1. Berita Duka

47.1K 1.9K 60
                                    

CERITA BARU YEAYY 🙌🏼

Aku tu gemes pingin cepet-cepet keluarin cerita ini. Kepala aku berisik banget 🥲

Semoga kalian suka ❤️ jangan lupa tinggalkan jejak 🫶🏼

***

Suara gemercik air mengalun indah di telinga. Menggetarkan hati yang merindukan ketenangan jiwa. Aroma air hujan juga ikut menyapa. Membuat mata indah itu akhirnya terbuka. Lengkap dengan senyuman manis di muka.

Shana menyukai ketenangan. Dia juga menyukai aroma hujan. Di saat seperti ini dia bisa bekerja dengan nyaman. Namun sayang, seseorang tiba-tiba datang menghancurkan.

"Sayang?" sapa seorang pria yang datang dengan napas terengah.

Shana hanya meliriknya sekilas. Dia membenarkan letak kacamatanya dan kembali fokus pada laptop yang menyala. Pemandangan yang jauh lebih menarik.

"Aku minta maaf."

Lagi. Entah sudah berapa kali Shana mendengar kalimat itu keluar dari mulut kekasihnya. Sudah berkali-kali juga dia memaafkannya. Namun untuk kali ini, jangan harap ia akan diam saja. Gadis itu tidak akan memberikan maafnya secara cuma-cuma.

"Jangan diemin aku, dong." Pria itu mulai memohon.

"Alasan kamu telat kali ini apa lagi?" tanya Shana tanpa menatap pria di hadapannya.

"Aku habis meeting sama produser," jelas Dito.

Shana mengalihkan pandangannya dari laptop. Dia menatap kekasihnya dengan lekat. Mencoba menemukan celah kebohongan. Namun hanya wajah sedih yang ia tangkap. Bukannya kasihan, Shana malah mendengkus keras.

Sepertinya Dito juga cocok menjadi seorang aktor.

"Tanpa Kiki?" Shana menaikkan sebelah alisnya.

Perubahan raut wajah Dito membuktikan kebohongannya. Shana tersenyum masam.

"Asisten kamu itu di rumah, lagi maraton nonton Netflix. Dan setau aku, kamu juga belum ada proyek film baru."

"Maaf."

Kalimat itu lagi.

"Sayang, maaf kalau aku bohong." Dito terlihat frustrasi. "Oke, aku jujur. Aku habis dari rumah Jodi tadi. Dia galau habis diputusin Tesa."

"Terus, kalau yang semalam nggak dateng alasannya apa?"

"Ah, untuk semalam!" Dito teringat dan mengeluarkan sesuatu dari tas yang ia bawa. Sebuah kotak berwarna merah yang indah. "Selamat ulang tahun, Sayang."

Shana menerima kotak itu tanpa ekspresi. Tidak ada rasa senang di hatinya saat menerima hadiah dari kekasihnya. Jujur, Shana tidak berharap apa-apa lagi dari Dito. Pria itu sudah terlalu banyak mengecewakannya.

"Kamu tau aku nggak butuh hadiah, Dito."

Dito menarik tangan Shana dan menggenggamnya erat. "Aku tau, Sayang. Aku benar-benar minta maaf nggak bisa dateng semalam."

"Karena Jodi lagi?"

Dito meringis, "Ya, dia mabuk dan bikin ulah. Aku harus jemput dia."

"Aku masak makanan kesukaan kamu semalam." Shana meletakkan hadiah pemberian Dito. Tidak berniat untuk membukanya. "Dan aku harus buang semuanya."

"Sayang—"

"Kemarin hari ulang tahun aku, Dito. Bisa-bisanya kamu nggak ada di samping aku?"

Dito menunduk dalam, tak lupa dengan wajah sedihnya. Sekali lagi, Shana tidak akan tertipu lagi. Kesabarannya sudah benar-benar habis.

Duda Incaran ShanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang