Lepas •Jenharu•

1.5K 85 40
                                    

Votment !! Biar rajin up ✨
Ib : yg seliweran di tik tok

Happy Reading

.

.

.

Haruto mengusap peluh kesekian kalinya, sang anak hanya bisa memantau dari kejauhan tak bisa berbuat lebih. Lagipula apa yang bisa di lakukan anak cacat sepertinya.

" Bunaa !  nanti es teh nya ga dingin lagii " Sakuya berteriak marah, ini sudah ketiga kalinya ia memanggil sang ibu, tapi rupanya Haruto masih sayang untuk meninggalkan pekerjaannya.

" Sebentar yaa, ini mau selesai kok ! " Haruto terkekeh melihat wajah cemberut Sakuya yang duduk diam di kursi teras. Dia sendiri tak mungkin mendekat pada anaknya dengan badan yang penuh dengan oli.

" Es batunya kan cuma sedikit ! Kalo cair ga dingin lagi bunaa !! " Haruto menepuk kedua tangannya yang penuh debu dan oli, lantas membereskan alat perkakas yang berserakan. Ia memutar roda bagian depan kursi roda yang berhasil ia perbaiki, dengan begitu ia tersenyum puas.

setelah mencucui tangan du keran di dekat pagar, Haruto menghampiri Sakuya. tak ingin membuat anaknya semakin marah, ia meneguk habis es teh yang sudah tersaji sejak tadi.
" kursi rodanya udah bener, hebat kan buna ? "

" iya ! bunaa hebat ! nggak kayak aku yang nyusahin terus.... " Sakuya menunduk lesu, wajah cantik ibunya jadi belepotan debu karenanya.

" heyy, nggak dongg.. tadi itu buna sedang menjalankan misi penting ! menjalan kewajiban buna untuk pangeran buna " 

Sakuya menatap manik itu, manik cantik yang sama sekali tidak menurun padanya. Karena pada kenyataannya, ia bukanlah anak kandung Haruto. Hal yang ia sesali selama hidupnya adalah mengapa ia tidak lahir dari rahim seonggok manusia manis di depannya. Tangan Sakuya terulur, mengusap setiap inci wajah Haruto, membersihkan debu yang menempel mengotori wajah kesayangannya. Haruto terpejam, menikmati setiap usapan yang di berikan oleh anaknya. 

" hidung buna mancung,  boba eyes, bibir buna bentuk love, kok bisa ada laki laki secantik buna ?? "  Haruto terkekeh, " kamu lagi memuji dirimu sendiri yahh ? " Haruto mengusak pucuk kepala Sakuya. 

Sudah cukup berada di luar, Haruto mendorong kursi roda, memindahkan anaknya di atas kursi roda hingga nyaman lalu menggiringnya memasuki rumah. Rumah yang mereka tinggali cukup sederhana, tak ada barang berharga selain perkakas elektronik yang tak seberapa.

Haruto berhenti mendorong kursi roda, membiarkan Sakuya pergi kemana ia mau, namun rupanya ia hanya duduk menunggu hingga Haruto selesai mandi. " Mau mandi ? "

Sakuya menggeleng. " mau peluk " katanya sambil merentangkan tangan.
Haruto sendiri tak tahu mengapa anaknya jadi sedikit murung hari ini, bahkan Sakuya berusaha tak melepaskan pandangan nya pada Haruto sejak tadi pagi.

" Kamu kenapa sih, bawaannya mellow terus dari tadi " Haruto melepaskan pelukannya, mengangkat dagu Sakuya agar memulai kontak mata.

" Tadi malam, aku denger Buna telepon sama om yosh, buna mau pergi lagi ya ? "

Haruto tersenyum lebar " Hari ini terakhir kalinya deh janji, kamu kok bisa tahu duluan ? Buna gak jadi surprise deh "

Fukuoka sub Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang