Haechan menatap sengit pemuda mungil yang berstatus sebagai suaminya itu, matanya berkilat tajam menatap setiap pergerakan sang suami yang tengah berjalan menghampirinya.
"Kamu sudah bangun sayang?" Haechan bergeming, pemuda manis itu menatap sang suami semakin tajam. Seolah-olah ingin menguliti hidup-hidup orang yang sudah menafkahi nya selama satu tahun ini.
"Masih sakit?" tanya Renjun lagi seraya menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah manis istrinya.
"Mas sudah membuatkan kamu bubur, sarapan dulu yuk" Haechan hanya diam membisu seolah tak berniat menanggapi ucapan sang suami sama sekali, membuat Renjun yang melihat itu hanya mampu menghela nafas pelan.
Sudah pasti istri manisnya itu akan marah setelah apa yang ia lakukan kemarin malam, mau bagaimana lagi ia sudah menahan hasratnya selama satu tahun penuh dan kemarin pemuda manis itu sendiri lah yang menyerahkan diri padanya. Walaupun harus di iringi syarat yang lumayan sulit jika kemarin ia tak memutar otak. Dengan otak super licik-nya itu ia menelpon semua sahabatnya untuk datang ke rumah setelah itu ia juga memanggil para tetangga yang berada di samping rumahnya untuk makan bersama. Dengan dalih ia yang tengah mengadakan pesta Kecil-kecilan untuk merayakan ulang tahun pernikahannya yang ke satu tahun, padahal sudah lewat satu minggu.
Begitu makanan yang ia pesan sudah habis semua dengan tanpa perasaan pemuda rubah itu langsung mengusir para tamu yang sudah menumpang makan di rumahnya, mengabaikan makian Jeno yang terus terlontar kepadanya ketika ia dengan tanpa perasaan merebut piring pemuda sipit itu yang masih menyisakan kulit ayam yang mana menjadi favorit dari pemuda Samoyed itu.
Setelah semua tamunya pergi Renjun langsung saja menyeret istri manisnya itu menuju kamar, mengabaikan berbagi umpatan sang istri yang terlontar untuknya yang tak akan pernah ia ambil pusing sama sekali bahkan jika pemuda gemil itu menghina-nya habis-habisan. Ia tak akan pernah berhenti melancarkan aksinya yang sudah ia tahan sejak lama, ia pasti akan membuat istri manisnya itu kacau malam ini juga dan tak akan ada orang yang bisa menghentikannya. Dan terbukti dengan sang istri yang ia gagahi selama semalaman penuh tanpa ia beri istirahat dan berakhir dengan pemuda gemil itu yang sekarang tengah merajuk padanya.
"Mbul~ mas minta maaf sayang, kemarin malam mas sedikit kelewatan" rengek Renjun seraya mendudukkan tubuhnya di pinggir ranjang.
"Sedikit? Mata kamu sedikit mas!! Badan aku remuk semua ini!!" teriak Haechan kesal seraya menatap sang suami dengan penuh permusuhan.
"Mas minta maaf sayang, kalau memang masih sakit ayo sini biar mas obati" kata Renjun seraya berniat menyingkap selimut yang tengah sang istri kenakan, namun tangannya segera di tepis dengan kasar oleh si manis membuat ia sedikit meringis karena mendapatkan geplakan maut dari sang pujaan hati.
"Kamu mau ngobatin aku atau kamu memang punya niat terselubung mas?" Kata Haechan seraya menatap sang suami dengan penuh selidik.
"Ya ampun sayang! Mas tak mungkin menyentuh kamu dengan keadaan kamu yang masih sakit seperti ini, mas juga punya pikiran" Renjun benar-benar tak habis pikir dengan tingkat kewaspadaan sang istri terhadapnya, ia mungkin memang mesum tapi ia juga tak mungkin memanfaatkan keadaan sang istri yang tengah sakit seperti ini.
"Kamu tak perlu selalu berbikir buruk tentang mas sayang, mas mungkin memulai kehidupan pernikahan kita dengan cara yang licik tapi percayalah rasa cinta mas kepada kamu itu bukan sesuatu yang patut kamu pertanyakan. Mas benar-benar mencintai kamu mbul mungkin terdengar lucu bagi kamu yang terlalu banyak mendengarkan omong kosong yang mas buat ketika kita masih pacaran dulu. Tapi satu hal yang harus kamu tahu jika rasa cinta mas untuk kamu itu nyata adanya" Renjun menyatukan keningnya dengan sang istri, menatap mata bulat itu yang kini terpaku menatap padanya tanpa berkedip, membuat ia yang melihat itu terkekeh pelan. Istrinya benar-benar terlihat sang lucu sekarang.
"Mas--" suara si manis terdengar serak ketika memanggilnya, membuat ia sedikit panik takut-takut tenggorokan sang istri terasa sakit karena terlalu banyak meneriaki namanya semalam.
"Tenggorokan kamu sakit sayang? Mas ambilkan air hangat ya" Haechan menggeleng seraya memeluk leher sang suami dengan erat, membuat Renjun yang mendapatkan perlakuan tiba-tiba itu sedikit terkejut.
"Sayang?"
"Hiks.. Aku juga sayang sama kamu mas, apa kamu pikir rasa cinta aku selama tiga tahun itu akan hilang hanya karena kebohongan kamu itu?. Aku memang marah dan kecewa sama kamu mas tapi bukan berarti rasa cinta aku untuk kamu itu hilang seutuhnya, setiap hari rasa benci aku untuk kamu semakin tumbuh tapi tetap saja tak bisa mengibagi rasa cinta aku yang sudah lebih dulu tumbuh untuk kamu"
~~~~~~~~~~~~~~~~~
Plak
"Mas Renjun!!" Haechan menatap tajam ke arah sang suami yang baru saja menampar pantat-nya, sedangkan pemuda rubah itu malah tersenyum nakal seraya mendudukkan tubuhnya di atas sofa kemudian menyalakan televisi untuk menemaninya menunggu sang istri selesai memasak. Tanpa rasa bersalah pemuda rubah itu mulai fokus dengan acara televisi yang menurutnya menarik, mengabaikan si manis yang masih bergeming di tempatnya seraya menatapnya dengan tajam.
"Mas Renjun bangsat memang!!" kata Haechan kesal sembari berjalan ke arah dapur seraya mengusap-ngusap pantat-nya yang masih terasa panas, membuat Renjun yang melihat itu bersiul.
"Kiw!! Nanti malam boleh kali" kata Renjun seraya mengedipkan matanya dengan genit.
"Ngomong sini depan muka!! Aku tendang adik kamu tau rasa!!"
"Hahahah.. Ampun sayang"
TBC
Maaf update nya kelamaan soalnya ada masalah yang bikin kepalanya lumayan pusing.
Maaf kalau ceritanya gk kayak begini, padahal baru update tapi ceritanya malah makin gak jelas.