Chapter 3 || Diam

18 16 1
                                    

"Semesta, dia terlalu diam untuk aku yang ingin diperhatikan."

<><><>

Langkah kaki Azura semakin cepat untuk menyamakan jalannya dengan Arthur. Kini mereka sedang berjalan di lorong menuju kelas setelah menyelesaikan masalah yang dibuat oleh Liam dan Riska. Lebih tepatnya, Arthurlah yang membereskan semuanya, dia mengganti kerugian dari gelas yang pecah dan dengan cepat membersihkan lantai yang juga basah karena tumpahan jus Jeruk. Sedangkan, Azura hanya bisa diam melihat Arthur yang dengan cepat membereskan semuanya. Sedikit ada rasa menyesal karena tidak membantu Arthur, tapi Arthur sendiri telah mengatakan tidak perlu dipikirkan.

Azura hanya bisa menghela nafas lelah, yah tidak semua bisa dia bantu tetapi setidaknya dia juga ingin membantu, itu yang dirasakannya. Kini mereka berdua berjalan bersama di lorong menuju kelasnya. Hanya saja, Azura menyadari banyak pasang mata yang mengamati mereka. Hal itu membuatnya bergedik ngeri. 

"Lo yakin ini nggak ada apa-apa? Perasaan banyak orang natap kita, memangnya ada yang salah?" cemas Azura.

Arthur hanya melirik sekilas kemudian melanjutkan langkahnya menuju kelas. 

"Dasar es batu."

Azura hanya diam mengikuti langkah Arthur dari samping. Bahunya sedikit bergedik ketika ada beberapa cewek yang menatapnya dengan perasaan tidak suka. Dia mencoba untuk tidak peduli dan terus berjalan.

"Dari mana saja kalian? Sudah jam pelajaran kenapa baru masuk kelas?" 

"Astaga apa lagi ini..." batin Azura.

Rasanya Azura sudah tidak mempunyai energi untuk berdebat, dia sudah lelah dengan kejadian-kejadian yang baru saja dia alami. Dia membaca name tag guru di depannya. 

"Oh... Bu Heny, aman nggak ya? Boleh masuk kelas nggak ya?" batin Azura.

Arthur melirik sebentar ke arah Azura dan kembali menghadap ke arah Bu Heny yang ada di depannya dengan muka datarnya. 

"Ada sedikit masalah di perjalanan," ucap Arthur. 

Bu Heny menaikkan kacamatanya dan menghela nafas panjang. Dia melihat ke dalam kelas dan ada empat orang yang belum masuk ke dalam kelas sedangkan yang di depannya hanya ada dua orang.

"Lalu kemana teman kalian yang lain?" tanyanya. 

"Itu masalahnya," jawab Arthur dengan wajah datarnya.

Azura hanya diam mengamati mereka berdua, yang satu terlihat pusing yang satu terlihat tidak peduli. 

"Baiklah kalian boleh masuk." Arthur langsung masuk tanpa permisi dan Azura hanya bisa mengikutinya sambil tersenyum canggung.

Bu Heny hanya menghela nafas panjang, berusaha sabar menghadapi muridnya. 

Arthur duduk dibangku paling pojok dekat dengan jendela, matanya mengamati cewek yang ada di depannya. Azura yang merasa diamati pun menoleh ke belakang. 

"Ada yang salah?" 

Arthur sedikit tersentak tapi dia langsung mengalihkan wajahnya menghadap papan tulis. Azura tidak ambil masalah dan ikut memperhatikan Bu Heny di depan. 

Arthur sedikit melirik ke arah Azura. Cewek itu terlihat beberapa kali memijat pelipisnya, sepertinya dia tidak begitu mengerti tentang pelajaran Kimia hari ini. Namun, Arthur tidak ada niatan sama sekali untuk membantunya, toh itu bukan urusannya. Ingat, bukan urusannya.

"Sampai sini ada yang ditanyakan?" tanya Bu Heny ketika selesai menjelaskan materi yang di depan.

"Sudah, Bu," jawab semuanya bersama kecuali Arthur dan Azura. 

FATAMORGANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang