"Es bisa mencair karena dekat dengan mataharinya."
.
.
.
Arthur melihat pantulan wajahnya dari spion. Wajah tampan dengan balutan seragam sekolah. Kini dia sedang menunggu seseorang di depan gang. Hanya saja sudah lima menit dia di sini tapi yang ditunggunya tidak kunjung datang.
"Gue kenapa sih? Ngapain susah-susah nungguin orang lain, lebih baik gue berangkat duluan," ucap Arthur.
Baru saja dia akan memakai helm di kepalanya, netra birunya menangkap sosok cewek yang berjalan ke arahnya.
"Azura?" Arthur meletakkan kembali helmnya.
Ada yang sedikit aneh dengan Azura. Langkah kaki yang sedikit lambat dan wajah yang pucat itu sedang berusaha untuk berjalan ke arahnya.
"Ssshhh..." Arthur mendesis saat kepalanya sedikit sakit, "Kenapa lagi?"
Azura melihat Arthur memegangi kepalanya sendiri, "Ar--"
Belum sempat Azura menyelesaikan ucapannya, tubuhnya sudah lebih dulu terhuyung ke depan. Mata Arthur melotot melihat tubuh Azura kehilangan keseimbangannya.
"AZURA!"
Dengan cepat, Arthur berlari ke arah Azura dan menangkap tubuh lemah itu sebelum dia jatuh ke tanah.
"Hei, Ra!? Lo kenapa?" Arthur dapat merasakan jantungnya mulai berdisko saat tidak mendapatkan jawaban.
"Ra? Azura!" Arthur menepuk pelan pipi Azura.
"Bangun, Ra."
Dia mencoba menyadarkan Azura yang terlihat terkulai lemas dalam dekapannya.
Perlahan Azura membuka matanya, "Arthur?"
"Lo sakit? Kenapa lo maksain diri untuk masuk kalau sakit, lo nggak perlu masuk biar gue yang minta izinnya."
Azura mencoba berdiri dengan perlahan, Arthur dengan sigap membantunya agar tidak terjatuh kembali.
"Di mana rumah lo biar gue anterin pulang." Azura dapat melihat wajah Arthur yang sedang khawatir padanya.
"Gapapa, gue masih kuat kok," ucap Azura sambil tersenyum.
Melihat senyuman itu Arthur merasa tidak bisa menolaknya. Arthur hanya bisa menuntun Azura menuju motornya. Dengan pelan Azura menaiki motor Arthur.
"Pegangan yang erat, gue nggak mau lo jatuh," perintah Arthur.
Azura terkejut mendengar perintah itu, ini sungguh Arthur yang tidak suka didekati orang lain?
"Kenapa diam? Cepat pegangan."
Azura dengan cepat mengangguk, dia dengan ragu memegang bahu Arthur. Baru saja Arthur akan melajukan motornya dia kembali berhenti dan menatap Azura. Dia melepaskan helmnya.
"Kena--"
"Pakai, kalaupun lo jatuh kepala lo masih baik-baik aja," sahut Arthur sambil memasangkan helmnya pada Azura.
Senyum kecil terbit di wajah Azura walapun Arthur tidak bisa melihatnya karena tertutup helm. Arthur langsung menancapkan gas setelah merasa semuanya aman. Dia melajukan motornya dengan hati-hati, butuh waktu sekitar sepuluh menit untuk mereka sampai di sekolah.
Azura turun dengan pelan, tangan Arthur terulur meraih kait helm sebelum Azura melakukannya sendiri.
"Sini, gue bukain."
KAMU SEDANG MEMBACA
FATAMORGANA
Novela JuvenilPernahkan kalian mendengar legenda tentang tujuh bunga Tulip? Atau bagaimana jika seseorang yang selalu menemani harimu ternyata hanya sebatas imajinasimu? Setelah banyak hal yang berlalu, Arthur akhirnya menyadari bahwa dia telah jatuh hati pada s...