Sudah satu jam lebih namun Reygan tak kunjung bosan memutar ulang rekaman penampilannya dengan Acha siang tadi. Bahkan dia terlihat sangat gembira setiap kali vidio itu berputar, terlihat jelas dari senyumannya yang tak memudar.
"Jadi gini rasanya bener-bener mencintai seseorang. Semoga, ini bukan keputusan yang salah. Gue harap lo mau nerima gue pada waktunya. Gue yakin, waktu itu pasti akan datang. Masa kita pasti ada."
Reygan berteriak tidak jelas.
"Eh?"
Reygan mendadak membeku saat merasa ada bunyi bel dari luar. Awalnya dia tidak merasa yakin namun suara yang semakin jelas tidak bisa dibantah. Reygan sontak turun dari kasur dan keluar membukakan pintu. DEG! Kejutan apa ini? Acha ada berdiri di depannya sekarang.
"Euh ... ya? Kenapa? Kangen?"
"Gue beli bubur kacang ijo, tapi—"
"Di rumah lo ada tuyul, Cha!"
Acha menoleh ke belakang, di mana pintu apartemennya terbuka cukup lebar sehingga mereka bisa melihat ke dalam. Memang sengaja, karena ....
"Cha, tuyul!" tegas Reygan mendengar suara tawa anak kecil dari dalam sana.
Acha mendesah. "Itu adik gue, goblok!"
Adik lagi? Reygan menggaruk pelipisnya sambil cengengesan. "Adik lo ada banyak ya? Sorry, gue mana tahu lo punya adik botak gitu."
"Nih ambil!" Acha menyondorkan keresek hitam yang berisi satu bungkus kacang ijo yang sebenarnya untuk Cio—adiknya, tapi bocilnya itu tidak mau.
"KAK ACHA!"
Cio keluar setelah asik bermain sendiri di dalam sana. Dia berdiri di sisi kakaknya seraya memperhatikan Reygan. Mata bulatnya itu sangat lucu setiap kali di pandang.
"CIO! Hei!" pekik Acha saat adiknya itu tiba-tiba masuk ke apartemen Reygan lewat antara kaki cowo itu. Reygan saja sampai terkejut saking tidak expectnya.
"CIO, KELUAR! HEI! KAKAK BILANG KELUAR CIO! Ini apartemen bukan punya kakak, ini—"
"Gak papa, namanya juga anak kecil," sela Reygan, Acha seketika diam. "Mening lo yang masuk daripada teriak-teriak gitu. Ganggu tetangga juga, takutnya."
"Sorry."
"Jangan minta maaf."
Mereka pun masuk setelah Acha menutup pintu apartemennya terlebih dahulu. Tertangkap Cio sedang melompat-lompat ceria di atas sofa Reygan begitu mereka ke dalam.
"CIO!"
Usia Cio baru lima tahun, jadi wajar masih belum punya sifat peka. Dia akan melakukan sesuatu yang memang ia mau, layaknya anak-anak pada umumnya.
"Cio ini rumah siapa? Engga malu emangnya sama Om? Lihat, ada Om lagi perhatiin Cio." Reygan bersidekap.
"OM! HALLO!"
Acha mendesah. "CIO, PULANG!" tegasnya yang mengejutkan Cio. Reygan bahkan ikut menegang mendengar itu. "Pulang!" Kaki anak itu berhenti meloncat-loncat.
"Cha, gak perlu tegas-tegas ke anak kecil." Reygan mendekati Cio. "Gak papa, jangan nangis ya. Kak Acha tadi cuma becanda. Cio mau main di sini, di apartemen om, hm?" Cio mengangguk. "Boleh."
"Rey—"
"Gak papa. Kapan lagi coba, rumah gue didatangin tuyul bukan sembarang tuyul?" katanya terkekeh. "Becanda."
"Om, main mama papaan yuk? Om jadi papa aku jadi mamanya."
"Kak Acha yang jadi mama, masa kamu. Kamu kan, anak laki-laki."
![](https://img.wattpad.com/cover/352498854-288-k569416.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Melting You Softly
Hayran Kurgu[Completed]. ... Ada satu gadis yang tiba-tiba datang dan menampar dirinya dengan fakta bahwa ia bukan lah matahari yang mana seluruh bumi berporos kepadanya. Di seperkian banyak gadis yang tergila-gila, ada Acha yang menolak. Dan Rey penasaran pada...