Mata rubah itu menatap bayi mungil yang tengah berada di dalam gendongan-nya dengan tak percaya, ia masih tak menyangka jikalau sekarang ini dirinya sudah menjadi seorang ayah.
"Anak baba" kata Renjun seraya mencium kening bayi mungil itu dengan hati-hati.
"Eugh.." pemuda rubah itu seketika langsung meneloh ke arah manisnya yang baru saja siuman.
"Mas" panggil Haechan lirih seraya mencari keberadaan sang suami yang sekarang ini tengah duduk di atas sofa yang terletak tak jauh dari ranjang-nya.
"Mas disini sayang" kata Renjun seraya beranjak dari duduknya, kemudian ia berjalan menghampiri sang istri yang masih terbaring di atas ranjang.
"Anak kita mana mas?" tanya si manis seraya memeganggi kepalanya yang masih terasa sangat pusing.
"Anak kita disini sayang" kata Renjun seraya memperlihatkan bayi mungil yang masih terlelap di dalam gendongannya.
"Ini anak kita mas?" tanya Haechan tak percaya dengan mata bulat-nya yang sudah berkaca-kaca.
"Iya ini anak kita sayang, anak yang sudah kita tunggu-tunggu kelahirannya" kata Renjun seraya tersenyum hangat, yang mampu membuat air mata manisnya langsung terjun bebas karena itu.
"Aku mau gendong dia juga mas" pinta Haechan yang langsung di tolak mentah-mentah oleh pemuda rubah itu.
"Tapi kamu masih sangat lemah sayang, lebih baik kamu istirahat dulu ya" si manis menggeleng seraya menatap suami tampan-nya itu dengan tak setuju.
"Aku kuat kok mas, aku yakin bisa gendong dia" Renjun hanya mampu menghela nafas ketika melihat sikap keras kepala istri manisnya itu.
"Huh! Baiklah, ayo sini mas bantu bangun" kata Renjun pasrah seraya membawa tubuh berisi sang istri untuk bersandar pada dadanya, kemudian ia menyerahkan bayi mungil yang masih senantiasa terlelap itu untuk di gendong oleh manisnya.
"Lucu banget ya mas" kata Haechan antusias ketika menatap wajah bulat sang buah hati yang sangat mirip dengannya.
"Iya lucu sekali, seperti kamu" kata Renjun seraya mencium pucuk kepala sang istri dengan penuh kasih sayang.
"Eum.. Ngomong-ngomong mas udah punya ide buat ngasih dia nama?" tanya Haechan seraya melirik ke arah sang suami yang tengah asik menoel-noel pipi bulat sang buah hati.
"Sebenarnya mas belum memikirkannya, mas ingin kita berdua yang memberikan dia nama. Karena mas tak ingin ketika mas menemukan nama yang bagus untuk dia sedangkan kamunya tak akan suka" Haechan hanya mengangguk mengerti ketika mendengar ucapan sang suami barusan.
"Gimana kalau kita kasih nama dia Chenle" kata si manis antusias seraya menatap sang suami dengan wajahnya yang tampak sangat sumringah.
"Chenle?" tanya Renjun memastikan, karena ia tak menyangka jika manisnya itu bisa memikirkan nama yang sebagus itu.
"Tapi nama Chenle itu berasal dari bahasa China sayang, memangnya kamu tak apa?" berasal dari negara yang berbeda memang sering kali membuat keduanya berbeda pendapat, namun Renjun tak menyangka jika istri manisnya itu akan memberikan nama yang berasal dari negaranya pada sang buah hati. Padahal ia sudah siap mengalah untuk yang kesekian kalinya jikalau sang istri akan memberikan nama Korea kepada buah hati mereka.
"Gak masalah, kan dia bakal pake marga aku nanti" kata Haechan santai seraya mencium pipi tembem sang anak dengan gemas.
"Loh kok begitu? Seharusnya kan dia menggunakan marga mas sayang" tanya Renjun yang jelas tak terima jika sang buah hati tak menggunakan marga-nya.
"Buat apa? Mas juga kan nanti bakal pake marga aku, karena setelah ini aku mau kita tukar posisi lagi"
"Astaga!! Yang bener saja kamu mbul!!"
~~~~~~~~~~~~~~~~~
Renjun menjilat bibirnya sendiri ketika melihat puting sebelah kiri sang istri yang tengah menganggur, ingin sekali rasanya ia menyesap puting pink itu dengan semangat seperti yang tengah di lakukan sang anak sekarang ini.
"Keinginan kamu itu lebih baik kamu pendam sendiri saja, jangan sampai kamu melakukan hal-hal yang mungkin akan membahayakan nyawa kamu sendiri" kata sang mama seraya menatapnya dengan tajam.
"Itu wajar saja kan? Lagipula yang tengah Renjun pandangi itu istri Renjun sendiri, bukan istri orang lain" kata Renjun kesal seraya beranjak dari duduknya.
"Mbul.." si manis mendongak, menatap sang suami yang sekarang ini tengah menatapnya dengan aneh.
"Apa?!!" tanya Haechan ketus seraya kembali fokus pada sang anak yang masih asik menyusu.
"Mas mau juga boleh engga" detik itu juga kepala kecil Renjun langsung mendapatkan lemparan dari sang mama, membuat ia mengaduh kesakitan seraya mengusap kepalanya yang terasa sangat sakit.
"Mama kenapa melemparkan kepalaku?!!" kata Renjun kesal seraya menatap wanita paruh baya yang sudah melahirkannya itu dengan kesal.
"Mama sudah mengatakan kan tahan niat bejat mu itu, tunggu sampai istri mu benar-benar pulih jangan sampai kau meniduri dia. Di saat dia bahkan baru saja melahirkan anak mu" kata sang mama ketus seraya melenggang pergi ke dapur, meninggal anak satu-satunya itu yang tengah mendumal kesal.
"Kau itu memang benar-benar mesum ya Jun" kata Jaemin yang sekarang ini kondisinya tak jauh berbeda dengan Renjun.
"Membutuhkan kaca" kata Renjun kesal seraya menatap pemuda Na itu dengan penuh permusuhan.
"Dan lagipula untuk apa kau kemari? Kau kan mempunyai rumah sendiri kenapa kau malah berada di rumahku?!!" tanya Renjun tak santai.
"Rumahku masih kosong, belum ada satupun barang disana jadi aku menumpang kesini untuk beberapa hari" kata Jaemin santai seraya menjilat bibirnya sendiri ketika melihat puting manisnya yang tengah menganggur.
"Sialan!! Kau saja tak jauh berbeda dariku"
TBC
Gak tau deh, ide ku udah mentok banget ini bingung harus ngetik apalagi.