Chapter 9 || Tulip dan Hujan

9 3 1
                                    

"Terlalu banyak hal yang ingin diungkapkan hingga tidak sadar bahwa tidak ada kertas yang tersisa."

.

.

.

Sepasang bola mata berwarna biru sibuk menatap suasana sore yang semakin menggelap. Matanya bergerak ke depan, sebuah taman yang memiliki lapangan rumput yang luas. Di sana terlihat beberapa orang yang sibuk mempersiapkan suatu acara, seperti sebuah pesta.

Kini matanya kembali bergerak menatap langit, udara sore ini cukup dingin. Untung saja dia selalu membawa jaketnya.

"Gue bingung sama diri gue sendiri."

Suara lirih itu terselip beberapa pertanyaan yang tak mampu dia jelaskan.

Arthur Kaleondra, seorang lelaki yang lebih mementingkan diri sendiri daripada orang lain, lelaki yang tidak mau mencampuri urusan orang lain dengan alasan tidak ingin membuang tenaga. Kini dia sedang berdiri sendiri di depan sebuah toko bunga.

"Apa gue bener punya penyakit kejiwaan?"

Pertanyaan tidak masuk akal itu keluar dari mulutnya. Memang akhir-akhir ini, dia bersikap tidak seperti biasanya dan itu karena seseorang.

"Arthur."

Panggilan itu menghentikan segala pikiran buruknya. Dia menoleh ke belakang dan melihat Azura sedang berjalan ke arahnya.

"Udah?"

"Iya, gue cuma beli ini." Azura menunjukkan tujuh tangkai bunga Tulip berwarna putih.

"Tulip?"

Azura mendongak, "ada yang salah?"

Arthur tidak tahu apakah dia berhak bertanya.

"Kenapa lo beli bunga Tulip?"

"Emangnya kenapa?" Azura balik bertanya.

Arthur terdiam sejenak, "bunga Tulip sering digunakan saat acara suci seperti pernikahan," jelas Arthur.

Azura menatap Arthur, "lo tau arti bunga Tulip?"

"Sedikit, tapi setau gue bunga Tulip yang berwarna putih melambangkan penghormatan dan kesucian."

"Bukan cuma itu."

"Maksudnya?"

Azura menatap bunga Tulip di tangannya, "pengampunan."

Tatapan Azura berubah menjadi sayu, untuk beberapa saat tidak ada percakapan di antara mereka. Bola mata coklat milik Azura menatapnya lagi.

"Lo tau nggak ada berapa kelopak bunga Tulip?"

Pertanyaan tiba-tiba itu membuat Arthur mengerutkan dahinya tetapi dia tau jawabannya.

"Enam kelopak."

Mendengar jawaban itu Azura sedikit terkekeh.

"Benerkan bunga Tulip ada enam kelopak?" tanya balik Arthur.

"Kalau gue bilang bunga Tulip memiliki tujuh kelopak lo percaya?"

"Nggak mungkin." Arthur percaya dia membaca buku pelajarannya dengan benar, di sana tertera bunga Tulip hanya memiliki enam kelopak.

"Mau memastikannya?" Azura mengambil setangkai bunga Tulip miliknya dan meletakkan bunga Tulip lainnya di atas kursi yang berada di depan toko bunga.

Kini mereka berdua menatap setangkai bunga Tulip itu. Azura mulai memetik satu persatu kelopaknya.

FATAMORGANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang