Prolog

67 26 6
                                    

"Patah hati seorang penulis yaitu ketika tidak hanya di dunia nyata tetapi dalam dunianya sendiri dia tidak bisa menggapai seseorang yang diinginkannya."

.

.

.

Bagaimana jika seseorang yang selalu menemani harimu ternyata hanya sebatas ilusimu?

Hal itu dirasakan oleh Arthur Kaleondra. Seorang remaja bernetra biru yang sedang bimbang dengan perasaannya, antara iya atau tidak. Sifatnya yang tidak mudah percaya dengan seseorang membuatnya sulit didekati orang lain. Hanya saja itu tidak berlaku bagi satu orang. 

Semua sifat dinginnya itu runtuh ketika dia bertemu dengan seorang gadis. Gadis dengan jepit berbentuk kupu-kupu yang mengikat sebagian rambutnya. Gadis yang dengan mudah berinteraksi dengannya tanpa peduli siapa dirinya. Namun, lagi-lagi ego membuat dirinya tidak percaya dengan perasaannya. 

Hari-hari berlalu, tidak bisa dibohongi dinding ego di hatinya mulai runtuh. Akhirnya Arthur menyadari bahwa dirinya tidak bisa jauh dari gadis yang menemani harinya. Hanya saja semesta tidak berpihak kepadanya, lagi-lagi dia terlambat.

Gadis itu menghilang secara misterius.

Anehnya lagi, tidak ada seorang pun yang mengingat tentang gadis itu selain dirinya. Mereka mengatakan seolah gadis itu hanya sebatas imajinasinya. Namun, Arthur tidak percaya jika gadis itu hanya imajinasinya, karena baginya dia nyata!

"Mungkin dia hanya sebatas imajinasimu."

"Walaupun dia tidak ada, tetapi dia nyata!"

Arthur menolak mentah-mentah kenyataan jika gadis itu tidak nyata. Bagaimana tidak? Bayangkan jika seseorang yang mengusik harimu dikatakan tidak nyata? Apakah selama ini Arthur bermimpi?

Sudah banyak cara yang telah Arthur lakukan untuk menyingkirkan kenyataan itu. Kenyataan bahwa gadis itu tidak pernah ada. Namun, semua usahanya sia-sia. Seluruh hal yang berhubungannya lenyap bak ditelan semesta. Bahkan foto tentangnya tidak ada. Semua menghilang tanpa jejak.

Hati Arthur hancur, dia selalu merasakan sesak di dadanya. Tidak ada cara lain lagi yang bisa dia lakukan untuk mengembalikan gadis itu. Di sisi lain hatinya, dia masih percaya bahwa gadis itu masih ada tapi kenyataannya dia tidak dapat menemukannya.

Arthur menyerah, dia sudah tidak memiliki kepercayaan selain ingatan tentang gadis itu yang masih tertanam jelas di benaknya. 

Saat Arthur mulai menyerah, entah dari mana dia mendapatkan sepucuk surat tanpa nama yang tergeletak di laci mejanya. 

Aku selalu memperhatikanmu, Arthur. 

Tangannya berhenti bergerak saat membaca kalimat itu.

"Siapa? Siapa yang menulis pesan ini!? Apakah itu dia?" Nafasnya tercekat di tenggorokan. 

Netra birunya bergerak menelusuri sekelilingnya, nafasnya terasa berat tetapi dia berusaha untuk mengeluarkan suara.

"Itu bener lo kan? Tolong tunjukkin lo itu ada di mana, BUKTIKAN KALAU SELAMA INI GUE BENAR!" Matanya mulai berkaca-kaca.

"AZURA!!!" teriak Arthur. 

Di sisi lain, seorang gadis menaikkan sudut bibirnya walaupun matanya telah meneteskan air mata saat mendengar Arthur meneriakkan namanya. 

"Arthur, aku selalu ada di sini," ucapnya.

Bibirnya dipaksa untuk terus tersenyum karena dia tahu seberapa kerasnya dia berucap, Arthur tidak akan bisa mendengarkannya. 

Arthur masih berusaha mencari dan mencari tetapi dia tetap tidak bisa menemukannya. Telapak tangannya yang memegang selembar kertas tadi bergetar dan tubuhnya runtuh ke lantai. Pandangan matanya mulai sayu. 

"Apa yang harus gue lakuin agar lo bisa kembali?" lirih Arthur.

"Harapanku, suatu saat nanti kau dan aku akan bertemu lagi."

***

Hi
Welcome to my firts story

🍀

Semoga kalian suka
Jangan lupa vote dan komen <3

FATAMORGANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang