Chapter 10 || Jepit Kupu-kupu

2 1 0
                                    

"Andai rindu bisa ditukarkan dengan uang mungkin aku sudah kaya."

,

,

,

Azura mengamati jalanan sekitar. Sisa-sisa hujan masih terlihat jelas dengan banyaknya genangan air di sekitar jalan. Tetesan air terkadang masih berjatuhan dari atas dedaunan. Tangannya menarik lebih erat jaket yang diberikan Arthur. Walaupun jaket itu juga ikut basah karena mereka yang berdansa di bawah hujan, hal itu tidak membuatnya dingin. 

Matanya tertunduk, melihat bunga Tulip yang berada di dalam genggamannya. Telapak tangannya terlihat sedikit pucat. 

Tidak apa-apa, setidaknya bertahan sedikit lagi.

Tanpa sadar kepala Azura bersandar di punggung Arthur. Mereka berdua baru saja dalam perjalanan pulang setelah menunggu hujan reda. Dia dapat merasakan Arthur sedikit tersentak saat kepalanya bersandar di punggung Arthur. 

"Azura?" panggil Arthur. 

"Hm?" 

Arthur diam untuk beberapa saat. Sedangkan  Azura mulai memejamkan matanya, dia lelah. Namun, perbuatan Arthur selanjutnya membuat Azura terkejut. Dia membuka matanya dan melihat sebelah tangannya telah melingkar di perut Arthur. 

"Pegangan," ucap Arthur. 

Setelah mengatakan itu, Arthur kembali fokus ke jalanan. Azura tidak tahu harus berkata apa ketika sebelah tangannya telah memeluk Arthur dari belakang. 

Arthur... Sungguh aku tidak tahu harus apa padamu.

Azura hanya berkata dalam hatinya dan kembali bersandar pada punggung Arthur. Dia memejamkan matanya menikmati udara dingin kota malam ini. 

Arthur melihat Azura yang bersandar padanya dari arah spion. Mulutnya sedikit tersungging ke atas. Kemudian dia kembali fokus melajukan motornya. Butuh waktu sekitar lima belas menit untuk mereka sampai di gang menuju tempat tinggal Azura. Arthur mematikan mesin motor dan perlahan dia menoleh ke belakang. Melihat Azura yang tertidur membuatnya ragu untuk membangunkannya. Namun, dia tidak tahu di mana rumah Azura, jadi mau tidak mau dia harus membangunkannya agar dia bisa mengantarnya sampai ke depan rumah. 

"Azura." Dengan pelan Arthur menepuk pipi Azura. 

Perlahan mata Azura terbuka, "um... udah nyampai?"

"Rumah lo di mana? Biar gue anterin sampai rumah," tanya Arthur.

Mendengar itu Azura langsung turun dari motor, "nggak perlu, cukup sampai sini aja." 

"Ini udah malam kalau lo ada apa-apa di jalan gimana? Tunjukkin jalannya gue anter."

"Udah gue bilang nggak usah, hari ini gue banyak ngerepotin lo," tolak Azura.

"Gapapa, gue anterin." 

"Nggak perlu."

"Udah malem, gue anterin."

Azura sedikit pusing saat Arthur tetap yakin ingin mengantarnya, "justru udah malem kalau ada yang lihat gimana? Ntar dikira yang aneh-aneh."

Arthur terdiam mendengar ucapan Azura, memang ada benarnya. 

"Kalau gitu gue lihatin dari sini sampai lo aman," putus Arthur. 

Azura terlihat lega walaupun ada sedikit rasa aneh. Kemudian dia merapikan pakaiannya, tidak sebasah sebelumnya karena terkena angin saat perjalanan. 

FATAMORGANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang