Chapter 1 || Dia

38 23 1
                                    

"Dan saya ingin membawa mimpi itu kemanapun saya melangkah."

.

.

.

Langkah kaki telah membawanya berjalan entah kemana. Arthur terus berjalan ke depan, matanya melirik ke sana ke mari. Angin sore berhembus dengan pelan menerpa wajahnya. 

"Apa yang gue lakuin sih?" Arthur mengacak rambutnya. 

Sebenarnya, Arthur tidak tahu dia ingin kemana. Hanya saja langkah kakinya telah membawanya hingga ke tepi taman dekat pinggir jalan. Matanya bergerak ke atas, memandang langit sore yang berwarna jingga.

Matanya melihat ke atas, awan gelap mulai menutupi langit sore.

"Untung nggak hujan." 

Arthur kembali melangkahkan kakinya menuju kursi taman yang berada tidak jauh darinya. Dia duduk di sana sambil memperhatikan kendaraannya yang berlalu lalang. Keadaan sore itu lumayan ramai dengan orang-orang yang dalam perjalanan pulang. 

"Huhhhh..." Arthur menghembuskan nafasnya lelah, dia merasa ada yang mengganjal di hatinya tetapi dia tidak tahu apakah itu?

Cukup lama Arthur duduk di sana, melihat kendaraan yang berlalu-lalang. Dia menyugar rambutnya ke belakang. Angin sore ini cukup kencang hingga membuat rambutnya bergerak ke sana ke mari. Matanya melirik ke arah jam yang berada di pergelangan tangan kiri, waktu sudah menunjukkan hampir malam. Kepalanya menengadah ke atas, terlihat cahaya matahari yang mulai meredup karena tertutup awan yang gelap.

"Sepertinya gue harus pulang." 

Arthur berdiri dari duduknya. Namun, saat dia akan melangkahkan kakinya, netra biru miliknya tidak sengaja melihat seorang gadis di seberang jalan. Seketika kakinya berhenti melangkah, dia terus memandang gadis dengan dress putih yang menutupi lututnya. Gadis itu melambaikan tangannya ke arahnya. Entah mengapa dadanya terasa sesak saat melihat gadis itu, bibirnya terkatup rapat. 

"Arthur!" teriak gadis itu sambil terus melambaikan tangannya. 

"Siapa... siapa dia?"

Arthur menatap gadis itu dengan bisu. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukan, wajah gadis itu terlihat asing tapi hatinya berkata tidak. 

"Gue nggak kenal siapa dia."

Angin berhembus di antara mereka, semua terasa melambat seakan hanya menyisakan mereka berdua. Namun, seketika pupil matanya mengecil saat melihat gadis di seberang jalan tadi mencengkeram dadanya. Jantungnya berdetak sangat kencang. Jemari tangannya mulai bergetar, dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya.

"Ada apa lagi sekarang?" Arthur mulai merasa sesak di dadanya.

Di seberang jalan, gadis itu mencengkeram dadanya dengan kuat, terlihat dia sedikit merintih kesakitan. Namun, di tengah rasa sakitnya dia masih berusaha untuk tersenyum ke arah Arthur. Senyuman tipis yang sedang memendam rasa sakit itu membuat dada Arthur ikut rasa sakit. 

"Tunggu! Ada apa ini!?" batin Arthur.

Tubuhnya hanya bisa mematung di pinggir jalan melihat gadis itu masih terlihat kesakitan. Jantungnya semakin tidak karuan saat melihat gadis itu sedikit terhuyung. Kini tanpa sadar kakinya melangkah perlahan. 

Gadis yang sedang mencengkeram dadanya dengan erat masih berusaha untuk menatap ke depan. Matanya menyipit, sudut matanya sedikit mengeluarkan air mata akibat menahan rasa sakit di dadanya. Namun, seketika matanya terbelalak saat melihat Arthur mulai berjalan ke arahnya.

FATAMORGANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang