Drt.... Drttt...
Drt... Drttt...
Drt... Drttt...
Drt... Drttt...
Drt... Drttt...
Drt... Drttt...
Drt... Drttt...
Drt... Drttt...
Drt... Drttt...
Drt... Drttt...
"Apa?"
Angin panas berhembus kencang. Hamparan pasir berdebu itu terbawa dan terbang bersama angin.
"Kau dimana?" Di seberang telfon, seorang pria paruh baya yang bahkan tidak menunjukkan ciri ciri penuaan, duduk di kursi dengan meja penuh tumpukan lembaran kertas, kursi yang sudah lama ia tinggalkan.
"Bukan urusan mu." Pria bersurai perak di tengah tiupan angin kencang yang membawa butiran pasir.
"Kembali. Mau sampai kapan kau disana? Apa yang dilakukan gadis remaja itu padamu? Kau gila sekarang?"
Mata sayu itu melebar. Ponsel jatuh dari genggamannya. Ia terdiam sejenak.
*
*
*Apa yang terjadi?
Kakashi. Berdiri di depan kaca. Menatap bayangan dirinya sendiri. Matanya terlihat lebih gelap dari biasanya. Selain itu, ia terlihat baik baik saja. Ia memang sudah cukup berumur, 32 tahun. Tetapi ia tidak terlihat tua. Ia terlihat dewasa namun ia tidak menunjukkan ciri ciri penuaan.
Tetapi gadis itu, 21 tahun. Apakah ia menganggap Kakashi mengerikan? Pria tua yang menjijikkan? Dan pria itu. Pria yang namanya terus terdengar di kepalanya. Pria yang namanya dipanggil dengan erotis itu, 22 tahun.
"22 tahun..." Gumamnya.
Kakashi mendekatkan wajahnya ke arah cermin. Ah.. Benar juga, garis garis halus menghiasi keningnya.
Apa ini yang membuat gadis itu enggan melirik kepadanya?
Sudah lebih dari satu bulan sejak kejadian itu. Namun kepalanya terus melayangkan pertanyaan yang sama. Apa yang membuat nya menjadi sepengecut ini?
*
*
*
Hinata membuka matanya. Lalu mengejap sekali, detik selanjutnya ia segera beringsut mundur. Jantungnya segera memompa cepat. Kepalanya menunduk.Jika biasanya ia bangun dalam ruangan hampa dan hanya berisi dirinya sendiri. Kini sepasang onyx hitam berada disana menatapnya dengan wajah tegangnya.
Pria itu duduk di kasur. Ia tenang namun tidak terlihat tenang. Seolah ia memiliki ribuan kata untuk dikatakan pada Hinata. Matanya tidak beralih dari wajah yang sedari tadi menunduk itu.
"Sejak kapan?" Suara beratnya terdengan kembali setelah beberapa minggu. Hinata bahkan hampir lupa bagaimana mengerikannya suara itu.
Amethyst itu meliriknya sedikit. Lalu ia kembali menunduk. Tangannya meremas selimut yang menutupi kakinya.
"Jawab."
"A... Aku. Aku... Aku tidak me.. mengerti pertanyaannnya."
Kakashi mengeluarkan ponselnya. Menandang layar sejenak lalu melempar ke arah gadis yang sedang gelagapan itu.
Jantungnya berhenti berdetak untuk sepersekian detik. Pria dengan wajah babak belur muncul di layar ponsel milik Kakashi. Wajahnya menjadi sulit dikenali tapi Hinata tahu persis siapa pria pirang dan berambut tan itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession
Romance-KakaHina- Respon dari sesuatu yang tidak biasa pasti membuat penasaran bukan? Begitulah yang sedang di alami Kakashi. Ia yang selalu digandrungi wanita, kali ini justru ditolak saat menawarkan one night stand kepada seorang wanita. Itulah awal kisa...