Kini usia kandungan Haechan sudah memasuki bulan kelima, perutnya yang sudah membuncit itu membuat pergerakan-nya mulai terbatas. Di tambah lagi mood-nya yang sering berubah-ubah semakin membuat Renjun pusing menghadapi tingkah-nya itu. Apalagi pemuda manis itu sering sekali mengidam yang tak masuk akal benar-benar mampu membuat rambut Renjun cepat memutih jika terus seperti ini.
"Pel yang bersih ya mas" kata si manis yang tengah duduk santai di atas sofa seraya mengelus perut buncit-nya.
"Mbul sudah ya, ini sudah yang ketiga kali. Mas capek sayang" kata Renjun seraya memeganggi pinggangnya yang terasa ingin lepas.
"Ck! Tapi itu lantainya belum bersih, aku mau mas pel sampe lantainya warna putih" kata Haechan kesal seraya menatap sang suami dengan penuh permusuhan.
"Mana bisa sayangku!! Lantai rumah kita kan warna coklat, sampai mas pel ribuan kali pun engga akan berubah menjadi warna putih" Renjun benar-benar ingin menangis sekarang ini juga, permintaan sang istri yang selalu di luar nalar itu sukses membuatnya ingin memaki pemuda manis itu. Namun kata-kata kasar seolah tak ingin keluar dari mulutnya hati dan pikirannya juga tak menyetujui untuk ia melakukan hal yang mungkin akan mengancam keselamatan pernikahannya.
"Pokoknya aku gak mau tau!! Mas harus pel lantainya sampai warna putih!!" teriak si manis kesal seraya beranjak dari duduknya, kemudian ia berlari ke lantai atas meninggalkan sang suami yang tengah menggerang kesal.
"Ahk sialan!! Apa aku harus mengganti lantainya?!!" teriak Renjun frustasi seraya mengusak surai-nya dengan kasar.
~~~~~~~~~~~~~~~~~
Haechan mengelus perut buncit-nya seraya sesekali melirik ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul sebelas malam, dan sang suami tak kunjung menunjukkan batang hidungnya hingga kini. Padahal sudah dari siang suami tampan-nya itu pergi tapi sampai kini akan tengah malam dia belum juga kunjung kembali. Membuat si manis khawatir jika sesuatu terjadi kepada suami tampan plus manisnya itu.
"Mas Renjun kemana sih? Kok sampe sekarang belum pulang juga" kata si manis khawatir seraya beranjak dari duduknya, kemudian ia berjalan ke arah pintu untuk mengecek apakah sang suami sudah berada di depan rumah atau belum.
"Ck!! Kamu kemana sih mas" Haechan hampir saja menangis ketika tak mendapati siapapun yang berada di depan rumah, kecuali satpam yang berada di tempat jaga yang jaraknya lumayan jauh dari rumah. Maklum Renjun ini adalah orang kaya jadi jangan heran jika dari gerbang menuju rumah bisa memakan waktu lima menit jika berjalan kaki.
"Hiks.. Mas" si manis benar-benar ingin menangis sekarang ini juga, sepertinya suami tampan-nya itu sudah tak mencintainya lagi.
Dengan gontai Haechan berjalan ke belakang rumah, tempat dimana para pembantu, supir dan satpam nya tinggal. Ia sudah memutuskan untuk pulang ke rumah orang tuanya saja daripada harus berdiam diri di rumah orang yang mungkin sebentar lagi akan menjadi mantan suaminya.
Tok
Tok
Tok
Haechan tak peduli jika ia sudah menganggu tidur nyenyak mereka, yang terpenting untuk sekarang ia ingin pulang walaupun tak ada yang mengantar ia bertekad untuk pulang sendiri.
Cklek
"Eh nyonya, ada apa?" tanya supir yang bernama Jamal itu dengan sopan.
"Anterin saya pulang pak" jawab Haechan seraya bersedekap dada.
"Sekarang nyonya?" tanya Jamal heran, karena tak biasanya istri dari majikannya itu keluar larut malam begini.
"Tahun depan!! Ya sekarang lah saya tunggu di depan" kata Haechan ketus seraya berlalu pergi meninggalkan Jamal, yang hanya mampu menghela nafas lelah melihat tingkah majikannya yang baru ia layani satu tahun lebih itu.
"Kok bisa ya den Renjun mau menikah sama manusia galak begitu"
"Saya denger loh pak!!"
~~~~~~~~~~~~~~~~~
Renjun kalang kabut kala tak mendapati sang istri berada di rumah, ia sudah memeriksa keseluruh penjuru rumahnya namun hasilnya tetap nihil.
"Mbul!! Sayang!!, kamu dimana?!!" teriak Renjun panik seraya berlari kesana kemari seperti orang hilang akal.
Tok
Tok
Tok
Renjun menghentikan aksi tak berguna-nya itu ketika ada seseorang yang mengetuk pintu rumahnya, dengan semangat ia berjalan ke arah pintu berharap orang itu adalah sang istri yang tengah di cari-nya sendari tadi.
Cklek
"Pak Jamal? Ada apa bapak kemari?" tanya Renjun bingung ketika melihat supirnya yang sudah bersamanya selama hampir sepuluh tahun itu.
"Maaf den, saya kemari hanya ingin memberitahukan jika nyonya Haechan pulang ke rumahnya. Tadi saya sendiri yang mengantar beliau" kata pak Jamal seraya menunduk, takut jika majikannya itu marah karena sudah mengantar istrinya tanpa meminta izin terlebih dahulu.
"Pulang?! Tapi kenapa" tanya Renjun bingung.
"Sepertinya nyonya tengah merajuk karena aden pulang terlalu malam, di sepanjang jalan tadi saja nyonya terus menggerutu mengatakan jika aden sudah tak mencintainya lagi" Jawab pak Jamal.
"Oh, baik kalau begitu terima kasih ya pak. Bapak bisa kembali ke belakang sekarang" pak Jamal hanya mengangguk seraya berjalan ke belakang rumah, berniat melanjutkan acara tidurnya yang tadi sempat terganggu oleh ulah sang nyonya.
"Ah sial!! Seharusnya aku tadi bisa menahan emosi" kata Renjun seraya mendudukkan tubuhnya di atas sofa, alasannya tak pulang ke rumah selama berjam-jam adalah ingin menenangkan diri terlebih dahulu.
Ia mengaku sempat kesal karena tingkah sang istri tadi siang maka dari itu ia memilih pergi karena tak ingin membuat mood-nya semakin hancur, tapi siapa sangka hasil dari tindakannya itu malah membuat sang istri merajuk sampai pulang ke rumahnya. Jika sudah begini ia yakin akan sulit untuk membawa pemuda manis itu kembali ke rumahnya.
Namun meskipun demikian tentu saja Renjun tak akan menyerah dengan mudah, apalagi kini sang istri tengah mengandung anaknya itu semakin menguatkan alasannya untuk terus mempertahankan Haechan walaupun tingkah-nya sedikit menyebalkan. Tapi Renjun tetap mencintainya.
TBC
Maaf ya kalau ceritanya makin aneh.