24. Bersama Bapak

630 62 4
                                    

Disclaimer: This chapter has triggered words (verbal abuse).


Kami berempat duduk bersama di sebuah ruang tamu yang terasa tak asing meski bukan di rumah sendiri. Wirda dan Wardah yang berdampingan tampak gugup selagi menunggu kedatangan orang tuanya. Jangan dikira hanya mereka yang ketar ketir takut dipetuahi habis-habisan, bahkan gue dan Kigo sebagai para menantu sepakat berencana akan saling bergantung jika nasib kami nanti berakhir disidang mertua.

Info terakhir yang didapat dari istri, Bapak dan Ibu tiba di bandara sejak satu jam lalu. Saking tidak sabarnya bertemu kami, mereka rela naik pesawat dini hari. Kemungkinan 35 menit kedepan mereka akan sampai di sini. Tujuan kedatangan mereka kali ini sudah jelas bukan hanya sekedar bersilaturahmi belaka, tetapi sekaligus mengomeli kami. Pasti bakal terjadi sebentar lagi.

Gue dan Kigo bisa dengan mudah memprediksi akan hal ini. Sebab sejak isu berita fitnah yang menyebar dan masih trending sampai sekarang sukses mengubah intonasi bicara Bapak dan Ibu menjadi kian dingin saat berbicara di telepon. Terbayang sudah bagaimana cara mereka akan menatapi kami penuh intimidasi, karena perintahnya dulu diacuhkan dan justru berujung mencorengkan nama keluarga.

Sejak rumah gue dan Wardah dikepungi para awak media selumbari lalu, kami memutuskan untuk mengungsi di rumah Wirda dan Kigo. Di sini masih tersisa satu kamar tamu kosong yang sering digunakan saat menginap. Ruangannya cukup tenang dan nyaman.

Walaupun tetangga-Mami Keth dan Bunda Chiba-sudah mengabari kondisi rumah kami yang sepi usai dikepungi wartawan, gue tetap waspada. Alih-alih kembali ke rumah, gue justru mengutamakan kondisi Wardah dengan urung membawanya pulang lebih dulu. Gue rela melakukan perjalanan pulang-pergi ke kantor dengan total jarak tempuh lebih jauh sampai 3 jam, asalkan istri tetap aman selama berada di kediaman kembarannya.

Dicakein? Karena kami sebagai sosok yang dicari gak menunjukkan diri di sana, toko tetap berjalan seperti biasa. Padahal gue sempat khawatir kalo toko akan tutup sementara gara-gara persoalan ini. Mbak Ika sempat mengabari kondisi toko yang traffic-nya tetap ramai seperti biasa. Rupanya antusias pelanggan membeli kue tak dipengaruhi dengan berita-berita di luar sana.

Kigo dengan raut santai meliriki diamnya gue yang sangat mudah dibaca, gugup dan takut. Papi dari Diego dan Diera tersenyum miring seolah khatam akan situasi begini. Gimana gak khatam, udah berapa kali dia selalu kena semprot mertuanya setiap rilis konten YouTube-nya yang dianggap nyeleneh. Sebetulnya nyeleneh bukan kata yang tepat, kayaknya lebih cocok disebut out of the box. Inilah saat yang tepat bagi gue untuk menyebut Kigo sebagai sosok senior dalam urusan menghadapi sikap kerasnya mertua. Lihat muka tengilnya, gue yakin dia sudah berupaya keras mewaraskan diri sejak menjadi menantu bapak dan ibu. Sayang, kegilaannya membuat dia semakin bebal dan susah diatur.

Sebagai menantu yang paling normal, gue diajak Kigo untuk chill dengan situasi yang terjadi sekarang, tapi tetap aja gak bisa. Lebih tepatnya gue terlalu syok dini untuk mengalami semuanya. Okelah Kigo bisa santuy mengingat separuh jiwanya ada sisi publik figur yang lama melekat sebagai partnership marketing dan vlogger. Sedangkan gue hanya podcaster yang baru terkenal viral sekali doang, itupun gara-gara ngatain istri sendiri di acara podcast orang lain.

Oh! Gue baru ingat akan sesuatu!

Masih ingat sewaktu Wardah dimintai tanggapan soal kontennya Kigo yang viral? Gue nggak mengizinkannya karena merasa gak penting. Saat itu, awak media yang sibuk mewawancarai Wirda tak tahu kalo ada kembarannya juga di sana. Reporter yang ditemui secara tak sengaja juga menganggap kemunculan Wardah hanya angin lalu lantaran batal diliput. Karena ya fokus liputan mereka tentang Kigo, bukan kakak iparnya.

Ah, coba aja waktu itu Wardah beneran jadi muncul di televisi. Otomatis terbantah sudah isu berita fitnah perselingkuhan gue dengan Wirda. Kehidupan rumah tangga kami pasti sudah kembali tentram seperti semula.

[6] HOW TO BE JAKSANA - The Announcers Series ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang