisa nulis cerita yang bagus. Otak-ku gak nyampe soalnya.