"Dulu cool boy sekarang tantrum boy."
"Tirta Theodore, (t) nya tantrum."
★★★★★★
Salvatore, nama club voli di SMA MAHATAMA yang berisikan tujuh laki laki. Diketuai oleh Tirta Theodore.
Selain mengejar cita-cita untuk menjadi seorang Atlet voli, masa...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Setelah para sahabatnya sudah terlanjur mengetahui bahwa tirta menyukai athena, lelaki itu semakin yakin untuk memperjuangkannya.
Ini untuk pertama kali di dalam hidupnya ia akan berurusan dengan masalah percintaan. Kalau kata bima "sebelum keduluan orang mending lo kejar dari sekarang" begitu kata bima.
"langkah pertama yang harus lo lakuin, minta nomer whatsapp nya tir!" beritahu bima.
Raka mengerutkan keningnya "perasaan di formulir daftar eskul kemarin ada ya?" tanya raka.
Bima mengangguk kemudian menggeleng "emang ada tapi kurang menantang lah? coba mana jiwa lelakinya, harus berani minta secara langsung. Kalo dikasih berarti lampu ijo" jelasnya.
Tirta mengangguk "kalo gak dikasih?" tanyanya.
"masih lampu kuning itu, coba sampe 3x kalo gak dikasih coba ajak ciuman mau gak"
"maksiat terus" ucap agip pada bima, bima hanya nyengir kuda.
"kalo dikasi nomer tukang sedot wc gimana?" kali ini milan yang bertanya.
"iya kaya lo pernah kan bim diberi nomer kang sedot wc sama cewe kelas berapa tuh lupa gue" raka ingat bahwa bima pernah iseng minta nomer siswi cantik di sekolahnya ketika sedang nongkrong di parkiran sepulang sekolah.
"icha itu, tai emang tuh cewe." sahut bima.
"ya berarti muka lu kaya tai bim makanya dikasih nomer tukang sedot wc" ledek agip mengundang tawa mereka.
"lagi makan ngebahas tai jadi ilang nafsu makan gue" celetuk tirta.
"bukan ilang tapi emang lo nya aja udah kenyang anjirrr udah tiga kali nambah masih laper lo?" tanya raka pada tirta.
"hahaha awalnya kan kita bahas athena makanya dia jadi nafsu makan" ujar ajun.
Tirta menggeleng "gak usah mulai."
Salvatore lagi-lagi tertawa seraya melanjutkan acara makan mereka dengan lebih damai nan tentram tanpa membahas apapun. Malam ini mereka kembali mendatangi rumah ajun untuk makan bersama.
Akan author ceritakan sedikit tentang ajun di chapter ini.
Januar Pradika. Yang kita kenal dengan sebutan ajun, sebelumnya nama panggilan pria itu adalah janu. Namun karena radar sering typo memanggilnya dengan sebutan ajun, membuat mereka semua jadi terbiasa dan ikut memanggil namanya dengan sebutan ajun. Ajun tidak masalah dengan itu, lagi pula panggilan ajun tidak terlalu buruk.
Pria berlesung pipi itu tinggal di sebuah rumah yang lumayan besar hanya seorang diri. Kedua orang tuanya bekerja di luar kota bahkan kadang sampai keluar negeri. Pulang ke rumah sangat jarang, apalagi setelah ajun sudah beranjak dewasa. Bahkan sepertinya orang tua ajun tidak mengetahui jurusan apa ia sekolah.
