8. Bracelet

949 111 12
                                    

"Good morning, Love."

Hinata segera menutup ponselnya setelah membaca pesan dari notifikasi pop up. Nama Kakashi tertera disana. Pria itu sudah beberapa hari tidak kelihatan, dan sekarang ia muncul kembali walaupun hanya melalui sebuah pesan. Hinata tidak memiliki minat untuk membalas pesan itu, jadi ia bergegas bersiap siap untuk berangkat kerja.

Pertama, Hinata pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Lalu dilanjutkan dengan menggunakan skincare dan make up tipis untuk membuat wajahnya terlihat lebih segar. Rutinitas ini lebih baik, ia tidak perlu memasukkan pria pemaksa itu ke dalam rutinitas hidupnya.

Kini ia sedang memotong tahu putih  dan jamur untuk dibuat miso shiru. Makanan sederhana itu tidak butuh membutuhkan waktu yang lama, hanya beberapa menit maka jadilah miso shiru. Menu selanjutnya adalah tamagoyaki. Hinata mengambil dua butir telur dan memecahkannya ke dalam mangkuk.

"Um... Kecap asin. Gula. Dashi. Mirin." Katanya sambil menuangkan setiap jenis bumbu yang ia sebut.

CKLEKK!!

Hinata tersentak. Suara pintu terbuka. Sepertinya seseorang baru saja masuk ke dalam apartemennya. Selain Hinata, hanya ada 1 orang yang memiliki akses pintu apartemen ini. Ya, Kakashi.

Hinata melanjutkan mengocok telur, namun kali ini ia terlihat gusar, ia was-was memikirkan kejadian beberapa hari yang lalu sekaligus pesan yang diabaikan tadi. Apalagi yang diinginkan pria itu?

"Kau tidak membalas pesan ku." Suara berat itu terdengar. Pria berpakaian formal dan rapi dengan jas biru dan kemeja putih muncul di pintu dapur.

"E.. Eh?" Gadis itu berpura-pura terkejut dengan kehadiran Kakashi.

"Ma.. Maaf aku sedang sibuk." Katanya sambil mengocok telur seolah menunjukkan bahwa ia benar-benar sedang sibuk.

"Kau bahkan tidak menanyakan kabar ku beberapa hari ini."

Hinata mulai memasukan telur ke dalam wajan panas. Ia bahkan tidak tertarik pada pria itu, untuk apa ia bertanya.

"Apa yang anda lakukan?"

Langkah Kakashi mulai mendekati Hinata. Pundak dengan tali celemek itu terlihat sangat kecil dan sangat rapuh. Tapi tubuh kecil itu bisa membuat seisi ruangan itu harum karena masakannya.

"Aku di Hong Kong untuk bertemu beberapa rekan kerja."

Kakashi memperhatikan jemari yang ahli dalam menggulung tamagoyaki dengan sumpit.

"Oh.. Baru pulang?"

"Hn, tadi malam."

Kakashi mendekat. Aroma maskulin menguar dari tubuhnya mengalahkan harum telur yang mulai matang. Hinata memejamkan matanya saat punggungnya menyentuh sesuatu. Itu adalah tubuh Kakashi yang menempel di punggungnya.

"Kalau akan bantu, apa aku bisa ikut makan dengan mu?" Nafas Kakashi menerpa rambut Hinata.

Pria itu memegang tangan Hinata yang sedang memegang gagang panci persegi panjang khusus tamagoyaki. Tangan besar itu menutupi keseluruhan tangan Hinata.

"A.. Aku bisa sendiri."

Kakashi mengambil alih sumpit ditangan kanan Hinata. Tangannya bergerak dengan telaten dan mulai menggulung telur.

Hinata tertegun. Tangan Kakashi terlihat sangat besar. Jemari pria itu putih bersih seolah tidak mengenal matahari, karena itu urat urat nadi berwarna biru-ungu itu terlihat begitu nyata di kulitnya. Kuku jari pria itu besar dan panjang, mungkin dua kali lebih besar dari milik Hinata. Wanita itu menundukkan kepalanya, entah mengapa wajahnya terasa memanas.

ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang