Chapter 4 || Kelompok

21 16 0
                                    

"

"Semesta, aku ingin egois."

.

.

.

"GAWAT-GAWAT!" 

"Gawat kenapa dah, Ren?" Seseorang bertanya kepada Faren ketua kelas mereka yang terlihat panik.

"Minggu depan bakal ada Festival Pekan Seni di sekolah!" 

Mendengar ucapan Faren, semuanya bukannya panik seperti Faren tapi malah santai. 

"Aelah gue kira apaan kalau gitu mah kita tinggal ngajuin orang yang biasa tampil."

Faren menatap tajam teman-temannya yang terlihat santai, "masalahnya adalah siswa yang pernah tampil di tahun sebelumnya tahun ini nggak boleh tampil lagi. Alasannya biar semua siswa bisa tampil semua."

Hening.

Terjadi keheningan sekitar dua menit sebelum semuanya menjadi heboh.

"Ck, ini lo nggak lagi bohong kan?"

"Sial!"

"Kok tiba-tiba ganti peraturan sih?"

"Terus ini gimana!?"

"Yang bener lo, Ren!?" Bahkan Liam yang sempat terdiam kini juga ikut panik. 

"Apakah muka gue terlihat bercanda?" tanya balik Faren. 

Kini masalah benar-benar datang. Sebenarnya ini adalah festival biasa yang dilakukan oleh pihak sekolah sebagai bentuk merilekskan diri setelah ujian semester genap. Biasanya setiap kelas akan menampilkan pentas seni mereka. Hanya saja tahun ini terdapat perubahan peraturan dimana siswa yang telah tampil di tahun sebelumnya tidak diperbolehkan tampil lagi di tahun ini. 

Saat kelas sepuluh mereka menampilkan dance yang diikuti seluruh cewek di kelas mereka dan saat kelas sebelas gantian para cowok di kelas mereka yang menampilkan band. Sebenarnya mereka masih bisa menampilkan pentas kali ini. Sebagian mata menatap Arthur yang sudah tertidur di bangkunya. Arthur adalah satu-satunya orang yang tidak pernah ikut pentas. 

"Gimana kalau Arthur yang tampil?" tanya Faren. 

"Bener tuh dia nggak pernah tampil sebelumnya tapi apa dia mau?" resah Liam melihat Arthur yang sibuk tertidur. 

Semua berpikir bagaimana cara untuk membujuk Arthur agar mau tampil di festival pentas seni nanti. Tidak berselang lama Arthur terbangun. Matanya terlihat lelah padahal dia baru saja tertidur. Dia melirik sekitar banyak yang menatap ke arahnya. Bahkan Liam juga menatapnya. 

"Apa?"

"Gue tahu ini sulit tapi lo mau nggak tampil di--" 

"Nggak." 

"Dengerin gue dulu elah!" kesal Liam karena ucapannya belum selesai.

Arthur hanya diam menatap datar temannya.

"Pentas seni tahun ini berbeda, yang udah pentas nggak boleh ikut pentas lagi dan di sini semua udah ikut kecuali lo," jelas Liam. 

Arthur hanya diam, jujur dia tidak ingin pentas tapi dia juga tidak ingin teman-teman sekelasnya dihukum karena tidak menampilkan sesuatu saat pentas nanti. Melihat Arthur yang terdiam semua ikut panik, bagaimana jika Arthur menolak?

"Plisss... ya, Thur. Cuma lo yang bisa nolongin kita," mohon Faren. 

Arthur hanya bisa menghela nafas, "gue cuma bisa main musik."

FATAMORGANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang