Chapter 11 || Salting

2 1 0
                                    

"Tidak peduli dengan apapun, kini aku akan mencintaimu dengan brutal."

.

.

.

Arthur menatap cewek di depannya dengan tatapan yang sulit diartikan. 

"Emang salah gue berangkat bareng Azura?" Riska melipat tangannya ke depan.

Mendengar itu Arthur terdiam, benar juga yang dikatakan Riska. Apa hubungannya jika Azura berangkat dengan orang lain? Kenapa dia mempermasalahkannya?

"Ya minimal bilang ke gue dulu kek biar gue nggak nungguin di sana kek orang hilang," kesal Arthur.

"Itu kan urusan lo, lagian kenapa lo nungguin Azura? Naksir lo?" 

Dia hanya merasa sedikit kesal. Dia telah menunggu Azura cukup lama di depan gang, pikirnya mungkin tidak ada salahnya jika dia berangkat bersama dengan cewek itu. Namun, siapa yang tahu jika Azura telah diculik lebih dulu oleh Riska. 

Melihat Arthur yang hanya diam membuat senyum Riska tersungging. 

"Kenapa? Cemburu lo?" goda Riska. 

"Sialan." Arthur pergi meninggalkan mereka, dia memilih untuk duduk di bangkunya.

Riska tertawa terbahak-bahak melihat Arthur yang pergi setelah tidak bisa membantahnya. 

"Aneh banget dah tuh orang, biasanya juga nggak peduli," cibir Riska. 

Kemudian Riska berjalan menuju toilet, "tuh anak kenapa nggak balik-balik dah," sudah lima menit Azura pamit ke toilet tapi tidak kunjung kembali, "dahlah, paling bener gue susulin."

***

Di toilet, Azura menatap dirinya di pantulan cermin. Tatapan mata seperti tidak ada kehidupan ketika melihat wajahnya yang pucat. 

"Hah... mau bilang lelah tapi emang gue bisa lelah?" kekeh Azura. 

Dia kembali menatap cermin, ada yang berbeda dengannya hari ini. Tangannya terulur mengelus rambutnya. 

"Apa yang harus gue lakuin?" Matanya berkaca-kaca.

"Maaf, padahal itu pemberian lo tapi bisa-bisanya gue hilangin." 

Mulai terdengar isak tangis, "maaf, gue ceroboh. Maaf, maaf, maaf." Azura menunduk, dia memegang dadanya yang sesak.

"Dari dulu gue emang bodoh ya?" Azura tersenyum getir, bulir-bulir air matanya masih berjatuhan.

Tiba-tiba Azura mengingat memorinya yang terlintas. Tentang seseorang yang menyalakan api kehidupannya yang pernah redup. Azura tersenyum mengingat orang itu selalu melindunginya dengan caranya sendiri. Namun, kejadian itu merubah semuanya.

Dada Azura kembali sesak, dia terbatuk beberapa kali. Kedua telapak tanganya bergetar. Azura kembali menatap cermin. Sampai kapan Azura harus terus bertahan seperti ini? Kini ekspresinya berubah dingin, ekspresi yang tidak pernah dia perlihatkan kepada orang lain. 

"Gue harus balikin semuanya seperti semula, nggak peduli apapun bayarannya. Harus segera diselesaikan, gue nggak mau semua terlambat."

Dia mengepalkan tangannya, "Azura, lo pasti bisa."

Tok! Tok! Tok!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FATAMORGANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang