"Good morning."
Kakashi tersenyum setelah mengirimkan pesan singkat pada nomor bertuliskan nama Hinata. Tanda centang satu menandakan pesan itu belum diterima oleh lawan bicara. Kakashi meletakkan ponsel dan bangun dari ranjangnya.
Matahari baru saja muncul dari arah timur, tetapi Kakashi sudah bermain dengan barbel diruang gym pribadinya. Sudah menjadi rutinitasnya untuk bangun pada pukul 5 dan berolahraga. Otaknya sudah menghafal kegiatan tersebut, Kakashi bahkan tidak pernah menyetel alarm.
Di sudut kota lain, Hinata yang tidak tidur semalaman setelah mengepak seluruh barang-barangnya akhirnya dapat bernafas lega. Hinata tidak perlu berpikir panjang lagi setelah pengalaman traumatik yang dialaminya tadi malam. Dengan menggunakan taksi online, Hinata sedang dalam perjalanan pulang ke rumah orangtuanya.
Hinata tidak ingin mengalami kejadian yang sama lagi seumur hidupnya. Tadi malam, setelah makan malam di restoran mahal yang tidak memberi rasa kenyang sama sekali, Hinata diantar oleh Kakashi hingga ke depan pintu apartment nya. Itu artinya, pria itu dapat datang kapanpun ia mau untuk mengusik kehidupan Hinata. Membayangkannya saja, telah membangkitkan rasa takut yang tidak pernah Hinata alami sebelumnya. Hinata juga memblokir nomor Kakashi, berharap setelah ini ia tidak akan pernah bertemu dengannya lagi.
Hinata tertidur sepanjang perjalanan. Hampir 2 jam dari Tokyo, di sudut kota Narita, taksi berhenti disebuah rumah sederhana dengan halaman yang tidak terlalu luas. Hinata yang baru saja dibangunkan oleh supir taksi melihat ke luar jendela. Memastikan ia tidak salah tempat.
Terlihat rumah rapi dengan halaman yang berjejer bunga berwarna merah dan kuning. Batu batu kecil dan besar menambah estetika dari halaman tersebut. Tidak lupa pohon pohon kecil yang kini tingginya kira kira setara dengan leher orang dewasa. Hinata ingat ketika ayahnya pulang membawa bibit pohon itu.
Hinata turun lalu menurunkan 2 koper dan 1 dus besar dibantu oleh supir taksi.
"Terima kasih." ucap Hinata lalu membayar supir taksi dengan sejumlah uang yang tidak murah untuk seorang pengangguran, Hinata bahkan hampir menangis ketika mengeluarkan lembaran uang itu.
Ketika mobil itu melaju pergi, Hinata segera membuka pintu pagar namun sialnya pintu itu terkunci. Hinata mengambil ponsel, terlihat jika waktu baru menunjukkan pukul 8 pagi. Tidak biasanya pagar rumahnya terkunci karena biasanya ibunya selalu berada di dalam rumah. Sedangkan Hanabi, biasanya berada di sekolah begitupun ayahnya yang bekerja sebagai guru SMA.
Hinata menghubungi ibunya. Suara dering terdengar cukup lama hingga suara yang terdengar begitu lembut itu terdengar.
"Moshi moshi, Hinata? Ada apa?"
"Mama dimana? Aku di depan rumah, pagarnya terkunci."
"Eh? Kenapa tiba tiba pulang? Mama sedang di pasar. Tunggulah sebentar, mama akan pulang."
"Um.. Iya. Hati hati ma."
Pasar tempat langganan ibunya tidak begitu jauh dari rumah. Dulu disaat akhir pekan, Hinata sering pergi ke pasar dengan sepeda. Setelah mematikan telfon, Hinata berjongkok di dekat kopernya. Panas matahari pagi menyengat ke dalam kulitnya, mengingatkan tentang sunscreen yang lupa ia gunakan.
"Hinata?" Suara seseorang memanggil yang Hinata kenal betul namun mulai terlupa karena lamanya tidak bertemu.
"Hinataa!!"
"Eh..."
Baru saja Hinata berdiri, ia sudah hampir ambruk karena pelukan orang itu. Hinata mengenalnya, sifat ceria dengan rambut merah mudanya.
"Sakura?"
"Hinata!! Kau apa kabar? Akhirnya kita bertemu lagi, kapan kau pulang. Kenapa kau tidak masuk ke rumah? Wow. Kau terlihat lebih cantik."

KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession
Romance-KakaHina- Respon dari sesuatu yang tidak biasa pasti membuat penasaran bukan? Begitulah yang sedang di alami Kakashi. Ia yang selalu digandrungi wanita, kali ini justru ditolak saat menawarkan one night stand kepada seorang wanita. Itulah awal kisa...