11. I Love You

1K 106 27
                                        

Suasana kamar yang redup dan tenang adalah hal pertama yang ditangkap oleh indera Hinata. Matanya mengerjap beberapa kali. Pusing sudah tidak ia rasakan setelah 3 hari berturut-turut. Hinata perlahan bangun, dua kakinya bergerak pelan untuk menguji apakah nyeri masih menyerang area pribadinya.

"Hah.. " Ia menghembuskan nafas lega. Nyeri akibat memar dibawah sana sudah jauh lebih baik.

Wajah Hinata seketika memerah mengingat apa yang mengakibatkan rasa sakit di seluruh tubuhnya. Jika bukan karena rasa sakit fisiknya, ia pasti sudah mengira ia baru saja mengalami mimpi yang aneh. Hinata memijit keningnya, ia pasti sudah gila. Otaknya perlahan mengulang kejadian malam itu. Peluh dan suara-suara aneh malam itu terngiang-ngiang di kepalanya. Hinata segera bangun dari kasur dan berlari ke kamar mandi, ia membutuhkan air untuk membersihkan pikirannya. 

Cukup lama Hinata berendam di  bath up. Awalnya ia berencana menggunakan air dingin untuk menyegarkan pikirannya. Namun mengingat tubuhnya yang baru sembuh dari demam, air hangat akan menjadi pilihan yang baik.

Hinata keluar dari bath up, matanya mencari ke sekeliling. Tidak ada bathrobe di kamar mandinya. Hinata melompat kecil di lantai agar mengurangi air yang akan membasahi kamarnya nanti. Setelah dirasa cukup kering, ia membuka pintu kamar mandi dan segera melompat ke keset kaki.

"Letakkan filenya di meja, aku aka-"

Dua mata beda warna itu bertemu. Onyx itu lalu turun ke bawah.

"Ahh!!!"

Hinata segera berbalik ke kamar mandi. Mulut Kakashi menganga. Suara-suara dari seberang ponsel memanggilnya berkali kali.

"A. Aku akan menghubungi nanti." Kata Kakashi akhirnya. Ia mematikan ponsel dan meletakkannya diatas kasur. Wajah putih bersihnya merona merah lalu ia terkekeh kecil. Ia baru saja pulang kerja dan sudah disambut dengan pemandangan seperti itu.

"Kau lupa bawa bathrobe?"

"..."

Kakashi tertawa kecil.

Ia mengambil bathrobe Hinata lalu mengetuk pintu.

"Ini."

Pintu terbuka. Tangan kecil dan basah itu terulur. Kakashi memerhatikan jemari Hinata yang terbuka meminta bathrobe. Senyum nakal muncul di wajah Kakashi, ia meraih pergelangan tangan itu dan membuat empunya terkejut hingga menarik tangannya kembali.

"Aku sudah melihat semuanya, kau ingat?" Kakashi tertawa dengan suara yang lebih keras.

Ia menyelipkan tangannya ke dalam dan memberikan bathrobe itu pada Hinata.

Beberapa menit berlalu, Hinata keluar dari kamar mandi sambil mengenakan bathrobe. Matanya menghindari pria yang sedang tersenyum kearahnya.

"Kau sudah mendingan?"

"Um.." Hinata mengangguk pelan.

"Kau pasti bosan dikamar. Mau keluar dan nonton?"

Kakashi menarik kursi. Ia menuntun Hinata untuk duduk dikursi itu dan mulai menyalakan hairdryer.

"Film seperti apa yang kau suka, hm?"

"Um.. Apa saja." Jawab Hinata. Hangat dari hairdryer terasa di kulit kepalanya. Jemari Kakashi menyisir helaian rambutnya. Ia tidak mau merepotkan pria itu dengan menjadi terlalu pemilih.

"Kau yakin? Film horror?"

"J.. Jangan!"

Suara tawa Kakashi terdengar. Wajah Hinata bersemu merah. Sejak kecil ia tidak suka  dengan film bergenre horror karena ia tidak akan bisa tidur dengan nyenyak setelahnya.

ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang