9. Sweet Like Candy

879 94 34
                                    

"Kakashi! Kenapa kau selalu mengacaukan perjodohan mu?"

Kakashi menguap lelah. Ia sudah lelah mendengar dering telfon di ponselnya beberapa hari ini sehingga terpaksa mengangkatnya.

"Aku tidak tertarik."

"A.. Apa katamu? Kau tidak tahu seberapa besarnya perusahaan mereka? Jika kau bisa-"

"Urus saya urusan mu sendiri, Yah. Lagipula aku sudah memiliki pacar."

Lidah kakashi keluh. Di umurnya yang sekarang, kata pacar membuatnya terasa sangat tidak cocok.

"Apa?? Pacar? Dari perusahaan apa?"

"Ayah, kita sedang membicarakan masalah pribadi, bukan bisnis. Lagi pula, urus saja urusan mu sendiri. Aku sibuk."

Tut.

Kakashi mematikan telfon namun detik selanjutnya, dering dari ponsel itu kembali berbunyi. Kakashi memerhatikan layar ponsel itu, ayahnya tidak ada henti-hentinya memikirkan tentang perjodohannya. Ia sudah lelah menghadiri perjodohan yang sudah tidak terhitung ke berapa kali. Kakashi melempar ponselnya diatas kasur lalu mengambil hair dryer untuk mengeringkan rambutnya. Pilihan ayahnya tidak ada yang menarik, kecuali untuk kencan 1 malam.

Jam di tangannya menunjukkan pukul 9 malam. Ia baru saja pulang setelah lembur dan baru selesai mandi. Bunyi suara dari angin dan mesin hair dryer memenuhi ruangan.

Tidak butuh waktu lama untuk mengeringkan surai peraknya. Hanya 10 menit, maka rambutnya sudah kering sempurna. Kakashi kembali meletakkan hair dryer diatas meja, dan menyisir rambutnya.

Kakashi mengenakan celana pendek berwarna hijau army dan kaos hitam longgar. Kaos hitam itu tidak berlengan sehingga menampakkan kulitnya yang putih bersih dan lengannya yang berbentuk. Lengan yang terekspos membuat tangannya terlihat jauh lebih panjang.

Kakashi menata asal rambutnya sehingga meninggalkan beberapa helai yang jatuh mengenai wajahnya. Jemari panjang itu meraih dompet yang tergeletak diatas meja, ia meninggalkan apartemen tanpa mempedulikan ponselnya yang tidak berhenti berdering.

Kakashi memasuki lift, turun beberapa lantai dan kini ia berada di depan apartemen yang sudah menjadi rumah keduanya. Ia memasukkan kata sandi dan pintu pun terbuka.

Aroma harum lavender langsung merasuki hidungnya sebelum matanya dapat menangkap isi ruangan itu. Tidak ada seorang pun disana. Lampu di ruang tamu dibuat remang-remang.

Kakashi memasuki ruangan, apartemen ini terasa lebih hangat dan lebih berwarna. Kakashi mengintip ke ruang dapur, tidak ada seorang pun disana. Kakashi kembali melangkah, ini adalah pintu terakhir dimana seharusnya wanita itu berada disana.

CKLEK..

"Hai, Hinata."

Itu dia. Wanita berambut tebal dan panjang sedang berbaring di kasur dan memainkan ponselnya. Ia mengenakan gaun tidur berwarna ungu pucat dan berlengan pendek. Hinata tampak terkejut begitu pintu kabarnya terbuka, ia sedang menonton series film dari ponselnya sehingga tidak menyadari kehadiran individu lain di ruangan itu.

"Belum tidur?"

Kakashi menutup pintu kamar dan berjalan menuju wanita yang buru-buru bangun dari baringnya dan segera merapikan pakaiannya yang tersingkap.

"B.. Belum."

"Hm. Kau sudah makan?"

Wanita itu jelas menunjukkan reaksi kikuk dan tidak nyaman.

"Sudah."

"Aku sungguh minta maaf untuk kejadian tempo hari. Aku sudah membayar dendanya, kau sudah tidak marah kan?"

ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang