00:08 = Fake Couple

29 9 0
                                    

"Juan, Juan..."

Juan menaikkan sudut bibir atasnya. Ia sudah tahu jika Samudra akan mengatakan dirinya laki-laki paling bodoh di muka bumi ini.

Tapi Juan tidak marah. Tidak akan. Juan memang benar seperti itu.

"Di muka bumi ini, banyak perempuan. Ada loh, yang punya cinta tulus buat satu pria. Buanyak! Tapi ya... Cewek kayak gitu tuh rata-rata introvert dan jarang keluar rumah. Bukan cewek-cewek yang biasa kita temui dan dengan mudah nyapa kita."

"Ya kalau mereka di rumah terus, gimana gue bisa nemuin mereka?"

"Maka dari itu, lo kalau gue ajak ke acara mau. Siapa tahu kalau ada kenalan, bisa gue kenalin." Samudra baru saja mengantar makanannya. Ia adalah seorang kokiㅡbukan. Samudra juga pemilik hotel, sama seperti Daniel. Hanya saja Samudra lebih memilih di kota besar Indonesia dibandingkan Luar Negri. Tetapi Samudra lebih suka di dapur dan memasak dibandingkan mengurus seluruh pekerjaan sebagai CEO.

"Gue bersyukur lo bisa lepas dari Asa."

"Brengsek, hahahaha..."

"Ya. Gue kenal lo. Lo cowok baik-baik dan nggak pernah aneh-aneh. Terus kalau lo harus balikan sama Asa..." Samudra berteriak, tidak kuat membayangkan. "Lo harus berjodoh sama cerminan diri lo sendiri! Lo nggak boleh sama barang bekas intinya."

"Ya emang kenapa? Semua orang kan punya dosa."

"Ya bener. Semua orang punya dosa tapi itu buat dijadikan pelajaran hidupnya, bukan untuk diulang."

Samudra senang karena Juan makan masakannya dengan lahap. Biasalah, Juan termasuk salah satu orang yang mencicipi resep pertamanya jika Samudra memiliki menu baru di Hotelnya. Karena, iya... Restoran Samudra dan seluruh resep masakannya hanya dijual di Hotel milik Samudra. Sehingga hanya orang-orang tertentu yang pernah makan masakan Samudra. Itu keunikan Hotel Samudra. Resep makanan enak.

"Coba kasih tahu gue, gimana cara bikin seorang Juan jatuh cinta?"

"Hahahaha..." Juan juga bingung. Ia tidak pernah bersahabat dengan sumpit tetapi Samudra memberinya menu dimana Juan harus makan dengan sumpit. "Gimana ya?"

Samudra menatap Juan dengan serius karena dia juga penasaran. Berapa tahun laki-laki itu hidup? Hanya ada nama Asa.

"Orang itu harus punya ketrampilan matematika. Maksud gue tuh... Kayakㅡah... How to explain?"

Juan tampak berpikir keras untuk menemukan kata-kata yang pas.

"Lo tahu Dina 'kan?"

Samudra mengangguk. Pernah beberapa kali bertemu.

"Dia menunjukkan rasa cintanya ke gue secara terang-terangan sejak awal ketemu. Gue suka lo, gue gerak ke lo, gue kasih semua effort gue ke lo." Samudra mengangguk lagi. Memberi respons karena tidak ingin memotong pembicaraan Juan. "Itu bikin gue takut. Jujur saja. Kayak, ya seharusnya kalau emang pendekatan ya biasa dulu, temenan. Gue kebih percaya istilah 'witing tresno jalaran seko kulino' bukan yang langsung tiba-tiba. Itu bikin gue ngerasa kalau gue cuma dicintai secara fisik dan dia nanti akan marah atau kecewa saat tahu gue kayak gimana? Dan takutnya dia gak bisa terima gue setelah gue jatuh cinta."

"Beda sama Asa. Asa tuh, unik. Dia cuek ke gue padahal perhatian dan ramah sama semua cowok. Dan waktu gue pergi ke LN, Asa di umur segitu pinter banget ngasih gue kenang-kenangan gantungan kunci anjing supaya gue nggak kesepian. Satu hal yang bikin gue penasaran dan nyari Asa lagi setelah pulang ke Indo."

White Lies ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang