Encounter

965 68 2
                                    

Sinar Matahari kadang terlalu menyilaukan, terasa sangat sulit di gapai namun bisa menghangatkan banyak orang -Lost to your Smile-

Jam 07.56

Seorang pria kecil berlari setelah turun dari Bus menuju sekolah yang jaraknya beberapa meter dari halte. Dia berlari sekuat tenaga karena tidak mau terlambat di hari pertama di sekolah baru nya. Peluhnya sudah memenuhi kening dengan pipi yang memerah juga nafasnya yang memburu.

Saat ingin menyebrangi jalan tiba-tiba,
Broom...."BRUKKKK"
Karena terburu buru dengan tidak sabarannya pria mungil itu menyebrang tanpa melihat sekitar. Sayangnya ada sebuah motor besar berwarna hitam yang di kendarai pria jangkung dengan helm hitam full face yang menutupi seluruh wajahnya, Pria itu mengenakan seragam nya sama dengan yang ia kenakan. Pria bermotor itu sudah menghindar sekuat tenaga namun kedua nya tetap sama sama terjatuh.

"HEH GOBLOK KALO NYEBRANG LIAT KANAN KIRI LO UDAH GILA?" teriak pria jangkung itu sambil membuka helm nya kasar.

yang di marahi pun panik dan sedikit tersentak karena sungguh ia tidak pernah di marahi orang lain sampai seperti ini.

"Ma..maaf yaaa maafin aku tadi beneran buru-buru karena takut telat" potongnya dan tak lama merogoh plester berwarna kuning bergambar bebek yang selalu di bawa kemana mana.

"Maaf maaf pasti sakit, ya ampun tangan kamu sampe berdarah gini, aku janji bakal bantu obatin, nama kamu siapa kelas berapa biar nanti jam istirahat aku obatin" katanya lagi sambil mengusap luka di telapak tangan pria jangkung itu dan memakaikannya plester bebek tadi.

'Manis' batin pria jangkung itu.

"Danendra..." jawabnya dengan suara yang kecil hampir tak terdengar

"hah? siapa? Dan Dane siapa?" tanyanya kembali karena tidak familiar dengan nama itu.

"Bima Satya Danendra kelas..."

ding dong ding dong

"Oke aku panggil Satya aja ya Satyaaaa....maaf banget tapi kita udah telat nih, aku harus lari sekarang dan nanti istirahat aku cari kamu lagi ya ya?" Pria jangkung itu mengangguk pelan dan setelah itu membantu yang lebih tinggi berdiri ia berlari sekuat tenaga sebelum gerbang di tutup.

"Siapa? bisa-bisa nya ga kenal nama keluarga Danendra, tapi kalo dia sekolah disini ya artinya dia bukan orang biasa". gumam nya pelan sebelum kembali menaiki motor nya untuk bergegas masuk ke sekolah.

.

.

.

Di Sekolah

Bima Satya Danendra, memasuki kelas nya dengan langkah tegas, semua mata tertuju padanya, siapa yang tidak terpesona dengan pria jangkung yang dengan dinginnya melangkah dengan wajah tampan nan rupawan nya itu walau tanpa senyuman dengan rambut yang tertata rapih dan kulit putih bersih, nampak seperti pria bangsawan yang memiliki dayang dayang untuk melayani nya itulah bayangan orang lain ketika melihatnya. Namun siapapun tidak berani bertemu tatap dengan mata dingin itu kecuali orang-orang terdekatnya yang tentunya bukan orang sembarangan.

"Bim, tumben mepet sampe nya" sapa Zavian teman sebangku nya seorang pria blasteran yang merupakan sahabat nya sekaligus teman sekelasnya.

"Hmm..tadi ada sedikit masalah ada yang nabrak gua.." jawabnya dingin dan sedikit nada malas.

"Hah siapa orang yang berani berurusan sama Danendra gua tanya haha ada ada aja, anak ma..?" belum sempat menyelesaikan pertanyaannya seorang guru memasuki ruang kelas bersama dengan pria berperawakan mungil yang lebih terlihat seperti bocah SD itu.

"dia..." ucap Bima pelan sangat pelan yang hal itu di sadari oleh teman sebangkunya hingga sekilas Zavi menatap nya bingung.

"Nawasena coba berdiri disini dan perkenalkan diri kamu" Perintah guru tersebut sambil mempersilahkan nya berdiri di tengah kelas.

Pria mungil itu melangkah menghadap teman teman nya menunjukan senyum secerah matahari nya, beberapa teman sekelas nya tanpa di sadari ikut tersenyum saat melihat senyum manis nya. Pipi gembil nya bersemu merah mungkin sedikit malu karena bertemu teman teman baru nya. Sambil memegangi tas punggungnya yang berwarna kuning cerah, benar benar terlihat seperti matahari.

"Hai semua, perkenalkan namaku Nawasena Arunika Ardana, kalian boleh panggil aku apa aja bisa Sena bisa nana bisa apa aja yang penting masih namaku hehe salam kenal ya" Perkenalan singkat dengan suaranya yang ceria membuat beberapa yang mendengarnya ikut menghangat.

"Nah Sena, sekarang duduk di kursi kosong itu ya" Perintah wali kelas itu dan kemudian membuat Sena menanggukan kepala nya kemudian berjalan menuju ke salah satu meja yang kosong itu. Meja yang tidak berani di duduki oleh orang lain kecuali teman-teman Bima karena kursi itu tepat berada di depan Bima, siapa yang tahan mendapatkan tatapan seorang Bima Satya Danendra walaupun dari belakang punggungnya.

"Ohhh Satyaaaa yang tadi kan? untung deh sekelas jadi aku ga perlu susah susah cari kamu kemana mana, ingetin aku buat obatin lukamu nanti ya, kenalin aku Sena" Sena mengulurkan tangannya namun sama sekali tak di balas oleh Bima.

orang orang menatap Sena dengan gugup dan beberapa berbisik.

"Anjir bisa bisa nya dia dengan santai nyapa Danendra, panggilnya Satya lagi buset semoga masih bisa selamat sampe besok dia"
"siapa sih sena ini"
"anjir ko berani banget"

Sena hendak menarik tangannya namun kemudian Zavi menjabat tangannya lembut, menatapnya sambil tersenyum kecil.

"Hai Sena gua Zavian dia Bima maaf anaknya emang agak pendiem gapapa santai duduk aja"

Sena kembali tersenyum mendapatkan jabatan tangannya tersebut.
"Makasih Zavi dan Satya hehe" kemudian duduk di kursinya, di sampingnya ada seorang pria yang memiliki lesung pipi dan juga mata seperti kucing sangat lucu menurutnya.

"Hai aku Sena, kamu siapa?" sapanya terlebih dahulu setelah menaruh tas nya dan juga duduk di sebelahnya.

"Arjuna..Arjuna Ayasa Putra" jawabnya malu-malu.

"Aku boleh panggil kamu Juna ga? ih tapi kalo panggil Juju lebih lucu ga sih? kamu lucu banget kaya kucing hehe" jawabnya sambil tersenyum manis pada Arjuna.

Senyum Arjuna melebar, yang di tanggapi oleh anggukan kecil nya, terlihat sangat lucu menurut Sena.

'Ardana...?'

Ucap Bima dalam hati karena tidak merasa asing dengan nama keluarga Ardana. Nama keluarga besar yang sangat lowkey tidak pernah menunjukan taringnya selama ini selalu bersembunyi namun kejayaannya tidak pernah merosot.

.
.
.

Sekilas tentang HYBE SCHOOL

HYBE School adalah sekolah yang bergengsi, hanya untuk para elite konglomerat yang terhormat. Banyak tuan muda manja bersekolah disana tapi banyak juga mereka yang terpandang dan juga cerdas bersekolah disana. kebanyakan berlajar untuk melanjutkan bisnis keluarga, mereka tidak akan menyia nyiakan waktu apalagi untuk mempermalukan nama keluarga mereka sendiri.

Nawasena dan masa lalunya mungkin tidak akan mungkin bisa masuk kesana, namun Sena yang sekarang di anggap dapat membangun nama keluarganya dengan baik dengan masa depan yang terang benderang sama seperti namanya.

-End Of Encounter -

Lost To Your SmileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang