Sesuai janji, aku update hari ini.
Chapter 61-62 juga sudah tersedia di karyakarsa ❤️
Btw chit-chat sebentar. Mau kasih inpo juga kalau cerita ini bakal panjang, tapi tenang... minim konflik kok. Cuma memang bakal panjang untuk membangun konfliknya, apa lagi chapternya pendek-pendek xixixi. Jadi semoga kalian sabar dan nggak bosen. Kalian juga bisa ikut nebak-nebak juga nanti wkwkw
Percayalah, tanpa kalian minta aku juga pingin update cepet dan rutin. Tapi kehidupan nyata juga harus diperhatiakan sayang-sayangku. Aku kerja dan kadang pulang malem, sampe rumah langsung tepar.
Terus nulisnya kapan? Ya kalau sempet dan curi-curi waktu. Makanya aku harap semoga kalian sabar. Aku ucapin banyak terima kasih buat yang setia ikutin cerita Viallynn, terutama cerita ini.
Cinta banyak-banyak. Selamat membaca ❤️
***
Shana kembali di hadapkan dengan kepanikan. Pesan Ndaru yang berisi titah untuk segera pulang bukanlah akhir dari serangan. Roro, wanita yang setia mengawalnya membelokkan mobilnya memasuki area gedung utama kantor Atmadjiwo Group. Seketika rasa gelisah kembali menyapa.
"Kita ke sini, Ro?" tanya Shana hati-hati.
"Iya, Bu. Pak Ndaru ingin bertemu."
Mobil pun berhenti di depan lobi. Shana melirik Juna yang asyik bermain mobil-mobilan. Sepertinya anak itu belum sadar di mana dirinya saat ini.
"Kita pulang aja, Ro. Nanti di rumah aja saya ketemunya sama Bapak."
Roro menggeleng dan turun dari mobil. Dia membuka pintu mobil belakang, meminta Shana untuk turun. Roro mungkin bekerja untuk mengawal Shana, tapi jangan lupa jika ia bekerja di bawah perintah Handaru Atmadjiwo. Apa lagi setelah tragedi Dito yang kembali mengganggu Shana, Ndaru tidak akan membiarkan Shana pergi sendiri. Harus ada Roro di sisinya.
"Ma, kita di mana?"
Shana menoleh dan tersenyum manis. "Kita di kantor Papa. Mas Juna mau ketemu Papa?"
"Mau!" Juna langsung mengulurkan kedua tangannya, meminta Shana untuk menggendongnya.
Setelah menarik napas dalam, akhirnya Shana pun keluar dari mobil. Dengan Juna di gendongannya tentu saja.
"Makasih, Ro," balas Shana setelah keluar dari mobil.
"Selamat siang, Bu Shana. Mau ketemu Bapak, ya?" sapa tiga pria yang merupakan bagian dari keamanan gedung.
"Iya, Pak. Gimana hari ini? Aman?" Shana menunjukkan keramahannya. Hitung-hitung mengurangi rasa gugupnya.
Bukan gugup yang menyenangkan, melainkan kebalikan. Shana yakin jika Ndaru akan meluapkan amarahnya yang terpendam.
Tentu saja! Setelah apa yang ia lakukan di belakang pria itu? Tentu Ndaru akan marah.
"Hari ini aman, kok, Bu," jawab salah satu pria yang kemudian beralih pada Juna. "Halo, Mas Juna. Lagi main apa, nih?"
Juna tampak malu-malu dan menyembunyikan wajahnya di bahu Shana.
"Mas Juna ditanya om-nya, tuh. Di jawab, Sayang," bujuk Shana lembut.
"Mobil-mobilan," jawabnya pelan.
"Main mobil-mobilan, Pak," jelas Shana dengan kekehan kecil. Setidaknya sifat menggemaskan Juna ikut mengurangi rasa gugupnya, "Kalau gitu saya masuk dulu, Pak."
"Mau saya antar, Bu?"
Shana menggeleng tegas. "Nggak perlu, Pak. Terima kasih. Saya duluan."
Shana pun berlalu masuk. Ini kedua kalinya dia datang ke kantor Ndaru. Tidak secanggung yang pertama. Kali ini dia bisa bersikap lebih tenang. Membalas semua sapaan para karyawan yang bertatap muka dengannya melalui senyuman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Duda Incaran Shana
RomanceHandaru Gama Atmadjiwo tidak tahu jika keputusannya untuk kembali ke Ibu Kota menimbulkan petaka. Baru satu hari tiba, dia sudah terlibat skandal dengan seorang gadis muda. Skandal yang membuat citra keluarga Atmadjiwo ternoda. Sialnya, dia harus be...